Oleh Edy Mulyadi, Wartawan Senior pada hari Sabtu, 03 Mei 2025 - 18:50:07 WIB
Bagikan Berita ini :

PIDATO MAY DAY PRABOWO DAHSYAT, TAPI AKANKAH NASIB BURUH TETAP MENYAYAT?

tscom_news_photo_1746273007.jpeg
Presiden Prabowo Subianto (Sumber foto : Istimewa)

Jakarta, TEROPONGSENAYAN.COM - Pidato Prabowo Subianto saat peringatan Hari Buruh 1 Mei 2025 terbilang dahsyat. Di depan 200ribuan buruh di Monas, Prabowo sangat menggugah. Dia bicara soal perampokan kekayaan negara, kemiskinan rakyat. Presiden juga berjanji memperjuangkan kaum kecil hingga akhir hayat. Untuk itu Prabowo bahkan tak segan bersumpah atas nama Allah SWT.

Sahabat saya, Dr. Syahganda Nainggolan dalam artikelnya Kebangkitan Kaum Buruh menyebut momen ini sebagai titik balik. Doktor perburuhan itu menyebut, istilah “kaum buruh” yang sempat dihapus kini dihidupkan kembali. Kita catat itu sebagai langkah simbolik yang layak dihargai.

Seperti yang ditulis Syahganda, Prabowo memang layak diapresiasi. Dia menyebut “kaum buruh” sebagai entitas berjiwa. Bukan sekadar "pekerja netral". Prabowo juga menawarkan pembentukan Dewan Kesejahteraan Buruh dan Satgas PHK. Gagasan itu memang terdengar manis.

Buruh Tak Kenyang dengan Omon-omon

Tapi, sebentar dulu, bukankah sudah ada Kementerian Ketenagakerjaan? Sudah ada Dewan Pengupahan? Sudah ada BPJS Ketenagakerjaan? Lalu untuk apa membentuk berbagai badan/lembaga tadi? Katanya mau efisiensi? Yang ada sekarang sudah sangat tambun, lho.

Pertanyaan pentignya, kenapa hingga kini buruh tetap menderita? Jawabnya gampang. Semua itu terjadi karena negara abai. Karena kekuasaan selama ini berpihak pada pemilik modal. Bukan pada keringat kaum buruh.

Kita butuh lebih dari sekadar pidato. Kaum buruh tak boleh lagi cuma jadi alat produksi kelompok elite. Sudah cukup jadi korban janji-janji. Presiden tak boleh lagi meneruskan hobinya beromon-omon.

Kini saatnya bersatu. Bukan untuk menyambut penguasa baru. Bersatu untuk menuntut pertanggungjawaban penguasa lama. Jokowi dan kroninya harus diadili secara politik dan moral. Bertanggung jawab atas kejahatan sosial yang mereka lakukan terhadap buruh dan rakyat miskin.

Fakta menunjukkan semua derita buruh hari ini terjadi saat Jokowi berkuasa. Upah murah, outsourcing, PHK brutal, Omnibus Law, dan lainnya.

Andai saja 200 ribuan buruh di Monas kemarin menuntut pertanggungjawaban Jokowi atas semua kejahatan ekonomi, itu akan jauh lebih dahsyat. Tapi publik melihar geliat may day yang biasanya sangar dan garang kemarin berubah jadi semacam selebrasi. Entah siapa, atas apa, atau untuk apa.

Saatnya buruh harus bangkit sebagai kekuatan perubahan sejati. Buruh bukan penggembira demokrasi palsu. Dan, Presiden Prabowo punya kesempatan, juga kewajiban, untuk membantu mewujudkannya.

Hidup buruh yang sadar politik! Bukan buruh yang hanya kenyang dikasih tepuk tangan dan barapan! Juga janji-janji palsu.

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
thejoint
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Lainnya
Opini

Pembatalan Mutasi 7 Perwira Tinggi TNI

Oleh Hendardi, Ketua Dewan Nasional SETARA
pada hari Sabtu, 03 Mei 2025
Jakarta, TEROPONGSENAYAN.COM - Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto mengeluarkan Keputusan Panglima TNI Nomor KEP 554.a/IV/2025 tanggal 30 April 2025. Keputusan Panglima tersebut membatalkan mutasi ...
Opini

RUU Perampasan Aset: Janji Politik, Harapan Rakyat

Jakarta, TEROPONSENAYAN.COM - Terik matahari belum reda ketika ribuan buruh berkumpul di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Rabu, 1 Mei 2025. Di tengah lautan massa yang mengenakan seragam serikat ...