Oleh Alfin Pulungan pada hari Rabu, 07 Okt 2020 - 15:01:15 WIB
Bagikan Berita ini :

Indonesia Wakaf Summit 2020 Dorong Peran Wakaf Jadi Perisai Krisis Ekonomi di Tengah Pandemi

tscom_news_photo_1602057627.jpg
Talkshow Milenial Berwakaf di ajang ISEF 2020. (Sumber foto : Humas Dompet Dhuafa)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) -- Pandemi Covid-19 telah membuat lebih dari sejuta warga Indonesia menjadi pengangguran. Bahkan jumlah masyarakat miskin kembali meningkat seiring peningkatan kasus. Hal tersebut diikuti dengan pengurangan sejumlah karyawan di berbagai perusahaan.

Praktisi ekonomi sekaligus Pengurus Yayasan Dompet Dhuafa, Hendri Saparini menuturkan, saat merupakan waktu yang tepat untuk saling mendukung dan bergotong royong mengoptimalkan wakaf sebagai upaya memulihkan ekonomi.

Seiring jumlah pengangguran yang meningkat pesat, maka dibutuhkan lapangan kerja yang dapat menyerap pekerjaan. Ada 3 sektor menurut Hendri yang sangat diperlukan dalam pemulihan ekonomi, yakni sektor pertanian dalam industri kebutuhan pangan, sektor kesehatan, dan sektor dibidang pendidikan.

“Inilah momentum wakaf untuk menjadi instrumen penting. Kita tidak boleh hanya melihat dalam pemulihan ekonomi, dan memang memerlukan dukungan dalam menuju Indonesia emas di 2045. Ini saat terpenting ditambah dengan bonus demografi, pembangunan kita tidak bisa maksimal jika mengandalkan hanya satu instrumen seperti perpajakan," kata Hendri dalam Talkshow Milenial Berwakaf di ajang ISEF 2020, Selasa (6/10).

Hendri menjelaskan, wakaf bisa menjadi instrumen penting dalam membangun kesejahteraan masyarakat. Menurutnya, dengan angka satu triliun rupiah, wakaf sangat berpotensi besar dalam menyumbang perbaikan ekonomi.

Selain itu, dibutuhkan pula kompetensi SDM maupun lembaganya dalam pengelolaan wakaf. Untuk mewujudkan hal ini, Hendri menuturkan perlu dukungan dari kebijakan pemerintah dalam mengimplementasikan potensi wakaf.

Di lain sisi, Direktur Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah BI, Prijono, mengungkapkan bahwa selain waktu yang tepat dalam progres wakaf, yang terpenting juga adalah partisipasi masyarakat.

Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, Prijono menerangkan perlu ada optimasliasai wakaf dengan tiga landasan, yakni literasi, tata kelola lembaga wakaf, dan kolaborasi antar stakeholder secara masif.

Ia menjelaskan, pada Literasi harus terbentuk dengan kuat terhadap pemahaman akan bentuk-bentuk wakaf di ranah masyarakat. Kemudian tata kelola terdapat peran lembaga wakaf dengan membangun kepercayaan publik untuk menyalurkan wakafnya melalui lembaga.

Waqf Core Principles (WCP) telah diluncurkan pada 2018. Dalam hal ini Bank Indonesia (BI) berkontribusi pada pengeluaran WCP. Di dalam WCP tersebut, mencakup pengelolaan dan pengawasan terhadap lembaga pengelola wakaf sebagai bukti komitmen, serta kolaborasi antar stakeholder dalam pengelolaan wakaf.

“Wakaf produktif atau wakaf uang belum familiar di masyarakat. Ini tercermin dari pemahaman masyarakat yang sebatas dalam bentuk barang tidak bergerak, seperti bangunan yang diaplikasikan ke ranah pendidikan, rumah ibadah, makam maupun tanah. Pemanfaatan obyek wakaf masih berkirsar hal-hal yang sifatnya fisik saja, belum sampai sifatnya produktif. Sehingga belum berdampak pada ekonomi secara siginifikan,” kata Prijono.

Selain Prijono dan Hendri Saparini, turut pula memeriahkan gelaran tersebut pengusaha dan wakif Prof Indra Uno, kemudian juga Aliyah Sayuti, Ify Alissa, Bobby P Manullang, serta Ustadz Ahmad Shonhaji. Semakin meriah, bincang Milenial Berwakaf yang dipandu Kamaratih Kusuma, sebagai host.

“Di negara tetangga, berbagai pembagunan seperti pusat-pusat perbelanjaan bersumber dari dana wakaf. Saya berharap ke depannya, instrumen wakaf bisa membesarkan seluruh kegiatan ekonomi di Indonesia. Bahkan sudah banyak ahlinya, maka dapat makin banyak kita membangun wakafnya. Saya mendorong setiap insan dari industri keuangan untuk membesarkan bareng-bareng dalam pembangunan wakaf,” jelas Prof. Indra Uno.

Sementara itu, Tessa, salah satu pewakaf (muwakif) melalui sambungan online dari Singapura menyampaikan, dirinya memandang Dompet Dhuafa bukan hanya mengajak wakaf, tapi juga membimbing, maupun memberikan ilmu dalam membangun wakaf.

"Mungkin untuk saat ini sebaiknya dioptimalkan ke ranah pendidikan kedisiplinan dalam pencegahan Covid-19. Percuma saja jika wakaf hanya membantu dari sisi ekonomi maupun rumah sakit, tapi kesadaran dan pemahaman tentang Covid-19 masih kurang di masyarakat," katanya.

Pada akhir acara, Bobby P Manullang menegaskan bahwa Dompet Dhuafa mengajak dalam melengkapi kebaikan bangsa untuk berwakaf serta bersama-sama melihat kondisi saat ini dengan lapang dada.

Ia mengatakan, wakaf tidak identik dengan kalangan atas, tapi semua golongan harus bersama-sama mendorong kepedulian melalui wakaf.

tag: #dompet-dhuafa  #wakaf  #ekonomi-indonesia  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement