JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)- Rencana pemerintahan Jokowi memindahkan ibu kota negara ke Kalimantan Timur mendapat respon positif dari masyarakat.
Respon positif itu terlihat dari hasil survei yang dilakukan lembaga survei Indo Barometer baru-baru ini.
"Mayoritas publik, yakni 53,8 persen menyatakan setuju, sementara yang tidak setuju sebesar 30,4 persen," kata Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari, di Jakarta, Minggu, (17/02/2020).
Dalam survei tersebut juga, lanjut Qodari, ada lima alasan publik setuju pemindahan ibu kota.
"Pertama, mengurangi kepadatan Jakarta (57,1 persen). Kedua, pemerataan pembangunan (18,7 persen). Ketiga, menekan kesenjangan ekonomi (7,1 persen). Keempat, wujud keadilan sosial (5 persen) dan Kaltim wilayah paing luas (4,2 persen)," ungkapnya.
Selain itu, kata dia, yang tidak setuju juga punya lima alasan, yaitu jangkauan terhadap pemerintah pusat terlalu jauh (45,2 persen), biaya pindah sangat mahal (33,3 persen), berpengaruh terhadap roda pemerintahan (5,2 persen).
Kemudian, Kaltim bukan wilayah yang tepat bagi pusat pemerintahan (4,7 persen) dan hubungan pemerintah pusat dengan daerah, terutama Jawa semakin jauh sebesar 4,1 persen.
Survei itu juga merilis bahwa mayoritas publik yakin Presiden Joko Widodo berhasil membangun ibu kota baru di Kaltim, yakni sebesar 45,9 persen, sementara 18,9 persen berpendapat Jokowi gagal membangun ibu kota baru.
Ada lima alasan publik yakin Jokowi berhasil membangun ibu kota baru, yakni sudah terbukti dalam pembangunan infrastruktur (53,1 persen), optimistis pasti bisa (18,2 persen), presiden serius memindahkan ibu kota (14,5 persen), banyak yang mendukung (7,6 persen), dan pertaruhan kesuksesan Jokowi (4,7 persen).
Lima alasan juga dikemukakan publik yang tidak yakin, yakni biayanya sangat mahal (43,3 persen), butuh waktu sangat lama (29 persen), pindah ibu kota sama saja pindah segala aspek (12,9 persen), pesimistis (9,4 persen), dan pemindahan sistem yang kompleks (4 persen).
Untuk diketahui, survei nasional itu dilaksanakan Indo Barometer pada 9-15 Januari 2020 menggunakan metode "multistage random sampling" dengan 1.200 responden dan memiliki "margin of error" lebih kurang 2,83 persen.
Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara tatap muka responden menggunakan kuesioner, dengan syarat responden WNI yang berusia di atas 17 tahun atau sudah menikah. (Bng)