DEPOK (TEROPONGSENAYAN)--Ketua lembaga riset keamanan Cyber Communication and Information System Security Research Center (CISSReC), Pratama Persadha mengatakan Badan Siber Nasional perlu segera dibentuk, karena serangan cyber yang masif semakin sering terjadi saat ini.
"Indonesia bisa melihat bagaimana mitigasi negara-negara yang sudah memiliki badan siber," katanya di Depok, Senin (15/5/2017).
Pratama mengatakan, serangan Ransomware Wannacry yang menghebohkan dunia adalah peristiwa yang seharusnya membuka mata semua pihak bagaimana rentannya keamanan di wilayah siber. Serangan Ransomware Wannacry yang terjadi sejak Jumat (12/5) diperkirakan menimpa 99 negara, termasuk Indonesia.
Serangan ransomware ini diketahui setelah beberapa rumah sakit terkemuka mengalami kendala teknis dalam sistem antriannya.
Menurut dia, Ransomware sebenarnya sangat banyak jenisnya dan sudah sejak lama menyerang sistem operasi, terutama sistem operasi Windows. Yang membuat ransomware Wannacry menjadi "booming" karena ransomware ini menyerang menggunakan zero day exploit, yang belum pernah diketahui sebelumnya.
Dia menambahkan, saat pertama kali ransomware menyerang, sebenarnya Microsoft yang terupdate pun akan tetap terkena. Sebab, Microsoft sendiri belum mengetahui adanya celah keamanan ini sampai dipublikasikan.
Menurut mantan pejabat Lembaga Sandi Negara ini, akan ada jeda waktu antara saat ransomware menyerang dengan waktu Microsoft mengetahui vulnerability dan melakukan patching terhadapnya. Eksploit yang digunakan sendiri dibocorkan oleh grup hacker "Shadow Broker".(plt/ant)