JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) – Untuk menghadapi melonjaknya wabah COVID-19, sejumlah negara atau kota melakukan berbagai kebijakan untuk mencegah penyebaran virus Corona- penyebab COVID-19.
Lockdown adalah pengurungan suatu wilayah dimana warganya tidak boleh keluar rumah. Pemerintah menyediakan kebutuhan pangan warganya. Bila ada warga yang keluar rumah akan dikenakan sanksi. Tujuannya untuk memutus mata rantai penyebaran Corona.
Namun ternyata kebijakan lockdown -jika diterapkan – juga mempunyai efek negatif. Dalam situs the guardian (28/3/2020), penguncian rumah bisa membuat perempuan dan anak rentan jadi korban kekerasan. Mereka tidak bisa melarikan diri ke rumah, jika ada tindak pelecehan atau pemerkosaan misalnya.
Pengalaman di Cina, Italia, Jerman, dan Brazil, bisa memberikan pelajaran soal itu. Di sana terjadi peningkatan angka pelecehan seksual.
Di provinsi Hubei, tempat awal virus Corona muncul, terjadi peningkatan kasus kekerasan dalam rumah tangga. Ada laporan ke polisi angka keekrasan dalam rumah tangga sebanyak 162 kasus. Ini meningkat dari tahun sebelumnya yang berjumlah 47 kasus.
Ini karena para suami lebih sering tinggal di rumah bersama istri. Suami bisa tidak betah di rumah, sehingga melampiaskan kebosanannya kepada pasangannya. Atau si istri sudah mulai bosan melihat suami di rumah terus tanpa mencari nafkah buat keluarganya.
"Epidemi ini memiliki dampak besar pada kekerasan dalam rumah tangga," Wan Fei, seorang pensiunan polisi yang mendirikan kampanye amal melawan pelecehan. "Menurut statistik kami, 90% penyebab kekerasan [dalam periode ini] terkait dengan pandemi Covid-19."
Di Brazil juga begitu. Adriana Mello, seorang hakim Rio de Janeiro yang mengkhususkan diri dalam kekerasan dalam rumah tangga, mengatakan bahwa telah terjadi kenaikan 40% atau 50%. "Kita harus tetap tenang untuk mengatasi kesulitan yang kita hadapi sekarang."
Akan halnya di Catalunya, Spanyol, dan Siprus. Banyak pengaduan ke polisi setempat terkait kekerasan dalam rumah tangga, yang meningkat antara 20-30%.
Jadi, kalau ini juga terjadi di banyak tempat, akankah lockdown jadi pilihan utama untuk mengurangi risiko penularan virus Corona?