Oleh Denny JA pada hari Rabu, 30 Jul 2025 - 12:38:35 WIB
Bagikan Berita ini :

MENGEJAR “MISSION IMPOSSIBLE”: KEMANDIRIAN ENERGI INDONESIA

tscom_news_photo_1753853915.jpg
Denny JA (Sumber foto : Istimewa)

TEROPONGSENAYAN.COM - Balikpapan, Tahun 1996. Sebuah keluarga kecil tinggal di ladang Texas. Sang ayah, George Mitchell, duduk di meja makannya, menatap tumpukan laporan pengeboran.

Putranya bertanya polos, “Ayah, kenapa terus bekerja padahal semua bilang idemu itu gila?”

George tersenyum, letih namun mantap. “Karena kalau berhasil, kamu tak akan lagi melihat Amerika bergantung pada siapa pun untuk energi.”

Ia bahkan tak tahu, bahwa mimpi gilanya itu—menciptakan revolusi energi dengan fracking yang ekonomis, yang akan mengubah sejarah energi dunia.

Itu cara baru memproduksi minyak. Cara yang menjadikan Amerika Serikat produsen minyak nomor satu dunia dalam dua dekade.

Tapi semuanya dimulai dari satu: keyakinan yang nyaris mustahil. Mengejar sejenis Mission Impossible.

Spirit inilah yang perlu dihidup- hidupkan pada siapapun yang ingin perubahan signifikan. Mulailah dengan mimpi yang sedikit gila untuk membuat inovasi, yang menghasilkan pencapaian tak biasa.

-000-

Mengejar mimpi yang tak biasa, sejenis mission impossible, yang bisa dicapai, terasa dalam acara itu.

Minggu ketiga Juli 2025. Sejumlah profesional muda berkumpul di Hambalang, berdiri gagah di hadapan Presiden. Mereka tergabung dalam program Presidential Fellowship in Economics and Business Leadership.

Mereka tak hanya menyampaikan laporan teknis, tapi menyuarakan tekad moral:

“Kami tidak akan lagi bergantung pada impor BBM!”

Kondisi energi di Indonesia, tak bisa dikatakan sedang baik- baik saja.

Karena hari ini, Indonesia hanya mampu memproduksi sekitar 600 ribu barrel per hari, sementara konsumsi nasional mencapai 1,4 juta barrel per hari.

Hampir setengah dari energi kita adalah hasil impor.

Masalah ini bukan hanya soal neraca dagang. Ini soal survival sebuah bangsa, soal kemandirian politik, bahkan soal hak hidup generasi mendatang.

Bisakah ini diubah? Ataukah kita sedang mengejar sesuatu yang mustahil?

Bisakah kita mengubah takdir energi Indonesia?

-000-

Saya teringat serial film Mission Impossible, yang dibintangi Tom Cruise sebagai Ethan Hunt.

Sudah delapan seri sejak 1996—selama 29 tahun. Dalam satu adegan ikonik, Ethan harus mencuri data ultra-rahasia milik CIA, yang disimpan di ruang dengan sistem pengamanan berlapis: detektor gerak, sensor panas, lantai sensitif, dan kamera 360 derajat.

Tugas itu tak masuk akal. Tapi Ethan berhasil.

Mengapa?

• Karena misi itu penting bagi negaranya
• Karena ada riset mendalam dan teknologi tepat guna
• Karena ia memiliki tim solid, keberanian ekstra, dan sedikit kegilaan untuk menembus batas

Kita belajar: sesuatu yang nyaris mustahil bisa dicapai, bila tekad, teknologi, dan tim menyatu.

-000-

Namun film itu bukan sekadar hiburan. Ia adalah metafora zaman ini.

Dalam dunia nyata, George Mitchell adalah Ethan Hunt-nya energi Amerika. Ia juga mencapai Mission Impossible.

Pada 1990-an, semua ahli geologi sepakat: minyak serpih (shale oil) tak bisa diambil secara ekonomis. Biayanya terlalu tinggi, teknologi belum ada. Tapi Mitchell menolak menyerah.

Ia mencampur air bertekanan tinggi, pasir, dan bahan kimia untuk memecah batuan serpih—proses yang dikenal sebagai hydraulic fracturing atau fracking.

Awalnya terdengar seperti mimpi absurd. Tapi Mitchell bertahan. Ia mencoba, gagal, mencoba lagi.

Dan pada tahun 2000—teknologi itu berhasil. Pada 2018, AS memproduksi 12 juta barrel per hari, melampaui Arab Saudi dan Rusia.

Mereka tak lagi tergantung minyak Timur Tengah. Mereka menjadi eksportir bersih.

Ini bukan dongeng. Ini sejarah. Dan Indonesia bisa menulis sejarah serupa.

-000-

Kita punya catatan emas.

Tahun 1977, Indonesia memproduksi 1,2 juta barrel per hari. Kita adalah anggota OPEC. Kita berdiri gagah di panggung energi dunia.

Namun waktu menggerus. Eksplorasi mandek. Sumur tua dibiarkan. Birokrasi melilit. Dan kita jatuh menjadi pengimpor utama BBM.

Tapi sejarah memberi pesan penting:
Jika kita pernah mencapainya, kita bisa mengulanginya.

Target kita kini: 1 juta barrel per hari. Sebelum 2029.

Angka ini bukan asal pilih. Ia adalah simbol balik arah sejarah. Dengan angka ini:

• Ketergantungan impor BBM turun drastis
• Beban subsidi dan defisit transaksi berjalan menyusut
• Rupiah lebih kuat
• Investasi hulu migas kembali bergairah
• Dan—yang paling penting—kita menuju merdeka secara energi

Namun ini bukan kerja satu institusi. Ini kerja kolektif. Kerja bangsa.

-000-

Apa yang bisa dilakukan Pertamina Hulu Energi (PHE)?

A. Di Dalam PHE:

1. Eksplorasi Agresif dan Cepat

• Target wilayah frontier: dari Papua hingga Natuna

• Gunakan AI, machine learning, dan digital twins

• Percepat time-to-POD (Plan of Development)

2. Revitalisasi Lapangan Tua
• Implementasi Enhanced Oil Recovery (EOR)
• Real-time monitoring dan digitalisasi sumur

3. Penguatan SDM dan Teknologi

• Bangun center of excellence internal

• Pelatihan intensif pre-fracking, carbon capture, deepwater drilling

4. Kemitraan Inklusif dan Cerdas

• Libatkan swasta nasional maupun asing

• Perluas pendanaan dan inovasi teknologi

• Jalankan semua dalam koridor Good Corporate Governance: transparansi, akuntabilitas, dan keberlanjutan

B. Di Luar PHE (Regulasi & Politik):

1. Sinergi SKK Migas–Pertamina

• Hilangkan tumpang tindih izin dan birokrasi yang lamban

2. Reformasi Kontrak dan Insentif
• Terapkan skema gross split flexible
• Fiscal incentive untuk blok frontier

3. Kebijakan Nasional Pro-Kemandirian

• Dorong lahirnya Energy Sovereignty Act: UU yang mewajibkan roadmap kemandirian energi setiap 5–10 tahun

-000-

Energi bukan cuma urusan barel dan dolar.
Ia adalah urat nadi bangsa.

Ketika kita membangun kilang, kita sedang membangun karakter.

Ketika kita mengebor sumur, kita sedang mengebor harapan.

Ketika kita memilih jalan sulit—tanpa impor, tanpa jalan pintas—kita sedang menguji jiwa kita sebagai bangsa.

Negara yang mandiri energinya adalah negara yang tak bisa didikte.
Karena ia punya kendali atas darahnya sendiri.

Dan darah itulah: energi.

Diperlukan sedikit kegilaan untuk mengejar mimpi sebesar ini.

Tapi sejarah selalu berpihak pada mereka yang nekat namun berniat baik.

Seperti George Mitchell.
Seperti Ethan Hunt.

Seperti 82 profesional muda Indonesia yang berdiri di hadapan Presiden, dengan dada penuh tekad.

Indonesia sedang menulis ulang takdirnya.

Dengan tangan-tangan berani, teknologi cerdas, dan keberanian moral, mungkin—hanya mungkin—yang dulunya “mission impossible” akan menjadi:

Mission Accomplished.

Namun kemandirian energi sejati tak hanya soal minyak dan gas. Ini juga tentang menyiapkan transisi ke energi terbarukan—matahari, angin, panas bumi—yang bersih dan lestari.

Kemandirian yang visioner adalah yang memadukan kekayaan bawah tanah dengan kesadaran ekologis demi masa depan bumi dan bangsa.

Di balik gempita migas, mari sulap "kutukan minyak" menjadi berkah: alokasikan 20% keuntungan tiap sumur baru untuk green energy seed fund.

Bayangkan rig di Riau yang membiayai panel surya di Sumba atau mikrohidro di Halmahera. Di sini, tiap tetes minyak bukan akhir peradaban, tapi benih transisi adil yang menyatukan nadi industri dan napas bumi.

"Bayangkan: Setiap barel minyak yang kita produksi hari ini, sebagian dananya dipakai untuk bangun panel surya di desa atau kincir angin di pesisir.

Dengan cara ini, minyak bukan sekadar bahan bakar, tapi "jembatan" menuju energi bersih. Hasilnya? Indonesia tak hanya mandiri energi, tapi juga pelopor
hijau di Asia Tenggara."

Kemandirian bukan sekadar soal cadangan dan produksi—
tapi keberanian menolak takdir yang diwariskan.

Kita tak hanya mengejar energi,
tapi makna di baliknya: kendali atas masa depan,
dan warisan bumi yang tetap bernapas untuk anak cucu kita nanti.

Dan ketika hari itu tiba,
anak cucu kita akan berkata dengan bangga:

“Di tahun 2025, bangsa ini memilih jalan yang berat.
Tapi karena itu, kami berdiri tegak hari ini.”

Balik Papan, 29 Juli 2025

(Perluasan pidato pengarahan Denny JA, selaku Komisaris Utama, di hadapan pertemuan nasional Pertamina Hulu Energi, Quarterly Production
Coordination Meeting TW II/2025, yang dihadiri seluruh Zona)

Referensi

• Liputan program 82 profesional muda di Hambalang:

CNN Indonesia – 82 Anak Muda Terpilih di Program Kepemimpinan Ekonomi Presiden

• Buku tentang George Mitchell dan revolusi fracking:

The Frackers: The Outrageous Inside Story of the New Billionaire Wildcatters oleh Gregory Zuckerman (Penguin, 2013, diperbarui cetak ulang 2022)

-000-


Ratusan esai Denny JA soal filsafat hidup, political economy, sastra, agama dan spiritualitas, politik demokrasi, sejarah, positive psychology, catatan perjalanan, review buku, film dan lagu, bisa dilihat di FaceBook Denny JA’s World

https://www.facebook.com/share/1LHc38hUo8/?mibextid=wwXIfr

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
thejoint
advertisement
KURBAN TS -DD 2025
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement