JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Standard Chartered Bank (SCB) salah satu bank asing yang ada di Indonesia ditengarai tidak menjalani etika bisnis berkelas internasional.Bahkan diduga ikut dalam permainan kotor pengambilalihan Bank Bali.

Rudy Ramli mempertanyakan kepada para Pemegang Saham SCB. “Apakah kalian tahu bahwa pada tgl 22 April 1999, saya, Rudy Ramli, dipaksa untuk tanda tangan di atas Kertas Putih (kertas kosong) tanpa ada isi/klausa perjanjian dengan Eksekutif SCB," tanya Rudy.

“Aneh”, tambah Rudy. “Kenapa SCB mau ikut menandatangani kertas kosong itu juga?, Padahal SCB mengklaim dirinya adalah sebuah Bank yang memiliki reputasi internasional dan memiliki standar tata kelola yang sangat tinggi. KENAPA MAU melakukan itu ? KENAPA eksekutif SCB mau?“, tandas Rudy.

Padahal SCB sebagai bank bertaraf internasional mengklaim (lihat screenshot diatas) memiliki sistem tata pengelolaan bank yang luar biasa dan sangat dipercaya dunia Internasional. Bahkan dalam klaim SCB, kehadirannya di berbagai negara, dapat menciptakan perubahan yang berarti.

Faktanya, slogan itu hanyalah bagai ucapan di bibir manis, di mana praktek nya sangatlah jauh dari kenyataan. "Mengapa Bank bertaraf internasional MAU ikut tandatangan di atas kertas kosong?," sindir Rudy

Ramli, mantan pemilik Bank Bali.Karena pada saat penandatanganan di atas kertas kosong tersebut, tidak pernah ada pembicaraan sebelumnya antara Rudy Ramli dan SCB.

Sebelumnya, Rudy Ramli sudah meminta pihak otoritas yang terkait untuk menyetop rencana penjualan saham Bank Permata oleh SCB, dengan lebih dulu melakukan investigasi khusus atas pengambilalihan Bank Bali sebelum dimerger menjadi Bank Permata.

Rudy pada pekan lalu juga sudah mendatangi KPK, meminta untuk menyelidiki adanya kerugiaan negara dari mergernya Bank Bali dan 4 bank lainnya menjadi Bank Permata, lalu dijual sahamnya yang dibeli oleh SCB. (Alf)