Berita
Oleh Bachtiar pada hari Jumat, 19 Mar 2021 - 15:11:25 WIB
Bagikan Berita ini :

Soroti Rencana Impor Beras, Pengamat: Pepesan Kosong Janji-Janji Jokowi

tscom_news_photo_1616141485.jpg
Gde Siriana Yusuf Pengamat Politik (Sumber foto : Istimewa)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)- Direktur Eksekutif INFUS (Indonesia Future Studies) Gde Siriana Yusuf mengungkapkan, dalam kampanye Pilpres 2014, janji politik Jokowi yang paling bombastis adalah akan membuka lahan pertanian sawah sebanyak 1 juta hektar setiap tahunnya.

"Faktanya, BPS
menyebut luas lahan baku sawah terus menurun. Catatan mereka pada 2018 lalu, luas lahan tinggal 7,1 juta hektare, turun dibanding 2017 yang masih 7,75 juta hektare," sindir Gde kepada wartawan, Jumat (19/03/2021).

Sebaliknya, lanjut Gde, tercatat impor beras RI tahun 2018 sangat tinggi mencapai 2,3 juta ton. Bahkan dalam 5 tahun terakhir (2015-2019), rata-rata impor beras mencapai di atas 1 juta ton per tahun.

"Jadi sesungguhnya rakyat sudah bisa menilai kegagalan pemerintahan Jokowi dalam membangun pertanian nasional di periode pertamanya. Ini saya sebut sebagai pepesan kosong pertama," tandasnya.

Menurutnya, jika sebelum Reformasi 98 ada GBHN (Garis-Garis Besar Haluan Negara) yang mengamanatkan pelaksanaan pembangunan kepada Presiden, maka kegagalan di sektor pertanian tentunya dapat menimbulkan penolakan MPR atas laporan pertanggungjawaban presiden periode 2014-2019.

"Beruntung presiden sekarang hanya berhaluan pada janji kampanye dirinya sendiri. Dan janji dapat dimaknai dengan multi tafsir politik (ngeles)," sindirnya lagi.

Selanjutnya pada kampanye Pilpres 2019, kata Gde, Jokowi berjanji akan meningkatkan produktifitas dan kesejahteraan petani dan nelayan.

"Tetapi baru setahun janji itu diucapkan, pemerintah berencana akan impor beras lagi di tahun 2021 ini," sesalnya.

Pemerintah, saran Gde, semestinya membaca data BPS. Demografi penduduk perdesaan di Indonesia masih lebih dari 40%. Pada sisi tenaga kerja, dari 128 juta pekerja, lebih dari 38juta bekerja di sektor pertanian.

"Jadi semestinya pembangunan sektor pertanian menjadi mandatory, bukan hanya soal swasembada pangan atau ketahanan pangan. Tapi ini soal distribusi ekonomi yang lebih adil," tegasnya.

"Jika kita lihat lagi data BPS September 2020, jumlah penduduk miskin 27,55 juta orang (10,19% dari total penduduk), angka itu naik 0,41% dibanding Maret 2020, dan naik 2,76% dibanding September 2019. Dan sebagian besar peningkatan penduduk miskin terjadi di perdesaan."

"Jadi, saya melihat ini sebagai pepesan kosong kedua. Bahkan sebelumnya presiden Jokowi mengajak rakyat untuk membenci produk asing. Tapi koq untuk beras, ganas sekali impornya," sindir Gde lagi.

tag: #impor-beras  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
PRAY SUMATRA
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Berita Lainnya
Berita

Dukung Perpol Polri: Prof Henry Indraguna Ingatkan Setiap Penugasan Tetap Sejalan Putusan MK dan Semangat Konstitusi

Oleh Sahlan Ake
pada hari Jumat, 19 Des 2025
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Pakar Hukum Prof Dr Henry Indraguna menegaskan Peraturan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Perpol) Nomor 10 Tahun 2025 tentang Anggota Polri yang Melaksanakan Tugas di ...
Berita

Demi Keadilan dan Penegakan Hukum: Kejati Jakarta Kembali Buka Dugaan Tipikor Kejahatan Investasi PLNBBI dengan ARII

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Kejaksaan Tinggi (Kejati) Daerah Khusus Jakarta berencana membuka kembali kasus dugaan tindak pidana korupsi (Tipikor) yang melibatkan PLN Batubara Investasi (PLNBBI) pada ...