Opini
Oleh Asyari Usman (Mantan Wartawan BBC) pada hari Jumat, 21 Apr 2017 - 18:50:32 WIB
Bagikan Berita ini :

Menghitung Korban “Pertempuran” Pilkada DKI

47IMG_20170201_194417.jpg
Asyari Usman (Sumber foto : Istimewa )

Ibarat medan perang, pilkada DKI membawa korban cukup banyak di level komandan penting. Bersamaan dengan tersungkurnya Ahok dalam duel dengan Anies Baswedan, banyak pula korban lain yang berjatuhan. Mereka adalah komandan-komandan batalion pasukan Ahok.

Para komandan itu mengalami luka berat atau luka ringan, dan ada yang mengalami kondisi kritis. Mereka babak-belur setelah Ahok, “putra mahkota” yang mereka jagokan untuk terus menduduki “kerajaan Betawi”, kalah telak di tangan Anies.

Dari sekian banyak komandan koalisi pro-Ahok yang berada dalam kondisi kritis, diantaranya adalah kedua ketua umum PPP yang sedang berkonflik, yaitu Muhammad “Romi” Romahurmuziy dan Djan Faridz. Kedua pembesar PPP ini ditemukan dalam kondisi luka parah. Romi dan Djan memperkuat barisan Ahok dalam pertempuran pilkada Jakarta.

Romi dan Djan diperkirakan sulit untuk diselamatkan karena luka mereka sangat parah. Mereka tidak bisa ditolong untuk bertahan hidup di PPP. Sebab, kedua orang ini pergi memperkuat kubu Ahok tanpa restu dari rakyat PPP. Sekarang, PPP akan segera mencari pengganti Romi dan Djan. Kabarnya, Abraham Lunggana yang akrab dipanggil Haji Lulung diperkirakan naik menggantikan kedua koleganya yang sekarang tergeletak.

Korban luka parah lainnya adalah Setya Novanto, ketua umum Golkar. Selain nyaris lumpuh akibat ditabrak truk e-KTP yang dikemudikan Andi Narogong, keikutsertaan Setnov mendukung Ahok dalam pertempuran Ibukota membuat dia juga cedera berat. Banyak rakyat Golkar yang tidak setuju Setnov membawa partai itu memperkuat Ahok.

Diperkirakan, Setnov pun tidak dapat diselamatkan untuk bertahan hidup di kerajaan Golkar. Kondisi dia sudah parah, sekarat. Para ahli warisnya di Golkar mulai menunjukkan kesiapan mereka untuk mencari pengganti Setnov.

Para korban luka yang tidak begitu berat antara lain adalah Nusron Purnomo yang lebih senang dipanggil Nusron “Wahid”. Tetapi, beliau ini kelihatannya akan memerlukan konsultasi psikologis karena sangat terpukul dengan kekalahan Ahok. Nusron adalah orang dekat Ahok yang terkenal dengan “mata melototnya menghardik ulama” ketika berbicara di acara Indonesia Lawyers Club (ILC) di TVOne.

Komandan penting lainnya yang ikut cedera bersama kekalahan Ahok adalah Surya Paloh, ketua umum Partai NasDem. Tokoh Aceh asal ini jelas sangat kecewa atas kekalahan Ahok. Paloh memberikan dukungan habis-habisan kepada Ahok.

Tokoh spiritual Ahok, Ahmad Syafii Maarif, juga ikut terluka walaupun hanya cedera perasaan. Dia sangat mendambakan kemenangan Ahok. Saking kuat dan khusuknya menyokong Ahok, bekas pemimpin tertinggi Muhammadiyah ini sampai-sampai rela berhadapan dengan kaumnya sendiri demi kemenangan petahana.

Salah seorang komandan senior di koalisi Bu Mega untuk Ahok adalah Luhut Binsar Panjaitan. Di dalam pertempuran pilkada DKI, Luhut terbilang mengalami luka berat yang bakal sulit disembuhkan, tetapi dia sangat paham cara mengobatinya. Luhut sangat kecewa. Beliau inilah yang melakukan lobi ke segala arah untuk menggolkan Ahok menjadi gubernur DKI. Luhutlah yang bertugas untuk menepu-nepuk bahu para pimpinan parpol supaya ikut kaoalisi Bu Mega untuk memenangkan Ahok. Upaya Luhut untuk Ahok tidak ada duanya, kata banyak orang.

Wiranto, Menko Polhukam, ikut terkena sabetan pasukan Anies. Mantan jenderal ini menyerahkan partai Hanura ke koalisi Bu Mega untuk memperkuat kubu Ahok. Tetapi kelihatannya Wiranto hanya mengalami luka ringan sebab dia sejak awal tidak begitu serius mendukung Ahok; hanya bentuk solidaritas saja sekadar menyenangkan Presiden Jokowi yang mengangkatnya menjadi menko.

Ruhut Sitompul, salah seorang “penghalau embun” Ahok, juga mengalami luka dalam Pertempuan Jakarta tetapi tidak begitu parah. Mantan anggota DPR Partai Demokrat yang terkenal suka loncat ke mana-mana untuk bisa bertahan hidup, diperkirakan akan kasak-kusuk mencari tempat loncatan baru.

Sebagi penutup, korban perasaan yang paling besar tentunya dialami oleh Ibu Megawati yang telah bersusah payah mengasuh dan membesarkan “putra mahkota”. Beliau pasti sangat terpukul dan sekarang kelelahan.(*)

(Artikel ini merupakan opini pribadi penulis, tidak ada kaitannya dengan BBC).

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Ahlan Wa Sahlan Prabowo Sang Rajawali!

Oleh Syahganda Nainggolan
pada hari Rabu, 24 Apr 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Mahkamah Konstitusi sudah memutuskan Prabowo Subianto sah sebagai Presiden RI ke delapan. Itu adalah takdir Prabowo yang biasa dipanggil 08 oleh koleganya. Keputusan MK ...
Opini

Jalan Itu Tidaklah Sunyi

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --"Jika Mamah jadi penguasa apakah Mamah akan menjadikan anak Mamah pejabat saat Mama berkuasa?" Itu pertanyaan anakku malam ini. Aku mendengarkan anakku ini. ...