Opini
Oleh Tardjono Abu Muas, Pemerhati Sosial pada hari Minggu, 18 Agu 2019 - 18:57:16 WIB
Bagikan Berita ini :

Belajar Arti Kemerdekaan dari Bilal

tscom_news_photo_1566129436.jpeg
(Sumber foto : Istimewa)

Euforia sebagian masyarakat merayakan HUT RI ke-74 kini sedang berlangsung dengan berbagai macam cara penyambutannya. Intinya adalah konon menyambut HUT "Kemerdekaan". Pertanyaannya, kemerdekaan dalam bentuk apa?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, penulis mengajak sidang pembaca menyimak kembali sejarah tentang memaknai arti kemerdekaan yang hakiki.

Ummat Islam tentu tak asing lagi dengan nama sosok sahabat Rasul SAW yang satu ini, kerena dia adalah muadzin pertama pilihan insan yang agung Rasul SAW, Bilal bin Rabah.

Penulis tidak akan membahas soal kemerduan suara Bilal saat mengumandangkan adzan tanda masuk waktu shalat, tapi akan mencoba mengajak sidang pembaca dari sisi kemerdekaan jiwa seorang anak manusia bernama Bilal.

Status Bilal berangkat bukan dari anak pejabat, anak orang kaya, anak cendikiawan, bukan pula dari anak pimpinan partai, tapi Bilal berangkat dari sosok yang dilahirkan dari seorang ibu bernama Hamamah, seorang budak wanita berkulit hitam, sehingga Bilal sering dipanggil dengan sebutan ibnus-Sauda"(putra wanita hitam).

Bilal seorang budak hitam yang tidak bergelar cendikiawan, pakar, kiai yang yang bersorban, tidak pula menjadi penjilat yang mengemis-ngemis jabatan, tapi sosok Bilal adalah berstatus seorang budak yang secara fisik masih di bawah kendali majikannya tapi beliau memiliki kemerdekaan jiwa yang benar-benar merdeka. Secara fisik majikannya bisa berbuat apa saja termasuk menyiksa Bilal untuk kembali ke keyakinan nenek moyangnya, tapi Bilal tetap teguh mempertahankan kemerdekaan jiwanya untuk tetap mengucapkan, Ahad, ,,Ahad,,,Ahad,,,(Allah Mahaesa,,,Allah Mahaesa,,,Allah Mahaesa) di tengah-tengaj siksaan yang sedang mendera fisiknya.

Pertanyaan berikutnya, kenapa sosok Bilal yang telah dimerdekakan oleh Abu Bakar dengan cara menebusnya dari majikannya lantas jadi sosok yang mulia di hadapan insan paling mulia pula, Rasul SAW?

Jawabnya, Rasul SAW mengajarkan kepada kita bahwa kemerdekaan jiwa seseorang tentang ketauhidannya lebih utama dari dunia dengan segala isinya.

Bilal memberi pelajaran bagi kita, bahwa kemerdekaan jiwa dengan tetap teguh berpegang kepada kalimat tauhid adalah paling berharga bagi kehidupan seorang yang beriman.

Disadari atau tidak, kini tidak sedikit muncul orang-orang yang penampilan fisiknya perlente, berderet gelar namun jiwanya belum merdeka, mereka tak ubahnya sebagai budak yang telah menuhankan hawa nafsunya. Terlihat merdeka secara fisiknya, tapi jiwanya tergolong budak. Alergi terhadap kalimat Tauhid walau hanya tertulis di selembar bendera. Belajar lagilah tentang arti kemerdekaan kepada Bilal yang fisiknya budak tapi jiwanya merdeka. Sungguh ironis.

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Ahlan Wa Sahlan Prabowo Sang Rajawali!

Oleh Syahganda Nainggolan
pada hari Rabu, 24 Apr 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Mahkamah Konstitusi sudah memutuskan Prabowo Subianto sah sebagai Presiden RI ke delapan. Itu adalah takdir Prabowo yang biasa dipanggil 08 oleh koleganya. Keputusan MK ...
Opini

Jalan Itu Tidaklah Sunyi

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --"Jika Mamah jadi penguasa apakah Mamah akan menjadikan anak Mamah pejabat saat Mama berkuasa?" Itu pertanyaan anakku malam ini. Aku mendengarkan anakku ini. ...