Untuk apa berpolitik? Para pendiri dan bapak bangsa memberikan contoh bahwa berpolitik adalah jalan melanjutkan perjuangan untuk menyejahterakan rakyat. Sedang Bung Karno menyebut sebagai jembatan emas kesejahteraan rakyat.
Mereka telah memberi contoh, bahwa berpolitik adalah jalan perjuangan dan pengabdian bagi bangsa dan masyakarakat. Kursi kekuasaan yang diraih dengan politik adalah untuk rakyat. Berpolitik adalah perjuangan, pengabdian sekaligus pengorbanan untuk kebaikan rakyat dan bangsa yang dicintainya.
Kita menyaksikan kiprah mereka menjaga fatsoen politik. Apalagi saat menjadi tokoh atau pemimpin yang bukan hanya memikirkan kehidupan rakyat namun sekaligus harus menjadi panutan masyarakat. Inilah modal kepercayaan yang terus dijaga saat menapaki pematang politik yang kadang terjal dan mendaki menghadapi tantangan dan rintangan.
Jika demikian apa yang hendak dipertontonkan dan dipersembahkan Harry Tanoe (HT) yang kini melakukan akrobat politik. Hanya karena terdesak posisinya dalam skandal kasus ancaman SMS kepada Jaksa, HT berbalik mendukung penguasa dari semula sebagai oposisi. Sulit menyembunyikan penilaian publik bahwa HT berpolitik hanya untuk kepentingan pribadi dan jangka pendek.
Politik zig-zag yang dipertontonkan HT menambah daftar panjang perilaku tokoh politik yang menjalankan akrobat politik. Sebelumnya kita menyaksikan Setya Novanto usai terpilih menjadi Ketua Umum DPP Partai Golkar juga langsung bersuara kencang mencalonkan Jokowi sebagai Capres 2019. Padahal sebelumnya Golkar adalah oposisi. Selain itu kita juga melihat zig-zag politik yang kontroversial dan fenomenal yang dilakukan Ahok.
Barangkali inilah yang antara lain membuat muncul antipati terhadap partai politik dikalangan masyarakat. Masyarakat bukan hanya kehilangan kepercayaan namun juga menyaksikan bahwa berpolitik yang dilakukan para politisi lebih banyak untuk transaksi kepentingan semata. Baik untuk mengamankan kepentingan pribadi dan jangka pendek, baik karena kasus dan skandal ataupun mengamankan harta kekayaan dan kekuasaan bahkan keluarganya. Bukan untuk masyarakat yang telah memberikan kepercayaan.
Akrobat politik HT memang tidak terjadi dalam langit politik yang hampa. Kita menyaksikan betapa pemegang kekuasaan hampir menyapu bersih lawan politik atau yang dinilai berseberangan. Zig-zag politik HT bisa jadi pilihan kompromistis menghadapi praktek 'sapu bersih' tersebut. Namanya juga usaha.
Namun demikian siapa yang bisa menjamin pada beberapa waktu mendatang HT tidak berbalik arah lagi? Dalil politik paling sahih adalah tidak ada kawan dan lawan sejati, yang ada adalah kepentingan. Apalagi kita senantiasa dipertontonkan akrobat-akrobat politik seperti yang dilakukan oleh politisi cum pengusaha seperti HT. Bahkan, termasuk kemungkinan, zig-zag politik HT bagi penguasa adalah jebakan tebu, habis manis sepah dibuang.
Rasanya, rakyat masih membutuhkan tontonan politik yang sehat dan politisi yang menjalankan fatsoen politik dengan benar dan baik. Bukan sebaliknya. Sebab, akrobat politik bukanlah tontonan yang baik baik publik. Namun justru membuat muak dan pusing.(*)
Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.
tag: #