Opini
Oleh M Rizal Fadillah (Mantan Aktivis IMM) pada hari Sabtu, 20 Apr 2019 - 11:28:29 WIB
Bagikan Berita ini :

Tumbang

tscom_news_photo_1555734509.jpg
Ilustrasi (Sumber foto : Ist)

Deklarasi kemenangan Prabowo berdasar Real Count yang masuk dinilai menyenangkan para pendukung. Satu hal yang terepresentasi dengan ini adalah semangat perlawanan. Semua tahu ini deklarasi dini, tapi semua juga memahami ini adalah deklarasi perlawanan. Melawan rekayasa Quick Count dan melawan kecurangan-kecurangan vulgar yang terjadi dimana-mana demi memenangkan Jokowi dengan segala cara.

Tanda tumbang rezim Jokowi semakin jelas. Segala upaya panjang yang diagendakan sistematis gagal total. Diawali dengan presidential treshold 20% yang tidak masuk akal, sistem pemilihan umum serentak yang rumit dan mahal, doktrin perang total, penggalangan aparat hingga ke Desa, orang gila bisa memilih, kotak suara yang terbuat dari kardus, hingga kartu suara tercoblos dan terakhir pasukan bayaran Quick Count yang menipu publik. Semua rontok oleh perlawananan rakyat. Kesuksesan rekayasa dan kecurangan Jokowi di tahun 2014 tak menemukan momentum yang sama. Kini orang sudah kenal dengan wajah politik Jokowi.

"All President Men" sepertinya murung melihat pergerakkan hasil Pemilu. Dunia ikut melihat dan tak menyukai langkah Jokowi. Preman mengancam membuat rusuh Jakarta, Panglima mengancam mengamankan Negara. Rakyat mulai konsolidasi untuk membela kejujuran dan kebenaran. Bangsa ini tak rela dipermainkan dan dibodohi dengan permainan politik kotor demi langgengnya kekuasaan. Aparat keamanan diuji integritasnya apakah membela penguasa atau membela keadilan dan kebenaran.

Jokowi yang tumbang oleh proses demokrasi melalui pemilihan umum harus diterima. Tak perlu risau dengan kepemimpinan baru Prabowo-Sandi. Pengakuan sehat akan menyehatkan semua. Akan tetapi jika tetap ada usaha untuk tak menerima perubahan kepemimpinan, maka jalan orang sakit jiwa yang ditempuh. Sejarah unik telah membuktikan Jokowi sukses dipilih konstituen gila di rumah sakit Jiwa. Catatan aneh di Indonesia. Pengakuan kekalahan secara fair adalah kesiapan menata bangsa ke depan dengan baik. Gotong royong bukan slogan kosong. Dibuktikan dalam konsistensi sikap politik.

Menunda pengakuan kekalahan dengan upaya-upaya tak sehat, hanya menunda tumbang dengan rasa yang lebih sakit. Apalagi dengan melakukan mobilisasi semua akses negara. Rakyat tak perlu dihadap-hadapkan, karena di dunia manapun tak ada yang bisa mengalahkan kekuatan rakyat.
Pak Jokowi cukup sampai sini memimpin bangsa Indonesia. Rakyat telah ingin amanat segera diserahkan kepada pemimpin yang baru. Konstitusi mengatur pergantian kepemimpinan itu. Hormatilah.

Bandung, 20 April 2019 (*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #jokowi  #pilpres-2019  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Ahlan Wa Sahlan Prabowo Sang Rajawali!

Oleh Syahganda Nainggolan
pada hari Rabu, 24 Apr 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Mahkamah Konstitusi sudah memutuskan Prabowo Subianto sah sebagai Presiden RI ke delapan. Itu adalah takdir Prabowo yang biasa dipanggil 08 oleh koleganya. Keputusan MK ...
Opini

Jalan Itu Tidaklah Sunyi

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --"Jika Mamah jadi penguasa apakah Mamah akan menjadikan anak Mamah pejabat saat Mama berkuasa?" Itu pertanyaan anakku malam ini. Aku mendengarkan anakku ini. ...