JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Dinas Lingkungan Hidup (LH) DKI Jakarta tahun ini membeli 2.640 unit tong sampah dari Jerman dengan total anggaran Rp 9,581 miliar.
Pemesanan tong sampahberoda ataugarbage binukuran 660 liter dilakukan di Jerman, bukan di dalam negeri.
Kepala Dinas LH DKI, Isnawa Adji mengatakan, tong sampah ataugarbage bindibeli di Jerman sebagai upaya modernisasi proses pengolahan sampahdi Ibu Kota.
Selain itu, kata Isnawa, pemesanangarbage binmenjadi perlu lantaran berfungsi sebagai pelengkap trukcompactor.
Dinas LH memesan 2.640garbage binmerek Weber dari Jerman. Perusahaan yang berlaku sebagai importir dalam pengadaan ini adalah PT Groen Indonesia yang berbasis di Surabaya.
Berdasarkan data Dinas LH, masing-masinggarbage binini dibeli seharga Rp 3,5 juta, ditambah ongkos kirim dari Jerman sebesar Rp 79,2 juta, sehingga total dana yang dianggarkan dalam pengadaan ini sekitar Rp 9,581 miliar.
Pembelian tong sampah ke Jerman itu bukan yang pertama. Pada 2016, di era Gubernur Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, kata dia, Dinas LH telah melakukan pengadaan 96 unit trukcompactor.
Kemudian pada 2017, Dinas LH melakukan pengadaan 1.500garbage binukuran 120-140 liter dan 660 liter.
"Kemudian pada 2017, pengadaan lagi 75 trukcompactor,dan tahun ini kita beli lagigarbage bin. Jadi kalau tahun ini beli truk, tahun depannya beligarbage bin. Pengadaannya bertahap," ujar Isnawa, Jakarta, Minggu (3/6/2018).
Menurut Isnawa, DKI Jakarta masih membutuhkan sekitar 3.800garbage binlagi untuk dapat betul-betul memodernkan proses pengolahan sampahnya.
Isnawa menjelaskan, satugarbage bindapat menampung sampah yang dihasilkan kira-kira 330 orang atau setara dengan 70 keluarga. Jumlah tersebut didapat dengan asumsi sampah yang dihasilkan tiap keluarga 2-3 liter per harinya.
Dengan adanyagarbage binini, Isnawa berharap pada masa depan proses pengumpulan sampah dengan cara tradisional dapat berkurang secara bertahap.
Alasannya, proses pengumpulan sampah yang masih menggunakan gerobak sampah tidak efektif dan tidak efisien.
"Tukang gerobak mengumpulkan sampahdari permukiman, kemudian di-dumpingdi TPS. Setelah itu diangkat kembali ke truk sampah untuk dikirim ke TPST Bantargebang. Proses ini tidak efektif dan tidak efisien," pungkas Isnawa. (Alf)