JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) -- Manuver Ketua DPR Setya Novanto yang melaporkan pembuat meme dirinya ke polisi dinilai sebagai langkah blunder. Wakil Ketua Dewan Kehormatan Partai Golkar Akbar Tandjung pun menyesalkan langkah Setnov tersebut.
Dia khawatir kalau langkah Setnov itu bakal semakin merusak citra dirinya di mata masyarakat.
"Dan citra itu akan berdampak kepada Golkar. Nah kami warga Golkar, pernah memimpin Golkar bahkan pernah memenangkan Golkar, tentu sangat prihatin dan sedih," kata Akbar saat ditemui di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (3/11/2017).
Menurut Akbar, survei berbagai lembaga menunjukkan suara Golkar terus menurun dari waktu ke waktu. Bahkan ada lembaga survei yang mengukur bahwa elektabilitas partai berlambang pohon beringin itu berada pada angka 7 persen.
Ia khawatir jika angka tersebut terus turun, Golkar bisa gagal melewati ambang batas lolos ke parlemen sebesar 4 persen pada pemilu 2019.
"Kalau tren terus turun yang saya takutkan, 6 koma sekian, 5 sekian, 4 sekian, 3 sekian, itu artinya tidak melewati batas threshold. Berarti kita tidak punya wakil. Itu yang saya takutkan. Mudah mudahan tidak," ucap Akbar.
Mantan Ketua Umum Partai Golkar ini menilai, perlu perubahan di tubuh partainya agar bisa kembali meningkatkan elektabilitas.
Partai Golkar harus bisa memperbaiki citra agar tidak terus terpuruk. Sebab, citra sangat berpengaruh kepada elektabilitas partai.
"Sehingga publik juga melihat, 'oh Golkar sudah melakukan perubahan, perbaikan kalau begitu Golkar bisa kita percaya kembali," ucap Akbar.
Saat ditanya apakah perubahan yang dimaksud Akbar termasuk pada posisi ketua umum yang kini dijabat Novanto, ia tidak menjawab dengan tegas.
"Perubahan itu artinya bisa macam macam, salah satunya bisa itu (perubahan posisi Ketum). Tapi saya tidak mengatakan eksplisit itu. Perubahan bisa berbagai arah," ucap mantan Ketua DPR ini. (aim)