Bisnis
Oleh Bani Saksono pada hari Senin, 19 Sep 2016 - 23:48:26 WIB
Bagikan Berita ini :

Cinta Produk Indonesia, Tapi Mengapa Masih Pakai Barang Impor

66TS-TALKSHOW-HADAPI-MEA.jpg
suasana diskusi bertajuk Prospek dan Strategi Menghadapi MEA, Membuktikan Cinta Produk Indonesia’ yang diadakan wali kelas, Senin [19/9/2016 (Sumber foto : ferdy/TeropongSenayan)

JAKARTA – Diyakini, tanpa langkah kongkret menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean [MEA], Indonesia hanya akan jadi pasar produk dari negara lain. Akibatnya, para industri lokal, kita, termasuk para petani, bakal bangkrut.

Langkah kongkret itu adalah bagaimana masyarakat mau membeli produk lokal. Hal itu juga harus dikuatkan dengan regulasi pemerintah untuk lebih mengutamakan menggunakan produk dalam negeri, yaitu produk yang dibuat di dalam negeri dan dimiliki atau dikuasai oleh orang indonesia.

Itulah kesimpulan diskusi bertajuk ‘Prospek dan Strategi Menghadapi MEA, Membuktikan Cinta Produk Indonesia’ yang diadakan TeropongSenayan di Smesco Tower, Jakarta, Senin [19/9/2016]. Diskusi menghadirkan narasumber, Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran Kementerian Koperasi dan UKM I Wayan Dipta, Dirut Pasar Induk Nusantara Sutardi, pengusaha yang juga Koordinator Gerakan Beli Indonesia Heppy Trenggono, Wakil Ketua Komisi VI DPR Mohammad Hekal, dan Kepala Pusat Studi Pertahanan Nasional Unas Iskandarsyah Siregar.

“Sebagai pedagang, kami tak tahu MEA, yang terang, kami rugi terus, dan masih banyak masyarakat kita yang tergila-gila produk asing,’’ kata Sutardi. Kenyataannya, dengan adanya MEA, para petani kita tak memperoleh untung, karena untungnya dikuasai para tengkulak.

Itu sebabnya, kata dia, kehadiran Pasar Induk Nusantara [PIN] salah satunya untuk memangkas jalur distribusi yang tidak adil. ‘’Selama ini petani tak pernah diberdayakan, jadi selamanya akan menderita,” ujarnya.

Karenanya, PIN mencoba pola pemberdayaan petani melalui konsep pasar induk online. Dengan lebih mengenalkan sistem online, kata Sutardi, petani akan menikmati harga yang adil dan transparan.

I Wayan Dipta menambahkan, agar para petani tak menjadi pihak yang selalu dirugikan, sudah seharusnya para petani didukung dan difasilitasi dengan program pemasaran online atau digital. ”Biar melalui program yang disiapkan Pasar Induk Nusantara, petani ikut menikmati harga yang layak dan menguntungkan,” kata Wayan.

Terkait dengan langkah kongkret yang harus dilakukan untuk menghadapi MEA dan bagaimana mempekuat struktur perekonomian nasional, Wayan juga mendukung gerakan untuk menggunakan produk lokal. ‘’Jangan silau dengan produk impor yang murah, toh produk lokal kita bahkan banyak yang jauh lebih berkualitas,’’ tuturnya.

Karenanya Wayan berharap, pemerintah lebih mengaktifkan keberadaan inkubator tidak hanya sekadar project oriented, tapi benar-benar sebagai upaya memberdayakan sektor UKM kita. ‘’Di sektor kraft kita tak kalah, tapi di pertanian, kita jauh tertinggal dari Thailand,’’ ujar Wayan lagi.

Sementara itu, Heppy mengingatkan, walaupun produk Indonesia, kenyataannya tak semua milik atau buatan orang Indonesia. Contohnya, mobil Toyota dibuat di Indonesia, tapi keuntungan sepenuhnya lari ke Jepang. ‘’Karena itu, yang harus kita beli adalah produk lokal yng dimiliki atau dikuasai orang pribumi,” kata Heppy.

Dia juga mengingatkan pemerintah agar tidak memuja-muja investor asing. Dia mencontohkan, betapa bank-bank Indonesia sangat sulit membuka cabang di lua negeri. “Tapi mengapa bank asing begitu mudahnya membuka cabang di Indonesia hingga pelosok,” kata Heppy sembari mempertanyakan komitmen pemerintah dalam memberdayakan potensi lokal. [b]

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement