JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)--PT Bank DKI sukses mendongkrak perolehan laba bersih per September 2017 sebesar Rp 524 miliar. Pencapaian ini meningkat 10,79 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu, yakni sebesar Rp 472 miliar.
Direktur Utama PT Bank DKI, Kresno Sediarsi mengatakan, pertumbuhan laba Bank DKI lebih didorong oleh adanya peningkatan fee based income yang meningkat 7,3 persen year on year (YoY) dan bersumber dari fee ATM, transaksi produk digital banking seperti JakCard, serta JakMobile.
"Pertumbuhan laba juga didorong oleh menurunnya beban CKPN seiring dengan membaiknya kualitas kredit," kata Kresno, di Jakarta, Selasa (24/10/2017).
Menurut Kresno, sepanjang tahun ini PT Bank DKI terus menggencarkan transaksi non tunai atau cash less. Bahkan, untuk lingkup pemerintahan sudah diatur melalui Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No. 910/1866/51-2017 tentang Implementasi Transaksi Non Tunai pada pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten dan kota.
"Sebanyak 811 SKPD/UKPD di Pemprov DKI saat ini sudah menggunakan Cash Management System Bank DKI," ungkap Kresno.
Kresno menambahkan, transaksi non tunai juga diwujudkan Bank DKI melalui sistem Jakarta One untuk e-Retribusi, transaksi untuk subsidi pangan dan transportasi bagi pemegang Kartu Jakarta Pintar, e-Samsat, e-Ticketing, e-Parking, dan lain sebagainya.
"Transaksi non tunai semakin dimudahkan dengan adanya JackCard, JakMobile dan JakOne Mobile," imbuh Kresno.
Kresno menuturkan, total aset Bank DKI per September 2017 meningkat 28,36 persen dibandingkan per September 2016, dari Rp 41,35 triliun menjadi Rp 53,08 triliun.
Untuk penyaluran kredit, sambung Kresno, mulai menunjukkan pertumbuhan yakni dari Rp 24,56 triliun per September 2016 menjadi Rp 25,59 triliun per September 2017.
"Rasio NPL gross semakin membaik, per September 2017 yang tercatat sebesar 4,74 persen dari sebelumnya 7,60 persen di September 2016. Sementara, NPL Nett mencapai 2,94 persen per September 2017," urainya.
Membaiknya rasio NPL, lanjutnya, didorong upaya penagihan kredit secara intensif, lelang eksekusi, pengambilalihan agunan, restrukturisasi kredit, dan hapus buku.
"Bank DKI juga melakukan perbaikan proses kredit untuk memastikan penyaluran kredit baru dilakukan secara prudent," pungkasnya. (plt)