JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) -- Hotel Alexis sudah melegenda. Namanya selalu dikaitkan dengan kegiatan prostistusi kelas kakap. Semua tawaran surga dunia itu bisa dinikmati pemburu kenikmatan syahwat di lantai tujuh hotel tersebut.
Berbeda dengan hotel lain di wilayah Ibu Kota, para pengunjung dan tamu yang pernah datang atau menginap di tempat ini mengatakan bahwa hotel Alexis tak baik untuk dijadikan tempat relaksasi bersama keluarga, khususnya jika membawa anak-anak.
Bukan hanya karena adanya “mitos” prostitusi di lantai tujuh bangunan ini, namun hotel Alexis memang ditujukan bagi para pria berkantong tebal yang ingin mencari hiburan malam. Meski harganya sama sekali tak murah, namun mereka rela merogoh kocek dalam-dalam lantaran standar hiburannya diakui merupakan kelas satu.
Terdapat sebuah bar tempat para pria melampiaskan dahaga sekaligus cuci mata bernama 4Play Club. Di tempat ini pula kerap diadakan pertunjukkan musik elektronik yang umumnya dipimpin langsung oleh DJ wanita. Selain itu, ada juga tempat karaoke, panti pijat hingga sauna dengan embel-embel “plus-plus” yang siap memanjakan para pria hidung belang yang penat dengan urusan pekerjaan.
Kabar ini mulai menggemparkan publik sekitar setahun silam. Bagi para tamu yang berkunjung kesana, langsung dihampiri oleh petugas yang menanyakan fasilitas apa yang mereka inginkan di hotel ini. Jika tamu hanya menginginkan hiburan “umum” mereka hanya akan diarahkan ke lantai satu. Sedangkan, jika hiburan tingkat dewa atau surga dunia yang mereka cari, para petugas akan langsung mengantar mereka ke sebuah elevator yang telah disediakan yang akan membawa mereka langsung ke tempat impian mereka.
Tak banyak informasi yang menunjukkan bahwa praktik jual beli selangkangan marak terjadi di lantai tujuh hotel ini. Hanya saja, lewat hasil penelusuran singkat kami di beberapa media dan forum online dapat disimpulkan bahwa bisnis prostitusi kelas konglomerat di hotel ini adalah benar adanya.
Jika tamu yang baru saja masuk ke pelataran parkir mengatakan kepada petugas bahwa mereka ingin mencari hiburan khusus di lantai tujuh, mereka akan diantar lewat elevator khusus yang langsung terhubung ke lantai tersebut. Begitu sampai di lantai surgawi yang dimau, pengunjung atau tamu akan diminta untuk menitipkan ponsel, kamera, atau segala alat dan perangkat yang dianggap dapat merekam kegiatan di sana.
Di lantai tersebut, tamu akan langsung masuk ke sebuah ruangan yang menghampar luas di mana banyak wanita yang berasal dari berbagai negara, duduk manis dan menggoda di beberapa sofa yang disediakan. Beberapa yang paling terkenal adalah yang berasal dari Cina, Thailand, dan Uzbekistan. Keterbatasan bahasa membuat mereka lebih memilih untuk duduk secara berkelompok dengan rekan satu negara mereka.
Tarifnya sendiri bermacam-macam, namun rata-rata di atas satu juta per malam. PSK paling mahal adalah yang dari Uzbekistan. Begitu selesai memilih wanita yang diinginkan, tamu akan diminta untuk menyelesaikan transaksi dan kemudian dipersilakan untuk pergi ke fasilitas utama.
Mereka biasanya memilih kolam air hangat dan panti pijat sembari berbasa-basi dan sedikit mengenal si wanita yang menemani mereka. Jika sudah puas dengan “foreplay,” barulah mereka mengajak wanita tersebut untuk masuk ke kamar hotel yang telah disediakan. Cerita putus di sini, karena setelah itu, tak ada yang tahu aktivitas apa saja yang dilakukan para tamu di hotel itu. (aim)