Berita
Oleh Syamsul Bachtiar pada hari Senin, 09 Okt 2017 - 11:09:55 WIB
Bagikan Berita ini :

Bakal Bertransformasi, Peminat Masuk ke STPP Melonjak Tajam

41STPP-Kementan.jpg
Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) (Sumber foto : Istimewa)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)--Kementerian Pertanian (Kementan) telah menyiapkan strategi agar minat generasi muda untuk terjun ke sektor pertanian tinggi. Salah satu upayanya dengan rencana transformasi Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) menjadi Politeknik Pembangunan Pertanian.

Atas rencana tersebut, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan Momon Rusmono mengungkapkan, enam STPP yang tersebar di Medan, Bogor, Malang, Magelang, Gowa dan Manokwari pun diserbu para pendaftar.

“Nah, ini buktinya tahun 2017, walau pun masih namanya STPP, tapi mendengar mau transformasi, peminatnya melonjak menjadi 10 ribu orang. Awalnya, kami hanya menerima sekitar 900-an orang. Tapi, karena begitu peminatnya banyak,” jelasnya di Jakarta, Minggu (7/10/2017).

Di tahun 2017, STPP seluruh Indonesia menerima mahasiswa sebanyak 1.200 orang. Target di tahun 2021, mampu menerima satu angkatan sekitar 3.600 orang. “Kalau sekarang, misalnya, mahasiswa tingkat satu 1.200 di enam STPP, tahun 2021, target kami ada 3.600 mahasiswa baru. Ketika lulus, mereka akan menjadi wirausahawan muda,” sebut Momon.

Menurut Momon, untuk mempersiapkan ini, Kementan akan meningkatkan penyediaan sarana prasarana. Proses pembelajaran lebih banyak dengan teaching factory, baik sektor peternakan, hortikultura, perkebunan, tanaman pangan, dan juga pengolahan, dan sebagainya. Harapanya, peserta didik betul-betul memahami proses pembelajaran dari mulai perencanaan sampai dia bisa memasarkan dalam satu kesatuan dunia industri.

“Jadi, anak-anak betul-betul belajar dalam situasi nyata dalam urusan pertanian. Nanti kita bangun masing-masing politeknik ini membangun teaching factory. Makanya, selain kami membangun teaching factory, kami bangun dengan dunia usaha, dunia industri, dan juga Litbang di pertanian,” tuturnya.

Momon menekankan ide-ide transformasi ini sudah mulai diterapkan di tahun 2016, sehingga minat generasi muda terjun ke sektor pertanian sudah mulai naik. Ini terlihat dari penerimaan mahasiswa di luar pegawai negeri sudah ada. Kemudian, proses pembelajaran, walau masih program studi penyuluhan, bobot bersubstansi wirausahawan muda telah ditingkatkan.

Momon mengungkapkan setidaknya ada 6 upaya untuk regerenasi petani. Pertama, transformasi pendidikan tinggi vokasi pertanian. Kementan memiliki enam STPP yang tersebar di Medan, Bogor, Malang, Magelang, Gowa dan Manokwari, akan ditransformasi menjadi Politeknik Pembangunan Pertanian.

“Jadi, enam STPP yang tadinya program studinya hanya penyuluhan yaitu penyuluhan pertanian, penyuluhan perkebunan, dan penyuluhan peternakan, akan ditambah program studinya seperti berorientasi agribisnis hortikultura, agribisnis perkebunan, mekanisasi pertanian. Dengan demikian, ke depan akan bertambah generasi muda yang disiapkan untuk menjadi petani sekaligus pelaku usaha pertanian,” ungkap Momon.

Khusus STPP Magelang, program studinya berada di 2 provinsi yaitu program studi peternakan berada di Magelang dan program penyuluhan pertanian di Yogyakarta. Karena itu, dalam rangka mendukung percepatan regenerasi petani, STPP Magelang akan di pecah sehingga STPP Magelang akan menjadi Politeknik Pertanian Magelang dan yang di Yogyakarta menjadi Politeknik Pertanian Yogyakarta.

“Sehingga, yang tadinya enam STPP jadi tujuh. Begitu pun yang SMK PP, kita akan tingkatkan statusnya. Yang tadinya SMK Pembangunan Pertanian, juga menjadi Politeknik Pembangunan Pertanian. Sehingga, yang tadinya enam plus tiga. Ke depan kami akan punya 10 Politeknik Pembangunan Pertanian yang berorientasi pada program studi ilmu pertanian terapan dalam rangka regenerasi pertanian,” ujarnya.

Kedua, Momon menyebutkan Kementan menginisiasi Program Penumbuhan Wirausahawan Muda Pertanian bagi alumni perguruan tinggi pertanian. Kegiatan tersebut bersinergi dengan 16 perguruan tinggi negeri (PTN). Ketiga, pelibatan mahasiswa/alumni/pemuda tani dalam pendampingan/pengawalan program-program Kementan.

“Keempat, menumbuhkan kelompok usaha bersama (KUB) di bidang pertanian bagi pemuda tani. Kelima, pelatihan dan magang bagi pemuda tani. Kemudian keenam, mendorong penyuluh untuk menumbuhkembangkan kelompok pemuda tani," sebutnya.

Lebih lanjut Momon menjelaskan untuk mengubah atau transformasi, ada beberapa upaya. Selain pengembangan program studi, juga orientasi lulusan harus berubah. Kongretnya dulu STPP lebih banyak mendidik para penyuluh yang sudah PNS, akan tetapi ke depan, tidak hanya penyuluh. Tetapi juga menerima lulusan-lulusan SLTA, lulusan SMK Pembangunan Pertanian (PP) yang dididik selama empat tahun.

“Orientasinya untuk menumbuh kembangkan wirausahawan muda di sektor pertanian,” pungkasnya.(yn)

tag: #kementerian-pertanian  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
PEMPEK GOLDY
advertisement
KURBAN TS -DD 2025
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement