Oleh Alfin Pulungan pada hari Senin, 20 Jul 2020 - 14:37:50 WIB
Bagikan Berita ini :

Guspardi: Ambang Batas Pemilu Masih Jadi Perdebatan Alot di DPR

tscom_news_photo_1595230168.jpeg
Anggota Komisi II DPR Fraksi PAN, Guspardi Gaus (Sumber foto : Istimewa)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Anggota Panitian Kerja (Panja) Pemilu Komisi II DPR, Guspardi Gaus, mengatakan usulan ambang batas Pemilu dalam Rancangan Undang-undang (RUU) Pemilu masih menjadi perdebatan yang alot di DPR. Pasalnya, masing-masing partai belum satu suara menetapkan ambang batas tersebut.

Politikus Partai Amanat Nasional ini memaparkan, beberapa ambang batas parlemen (parliamentary treshold)yang diajukan fraksi di DPR antara lain, PDI Perjuangan (PDIP) mengusulkan 5 persen, lalu Gerindra 7 persen, Nasdem 7 persen, PAN 4 persen, Demokrat 4 persen, PKB 5 persen dan PPP 4 persen.

"Begitu juga tentang syarat pemilihan calon presiden, ada yang mengusulkan 20 persen, ada yang 15 persen, ada yang 10 persen. Sedangkam Fraksi Partai Amanat Nasional meminta sama dengan partai Demokrat yaitu kalau sudah ada wakil partai itu di DPR RI, maka partai politik teresebut juga boleh mengusulkan presiden, itu contohnya," kata Guspardi melalui keterangan tertulis, Senin, 20 Juli 2020.

Guspardi menuturkan, PAN bersama anggota fraksi lainnya dalam Panja RUU Pemilu sepakat bahwa semua masukan terhadap hal-hal yang krusial dari semua fraksi dirangkum dan dikompilasi dalam draf untuk diserahkan kepada Badan Legislasi (Baleg) DPR guna dilakukan harmonisasi dan sinkronisasi. Setelah itu, lanjut dia, barulah ketika pembahasan dilakukan dengan pemerintah dikerucutkan dan disepakati terhadap hal yang krusial tersebut.

Guspardi juga mengatakan upaya pengharmonisasian dan sinkronisasi peraturan perundang-undangan dilakukan, untuk memenuhi ketentuan Pasal 18 ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

"Karena pengharmonisasian dan singkronisasi merupakan salah satu dari rangkaian proses pembentukan peraturan perundang-undangan. Proses pengharmonisasian dan sinkronisasi ini dimaksudkan agar tidak terjadi atau mengurangi tumpang tindih dengan peraturan perundang-undangan," jelas Guspardi.

Usai Baleg menyelesaikan tugasnya, kata Guspardi, selanjutnya RUU yang telah diharmonisasi dan sinkronisasi tersebut akan diserahkan kepada komisi II untuk melakukan penyesuaian dan penyempurnaan. Langkah berikutnya, Komisi II mengusulkan kepada pimpinan DPR untuk menggelar sidang paripurna dalam rangka pengesahan RUU Pemilu.

Mekanisme berikutnya adalah Badan Musyawah (Bamus) DPR akan menentukan dan menetapkan alat kelengkapan yang akan menjadi Pansus atau yang bertugas untuk membahasnya.

"Karena ini merupakan usul dan hak inisiatif komisi ll biasanya Bamus akan merekomendasikan pembahasan ini dilakukan oleh Komisi ll," ujar Guspardi.

Meski demikian, Guspardi berharap setelah memasuki masa persidangan ke V, RUU Pemilu sudah bisa ditetapkan agar selanjutnya komisi II membahas dengan pihak Pemerintah.

tag: #uu-pemilu  #guspardi-gaus  #komisi-ii  #ambang-batas-parlemen  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Lainnya
Berita

Tim Mabes XI Beberkan Kisah Sukses Anies Bangun Jakarta

Oleh Sahlan Ake
pada hari Sabtu, 27 Jul 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Mabes XI (Markas Brawijaya XI) Komunitas Relawan Maju Bersama (Mabes) Anies Baswedan kembali menggelar kegiatan sillaturahmi dengan warga kelurahan Kota Bambu Selatan Rw 9 ...
Berita

Tuding Pimpinan DPD Arogan (sub) Senator Lampung Sebut Yorrys Cs Kekanak-kanakan

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPD), Bustami Zainudin menyebut Ketua Komite II DPD, Yorrys Raweyai tak memahami mekanisme organisasi dan kekanak-kanakan. Sebab, ...