JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) – Meskipun berbagai upaya sudah dilakukan masyarakat, jumlah kasus COVID-19 tetap melaju cepat. Sampai berita ini diturunkan, jumlah kasus COVID-19 sudah mencapai 785.717 orang, sedangkan yang meninggal dunia sebanyak 37.814 orang.
Salah satu upaya untuk menghambat penularan COVID adalah penggunaan masker. Namun karena kelangkaan masker, banyak masyarakat yang menggunakan asal masker, tak hanya masker N95 yang direkomendasikan WHO, melainkan juga masker terbuat dari kain biasa yang dilapisi busa. Yang memakai masker tak hanya yang sakit, tetapi juga yang sehat.
Dalam situs reuters.com (31/3/2020) seorang pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan WHO masih meminta masyarakat untuk tidak lagi untuk menggunakan masker wajah kecuali mereka sakit terpapar a virus Corona, penyebab COVID-19 atau orang yang tengah merawat pasien.
Menurut WHO, tidak ada bukti spesifik yang menunjukkan bahwa pemakaian masker bermanfaat. "Bahkan, ada beberapa bukti sebaliknya dalam kesalahan memakai masker dengan benar," kata Dr. Mike Ryan, Direktur Eksekutif Program Kedaruratan Kesehatan WHO pada konferensi pers di Jenewa, Swiss.
Menurutnya, yang memerlukan masker itulah adalah para petugas kesehatan yang berada di garis terdepan menangani pasien setiap detik per hari.
Menurut Ryan, saat ini ada masalah bahwa kita memiliki kekurangan masker dan peralatan medis . "(Kalau) mereka tidak memiliki masker itu yang mengerikan," ujarnya.
Sementara itu, Maria Van Kerkhove, epidemiolog penyakit menular WHO mengatakan, WHO memprioritaskan penggunaan masker bagi mereka yang paling membutuhkannya, yang akan menjadi pekerja perawatan kesehatan di garis depan.
"Kami tidak merekomendasikan penggunaan masker kecuali Anda sendiri sakit dan untuk mencegah penyebaran dari Anda jika Anda sakit," kata Van Kerkhove.
Teriakan berkali-kali yang dilontarkan WHO masuk akal. Sebab itu terjadi di banyak negara. Beberapa perusahaan penghasil masker juga menampik melakukan penimbunan atau justru mengekspor masker ke luar negeri.
"Memang kebutuhan masyarakat sangat tinggi, itu kan menyangkutsupplydandemand, digelontorkan berapapun cepat habis," kata Verdi Budidarmo, Direktur Utama PT Kimia Farma. Menurutnya, setiap apotek Kimia Farma mendapat pasokan cuma 20 boks.