JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Peneliti Senior CSIS Philips Jusario Vermonte mengaku setuju dengan sikap Fraksi Golkar, yang menyepakati Pemilu Serentak 2019 memakai sistem tertutup.
Menurutnya, sistem tertutup menimalisir tingkat kerawanan korupsi yang marak terjadi pada sistem proporsional terbuka. Terlebih, partai sendiri lebih mengoptimalkan kader-kader potensial untuk bisa masuk ke legislatif.
"Tingkat korupsi itu berhubungan dengan sistem proporsional terbuka. Sebab, sistem ini diikuti dapil dan jumlah kursi lebih dari satu dan cenderung banyak. Calonnya banyak, uang yang beredar banyak," kata Philips dalam seminar Fraksi Golkar di Gedung KK I Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (18/1/2017).
"Tingkat korupsi mulainya dari pemilu. Karena itu, ada beberapa hal yang bisa dipikirkan. Yang paling baik adalah sistem multipartai lebih sederhana. Artinya partai harus dikurangi," tambahnya.
Selain itu, Philips mengungkapkan, kalau kecenderungan pemilih pada Pemilu Serentak 2019 akan lebih komprehensif. Dimana, pemilih nanti akan melihat keseluruhan sikap partai.
"Pemilih akan memiliha partai yang lebih disiplin, tidak jeruk lawan jeruk, seperti lapangan kanibalistik. Masyarakat bisa menilai partai mana yang bertanggungjawab dengan situasi yang terjadi," tuturnya.(yn)