Jakarta
Oleh Alfian Risfil Auton pada hari Selasa, 19 Jul 2016 - 07:45:55 WIB
Bagikan Berita ini :

Pengamat: di Jakarta, Kenapa Orang Miskin Diusir?

82luarbatang.jpg
Penggusuran Luar Batang, Jakarta (Sumber foto : Istimewa)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Keberhasilan membangun Ibu Kota Jakarta tak bisa diukur dengan gedung-gedung bertingkat, atau banyaknya mall, apartemen atau jalan tol.

Jauh lebih penting dari itu adalah sejauh mana kehidupan sosial ditata menjadi lebih beradab dan berkeadilan.

Demikian disampaikan Ketua Forum Pemerhati Pilkada Jakart Agusta Surya Buana, dalam sebuah diskusi 'Siapa Bisa Lawan Ahok: Menjadikan Pilkada Jakarta Berkualitas' di Jakarta, Senin (18/7/2016).

Ia menilai, pembangunan Jakarta di bawah Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sama sekali tak mencerminkan prinsip tersebut.

"Banyaknya kasus penggusuran paksa yang berujung pada bentrokan, minimnya pelibatan partisipasi publik dalam kebijakan, juga gaya bicara dan kepemimpinan Ahok yang tak patut dijadikan teladan dan sangat jauh dari prinsip membangun keadaban kota," kata Agusta.

Menurutnya, selama ini Ahok hanya fokus membangun infrastruktur tapi abai terhadap suprastruktur. Termasuk dalam hal ini ialah medorong manusia yang lemah menjadi berdaya. Akibatnya, jurang pemisah antara kelompok kaya dan kelompok miskin makin lebar.

"Pertanyaannya kemudian, bangun infrastruktur buat siapa?. Orang miskin gak punya akses kok, mereka diusir dan dicampakkan tanpa ada solusi sosial," ungkapnya.

Karena itu, ia merasa tidak heran bila banyak pihak yang mempertanyakan kinerja Ahok belakangan ini. Jika sebelumnya tingkat kepuasan terhadap kinerja Ahok mencapai 80 persen, kini menurun drastis menjadi sekitar 40 persen.

"Ini saya pelajari dari banyak hasil survei beberapa lembaga, dari Maret, April sampai Mei," kata Agusta.

Pada Maret 2016, lanjutnya, survei Konsultan Citra Indonesia (LSI Network) menyebut kepuasan terhadap Ahok mencapai 77,6 persen dan survei Charta Politica 82,8 persen. Di bulan April, survei Populi Center dan Kedai Kopi menyebut kepuasan terhadap kinerja Ahok masing-masing 73,7 persen dan 68,5 persen.

"Bulan Mei ini ada tiga survei. Media Survei Nasional, Konsep Indonesia, dan LSPI. Semua menurun di bawah 50 persen," pungkasnya.

Agusta menyatakan sejauh ini hanya Yusril Ihza Mahendara yang bisa memberikan perlawanan sengit kepada Ahok.

Yusril berdasarkan kajian lembaganya adalah figur penantang Ahok yang paling tinggi elektabilitasnya dan dipandang memiliki kualitas dan komitmen membangun keadaban kota Jakarta. Karenanya Agusta menyarankan agar 7 parpol yang belum mengambil sikap pada pilkada Jakarta untuk mengusung Yusril.

Sementara itu, Ketua Santri DKI Jakarta M. Syihabuddin menyatakan, dalam membangun kota mestinya Ahok memerhatikan empat prinsip dasar, yakni etika sosial, partisipasi publik, solidaritas sosial dan nilai-nilai toleransi.

Dengan penerapan prinsip tersebutr, kata dia, akan tercipta kondisi kehidupan bersama dimana setiap orang merasa memiliki dan bertanggugjawab atas kelangsungan kota.

"Sekarang muncul gak kebersamaan itu? Ada gak misalnya gotong royong untuk kebersihan lingkungan warga, musyawarah untuk konsensus dan segala macam? Semua sudah hilang," tegasnya. (icl)

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
PEMPEK GOLDY
advertisement
KURBAN TS -DD 2025
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Jakarta Lainnya
Jakarta

Tujuh Indikator Pelemahan Ekonomi dan Tantangan Pertumbuhan.

Oleh Tim Teropong Senayan
pada hari Sabtu, 05 Apr 2025
Situasi perekonomian Indonesia saat ini menunjukkan berbagai tanda pelemahan yang menghambat pertumbuhan ekonomi. Setidaknya terdapat tujuh indikator utama yang menggambarkan kondisi ini: 1. ...
Jakarta

Rupiah Terus Melemah: Apa yang Bisa Dilakukan?

Jakarta, 25 Maret 2025-Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kembali mengalami tekanan signifikan. Hari ini, rupiah telah mencapai Rp16.549 per dolar AS, bahkan sempat menyentuh Rp16.639 di pasar ...