JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)--Perang dagang antara Amerika Serikat versus China semakin menarik perhatian dunia. Pemerintah China sendiri ketakutan bila perang dagang tersebut memicu peningkatan angka pengangguran.
Seakan tidak ingin kalah dalam perang tersebut, China tengah melakukan upaya antisipasi. Pejabat setempat mengakui,upaya tersebut dilakukan guna meredam dampak terburuk dari perang dagang. Upaya yang kini diseriusi adalah peningkatan anggaran belanja dalam negeri.
Menteri Keuangan China Liu Kun mengatakan, peningkatan anggaran dilakukan untuk membantu pekerja dan pengangguran yang terdampak oleh perang dagang.
Selain meningkatkan belanja tersebut, China juga akan meningkatkan investasi mereka di bidang infrastruktur. Tidak tanggung-tanggung, negeri Tirai Bambu itu akan menggelontorkan dana US$145,48 miliar atau setara Rp2.126 triliun ke sektor infrastruktur. Guyuran dana ini bertujuan meredam dampak perang dagang. Rencananya, anggaran tersebut akan digelontorkan pada akhir kuartal ini.
Liu mengatakan, pemerintahnya khawatir bila perang dagang tidak segera diantisipasi, maka gejolak tersebut bisa menimbulkan masalah pada ekonomi China.
Kekhawatiran terutama kepada peningkatan angka pengangguran dan hilangnya mata pencaharian masyarakat China.
Selain upaya tersebut, Liu mengatakan, bahwa negaranya tidak akan bertekuk lutut pada AS. China akan selalu membalas serangan dagang yang dilancarkan AS.
"China tak ingin perang dagang, tapi kami akan tegas membalas bila AS melakukan tindakan yang merugikan kami, ini semua demi melindungi kepentingan kami," katanya beberapa waktu lalu, seperti dikutip cnnindonesia.
Perang dagang antara China dan AS masih terus berkecamuk. Terbaru, kedua negara saling berbalas tarif atas produk bernilai US$16 miliar.
Kedua negara sebenarnya sudah menggelar pertemuan untuk mengakhir konflik tersebut. Namun, pertemuan yang berakhir Kamis kemarin tidak menghasilkan kesepakatan apapun.
Salah seorang pejabat senior Pemerintahan Presiden AS Donald Trump mengatakan, selama pertemuan, China belum mau menanggapi keluhan dagang negaranya terkait kecurangan dagang dan dugaan penyelewengan kekayaan interlektual dan subsidi industri AS oleh China. (plt)