Opini
Oleh Soemantri Hassan (Pemerhati Kebijakan Publik) pada hari Minggu, 11 Agu 2019 - 06:40:08 WIB
Bagikan Berita ini :

Tentang Strategi Prabowo

tscom_news_photo_1565480408.jpg
(Sumber foto : Istimewa)

Dalam suasana pekik takbir kutulis tembang ini. Dalam desis dan kegenitan sang nyamuk wara wiri. Akibat kemarau panjang.

Hanya semilir angin yang mampu menghalau genitas nyamuk. Selain angin, kita pun butuh asap. Tak ada api maka tak ada asap.

Orang kota di larang menabun.Karena Tetangga marah. Hanya pada saat sunyi di perkampungan, di pegunungan dan pinggiran pantai kita bebas menabun dan bahkan membuat api unggun.

Dalam bayang bayang genitas nyamuk, saya berpikir strategi Prabowo. Saya tak biasa merenung. Merenung hanya buat pemurung.

Baiknya Aku berpikir dalam alunan lagu Rolling Stone, bergerak tak hanya otak. Seluruh badan bergerak bersaing sehat dengan sang nyamuk.

Strategi Prabowo bagi yang berpikir tentu sepakat ini gebrakan luar biasa. Do the right thing memang butuh dua hal sekaligus keberanian dan kecerdasan.

Keberanian melawan tantangan bahkan ancaman karena berbeda dengan pendapat umum. Kecerdasan terkait melihat peluang dan keterbatasan diri.

Ribut ribut MRT, dan diplomasi nasi goreng serta peristiwa di Bali sebetulnya hanya gimmick untuk memahami strategi seorang Jendral perang. Terlalu rendah gimmick dijadikan dasar analisa strategi.

Lalu apa akal kita? Mulailah banyak membaca cara menghalau nyamuk di musim kemarau panjang. Pelajari tahapan menghalau nyamuk. Bukan sibuk dengan genitas nyamuk.

Karena gak ada yang baru di bawah matahari ini. Pun ilmu pengetahuan. Strategi pun bisa dipelajari dan dipahami dengan melakukan audit. Kalau kata Prof Andre Harjana bisa dilakukan Audit Komunikasi.

Karena tak ada api jika tak ada asap. Tak ada asap maka nyamuk bebas berkeliaran. Asap rokok tak mampu menghalau. Mulailah terbiasa menyaring apa yang dikatakan bukan apa yang dikatakan.

Kata kata hanyalah deretan huruf sebatas kosa kata dan kalimat. Tapi orang yang mengatakan yang sebetulnya mempunyai makna.

Siapa yang memulai wacana residu residuan, poros porosan bisa diukur dengan pendekatan audit komunikasi. Maka buat para tokoh dan pengambil keputusan mulailah hati hati berujar.

Biasanya nyamuk hadir di jarak yang paling terdekat sekadar mengganggu. Dan bisa membawa penyakit runtuhnya kinerja organisasi.

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Ahlan Wa Sahlan Prabowo Sang Rajawali!

Oleh Syahganda Nainggolan
pada hari Rabu, 24 Apr 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Mahkamah Konstitusi sudah memutuskan Prabowo Subianto sah sebagai Presiden RI ke delapan. Itu adalah takdir Prabowo yang biasa dipanggil 08 oleh koleganya. Keputusan MK ...
Opini

Jalan Itu Tidaklah Sunyi

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --"Jika Mamah jadi penguasa apakah Mamah akan menjadikan anak Mamah pejabat saat Mama berkuasa?" Itu pertanyaan anakku malam ini. Aku mendengarkan anakku ini. ...