JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)--Kasubdit Penyidikan dan Penindakan Kemenkominfo, Teguh Afriadi mengaku mendapat ancaman dari teroris pascapemblokiran aplikasi telegram. Dijelaskan pula pertimbangan di balik pemblokiran tersebut.
"Banyak sekali di Telegram, ada sekitar 54 channel, (yang) spesifik diajarkan bagaimana merakit bom, serang target, semua lengkap," jelas Teguh dalam seminar 'Perkawinan Terorisme dan Cyber' di Institut Perbanas, Jakarta, Kamis (27/7/2017).
Bahkan, lanjut dia, dalam Telegram para pelaku teror menyebar daftar nama pejabat negara yang dijadikan target penyerangan.
"Bagi pelaku lone wolf, di sana ada daftar nama pegawai lengkap siapa yang jadi targetnya, foto-fotonya," jelasnya.
Teguh sendiri mengaku sempat menerima ancaman dari akun tidak dikenal usai resmi memblokir Telegram pada Jumat (14/7/2017) lalu.
"Dua hari setelah itu, mereka (teroris) marah, Kominfo disebut ikut bagian dari thogut, halal darahnya. Ini ancaman," ujarnya.
"Jujur, tidur kami tidak nyenyak, kalau disuruh milih saya lebih baik jadi PNS biasa," kata dia.
Sementara itu ditemui di tempat yang sama, Guru Besar Ilmu Komputer Institut Perbanas, Prof DR. Richadurs Eko Indrajit mengapresiasi kinerja yang dilakukan oleh Kemenkominfo.
"Di hulu perlu kerja sama semua, pendidikan, sosial, kalau di ujung sudah hilirnya. Walaupun ssebenarnya selain Telegram masih banyak yang lain ( yang membahayakan)," tandas dia. (plt)