Saat kau berpesta pora dalam istana. Bersama begundal begundal penjilatmu yang nyata. Sementara disini aku berdiri tegak. Berteriak lantang diantara rakyat indonesia yang menderita.
Menderita dan kecewa atas segala KEBOHONGAN yang dibingkai dalam sebuah drama pencitraan yang penuh kepalsuan.
Emak-emak berteriak bahkan menjerit menghadapi meroket nya harga-harga kebutuhan pokok.
Listrik naik, bbm naik, beras naik, cabe naik dan sayuranpun ikut naik. Yang turun hanya TKA dibandara pada malam hari.
Wahai pemimpin zholim...!!!
Kau minta kami bertoleransi dan berbhineka dalam semangat persatuan. Tapi elit mu justru mengumbar kalimat rasis dengan penuh kebencian.
Kau ajari kami tentang hukum. Tapi hukum hanya akrab pada penguasa dan jauh meninggalkan kami rakyat jelata. Bahkan kau kriminalisasi para aktivis dan ulama tercinta.
Kau ajari kami tentang demokrasi, maka kami tunggu PEMILU. Tapi, mengapa suara kami kau curangi bahkan kau khianati.
Wahai pemimpin zholim...!!!
Kau kuasai media. Kau rampas hak-hak mulia mereka hanya untuk memuaskan nafsu serakahmu.
Ingat wahai pemimpin zholim...!!!
17 April menjadi akhir dari drama kebohongan mu. Menjadi kuburan massal bagi lembaga survey dan media yang hanya berpihak padamu.
Wahai pemimpin zholim...!!!
Media dapat kau beli. Informasi mampu kau selubungi. Namun kau lupa bahwa rakyat sudah tak suka. Mereka dengan setia telah merekam seluruh senjata dalam kepalanya yaitu C1 sebagai dasar perhitungan perolehan suara pemimpin yang mereka cintai.
Sehebat apapun kau melakukan rekayasa. Tapi kau lupa bahwa kau juga adalah manusia. Jejak mu tertangkap oleh rakyat dimana mana.
Wahai TNI POLRI...!!!
Dimana manunggalmu dengan rakyat...?!
Dimana TRIBRATAMU untuk kami rakyatmu...?!
Pemerintahan bisa berakhir. Rezim boleh berganti. Namun TNI POLRI harus tetap ada bersama rakyat dalam pelukan ibu pertiwi.
"Pemilu Berdaulat Negara Kuat"
ALLAHU AKBAR...!!!
ALLAHU AKBAR...!!!
ALLAHU AKBAR...!!!
Wass,
BawasluRI Jum"at 10 Mei 2019 (*)
