JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --DKI Jakarta menjadi tuan rumah atas peluncuran dimulainya proyek Climate Resilience and Inclusive Cities (CRIC) untuk Wilayah Indonesia dan kawasan Asia Pasifik yang diselenggarakan Uni Eropa (EU) berkolaborasi bersama Asosiasi Kota dan Pemerintah Daerah se-Asia Pasifik (United Cities and Local Governments Asia Pacifis atau UCLG ASPAC).
Proyek ini diharapkan dapat menyusun strategi khusus bagi pemerintah daerah untuk membentuk kota yang berketahanan menghadapi perubahan iklim.
Dalam sambutan H.E. Vincent Piket, Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia, yang dibacakan oleh Hans Farnhammer, Kepala Bagian Kerjasama Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia, pada sesi pembukaan disebutkan, kota merupakan kontributor utama emisi karbondioksida, terutama dari penggunaan energi untuk memasak, pendinginan, industri, transportasi, dan pemanasan, yang berkontribusi hingga 70% dari emisi CO2 global.
Oleh karena itu, program mitigasi dan adaptasi diperlukan untuk menahan dampak negatif perubahan iklim dan mengurangi emisi gas rumah kaca.
“Orang-orang yang tinggal di area perkotaan semakin berisiko terkena bencana alam dan terdampak akan kejadian-kejadian terkait iklim. Hal ini menyebabkan terjadinya pemusatan resiko karena lokasi yang paling berkontribusi terhadap perkembangan ekonomi justru amat beresiko," kata Hans.
Sementara, Direktorat Jenderal Perubahan Iklim, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dr. Ruanda Sugardiman, kemudian menyampaikan, kegiatan proyek baru ini berdampak sangat signifikan dan membantu capaian Indonesia untuk menurunkan emisi dalam rangka pemenuhan national determined contribution.
Ia menyebut pula bahwa Indonesia mampu menurunkan emisi sebesar 29% dari upaya dan dananya sendiri, dan bisa meningkat hinga mencapai 41% apabila ada dukungan dari internasional.
"Dengan kegiatan ini, pertama yang harus disusun adalah action plan-nya. Kemudian, good governance. Kemudian, bagaimana kota itu bisa meningkatkan ketahanan terhadap iklimnya. Jakarta dengan adanya kegiatan proyek ini diharapkan mampu menyiapkan instrumen-instrumen itu, sehingga Jakarta bisa mempunyai action plan yang jelas untuk menurunkan emisinya," ujarnya. (Al)