Oleh Rihad pada hari Sabtu, 01 Agu 2020 - 20:47:55 WIB
Bagikan Berita ini :

Komjen Listyo Sigit Prabowo Disebut-sebut Akan Jadi Kapolri? Pengamat: Jauh Panggang dari Api

tscom_news_photo_1596289675.jpg
Komjen Listyo Sigit Prabowo (Sumber foto : ist)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)- Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane berharap publik tidak mengaitkan kesuksesan Bareskrim Polri menangkap Djoko Tjandra dengan bursa calon Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri). Menurut Neta, saat ini ada beberapa pihak yang mulai bermanuver dengan mengaitkan penangkapan terhadap buron kasus korupsi pengalihan hak tagih Bank Bali itu dengan nama tertentu sebagai kandidat pengganti Kapolri Jenderal Pol Idham Azis. Disebut-sebut Kabareskrim Polri Komjen Listyo Sigit Prabowo layak jadi Kapolri. Sebelumnya tim khusus yang dipimpin Kepala Bareskrim Polri Komjen Listyo Sigit Prabowo memburu dan menangkap Djoko Tjandra di Kuala Lumpur, Malaysia, Kamis (30/7).

"Dalam kondisi panas kasus Djoko Tjandra ditambah tertangkapnya buronan kakap itu, ada saja pihak-pihak yang mengaitkannya dengan bursa calon Kapolri, padahal hal itu tidak ada kaitannya dan situasinya jauh panggang dari api," kata Neta, Sabtu (1/8).

Ia menyatakan penunjukan Kapolri merupakan kewenangan penuh presiden. Menurut Neta, presiden akan menilai kondisi aktual di masyarakat dan memilih figur yang pantas memimpin Polri. "Bagaimanapun calon Kapolri yang akan diangkat presiden tentu melihat situasi aktual politik saat itu dan proyeksi situasi ke depan, yang semuanya sangat tergantung pada insting politik presiden maupun hak prerogatif presiden," beber dia.

Sebaiknya, kata Neta, semua pihak bersabar menunggu momentum pergantian Kapolri. Dalam penilaian Neta, urusan pergantian pucuk pimpinan Korps Bhayangkara itu baru dilakukan setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) merombak Kabinet Indonesia Maju.

"IPW menilai semua ini akan dilakukan presiden setelah new normal agar pemerintahan ke depan semakin efektif dan stabilitas keamanan kondusif," beber dia.

Pengamat komunikasi politik Emrus Sihombing juga menilai terlalu prematur mengaitkan penangkapan Djoko Tjandra (DT) dengan sosok calon Kapolri menggantikan Jenderal Idham Azis yang pensiun tahun depan. Emrus mengaku termasuk salah satu yang memberikan apresiasi tinggi kinerja Mabes Polri menangkap Djoko oleh tim yang dipimpin langsung Kabareskrim Polri Komjen Listyo Sigit Prabowo.

"Namun terlalu prematur bila hanya berlandaskan prestasi yang satu ini, ada aktor tertentu mengaitkan dengan pantas tidaknya sosok individu menjadi Kapolri menggantikan Idham Azis yang akan memasuki masa pensiun tahun depan," kata Emrus, Sabtu (1/8).

Ia mengatakan karier polisi hingga menjadi nomor satu di kepolisian atas dasar profesional, integritas dan kapabilitas, yang diukur dengan prestasi.

Pakar psikologi forensik Reza Indragiri Amriel tergelitik mengomentari keberhasilan Polri menangkap buron kelas kakap Djoko Tjandra di mancanegara. Pasalnya, ada narasi yang mengaitkan keberhasilan Polri itu dengan calon pengganti Kapolri Jenderal Idham Azis. Menurut Reza, sebenarnya keberhasilan Polri mengakhiri pelarian terpidana korupsi pengalihan hak tagih (cessie) Bank Bali itu merupakan hal biasa dan bukan prestasi yang perlu dibesar-besarkan.

Namun, penangkapan itu menjadi terlihat wah karena selama ini masyarakat kadung menganggap Polri kurang serius. "Bahwa Djoko Tjandra nanti diproses, itu pun biasa saja. Dengan dasar sikap seperti itu, walau tidak saya nihilkan, tetapi saya tidak akan catat penangkapan tersebut sebagai nilai tambah jika dikait-kaitkan dengan narasi pencalonan Kapolri pengganti Jenderal Idham Azis," ucap Reza.

Namun, peraih gelar master psikologi forensik dari University of Melbourne, Australia itu mengharapkan keberhasilan Polri menangkap Djoko Tjandra menjadi jalan pembuka bagi pembersihan di seluruh lembaga penegakan hukum.

Menurutnya, pembersihan itu pun semestinya dilakukan melalui penindakan organisasi dan pidana. Selanjutnya, hasilnya diumumkan ke publik. "Mengapa sisi itu yang justru lebih saya hargai? Tak lain karena di institusi penegakan hukum marak subkultur bernama Blue Curtain Code atau Code of Silence, yaitu kebiasaan menyimpang untuk menutup-nutupi kesalahan sesama kolega," tuturnya

Sebelumnya, Kadiv Humas Polri Irjen Pol Argo Yuwono menyampaikan, penangkapan terhadap Djoko Tjandra dilakukan di Malaysia. Proses pemulangan dipimpin langsung oleh Kabareskrim Polri Komjen Pol Listyo Sigit Prabowo.

“Malam ini sudah kita buktikan dengan adanya penangkapan dan sudah dijemput bapak Kabareskrim di Malaysia dan saat ini sedang dalam perjalanan,” kata Argo di Bandara Halim Perdanakusuma , Jakarta Timur, Kamis (30/7).

Sementara Kabareskrim Polri Komjen Pol Listyo Sigit Prabowo mengatakan, penangkapan Djoko Tjandra dilakukan oleh tim khusus bentukan Kapolri Jenderal Pol Idham Azis. Tim berhasil mengidentifikasi keberadaan Djoko Tjandra di Malaysia.

“Kapolri mengirim surat ke polisi Diraja Malaysia untuk bersama-sama mencari. Tadi siang didapat info yang bersangkutan target bisa diketahui,” kata Listyo.


tag: #djoko-tjandra  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
AMIN BANNER 01
advertisement
AMIN BANNER 02
advertisement
AMIN BANNER 03
advertisement
AMIN BANNER 04
advertisement
AMIN BANNER 06
advertisement
AMIN BANNER 08
advertisement
Lainnya
Zoom

Mengapa Jual Beli Jabatan Merupakan Modus Korupsi yang Populer?

Oleh Wiranto
pada hari Kamis, 06 Jan 2022
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)-Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah menangkap Walikota Bekasi Rahmat Effendi, pada Rabu (5/1/2022). KPK mengamankan 12 orang termasuk Wali Kota Bekasi Rahmat ...
Zoom

Anies dan Ridwan Kamil Akan Digugat Apindo, Ini Alasannya

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)- Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan kini sedang berhadap-hadapan dengan pengusaha. Anies vs pengusaha ini terkait dengan keputusan Anies yang mengubah kenaikan UMP dari ...