JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) -- Menyambut peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, eks Direktur Utama PT PLN Batubara, Khairil Wahyuni, SH, MBA di Pesantren "Jagat Arsy" Jakarta, membagikan pengalaman kedasyatan berpegang teguh pada Alquran dan ketauladanan Rasulullah. Sehingga, dapat bangkit dari kegagalan merajut karier di PLN, akibat harus pensiun dini di saat posisi jabatan melejit.
"Sebagai seorang muslim, panduan saya adalah Alquran dan suri tauladan Rasulullah. Dalam agama lain, mungkin punya pandangan sendiri. Karena saya muslim, sehingga bagaimana bisa sukses, memitigasi kegagalan, atau bagaimana bisa bangkit dari kegagalan dengan pandangan (panduan) tersebut," kata Khairil Wahyuni, dikutip pada Rabu (3/9/2025).
Eks Dirut PT PLN Batubara era Presiden SBY ini mengaku dirinya membuktikan selama berkarier sebagai tenaga profesional di PLN, ternyata "terselamatkan" dan senantiasa "tertolong" energi ilahiah, lantaran dalam mempersepsikan suatu kesuksesan, karena ijin Allah dan bukan semata-mata hasil jerih payah pribadi.
"Karena semata mata Allah memberikan ijin untuk kita berproses, maka kalau diuji kesuksesan, tidak berlebihan sampai lupa-lupa diri," kata Khairil saat menjadi pembicara sarasehan bersama Farizan H Razie, BBA, PMP di Pesantren Peradaban Dunia "Jagat Arsy" Jakarta, bertema "Kerangka Berpikir Bisnis dalam Presprektif Islam".
Realita yang ada, Khairil menambahkan, tidak sedikit orang mencapai kesuksesan menjadi lupa diri, karena berpandangan seolah berkat diri sendiri. Akibatnya, jika gagal akan jatuh terpuruk, kecewa berlebihan, stress, depresi, bahkan stroke. Akibat selalu berpikiran negatif, sehingga tidak bisa bangkit kembali.
"Kalau kegagalan itu (dipahami) dari prespektif agama, maka gagal itu atas ijin Allah. Tidak ada musibah tanpa ijin Allah. Kita sadar bahwa musibah ketetapan dari Allah, maka kita bisa berdamai dengan diri sendiri. Sehingga, bisa kembali ke titik nol, keikhlasan," terang Alumni Fakultas Hukum UGM ini.
Karenanya, yang semula kecewa karena gagal, lanjut dia, bisa ikhlas, lantas rajin berdzikir kepada Allah, sehingga hati bisa tenang.
"Kita syukuri ketenangan tersebut, maka kenikmatan akan didapat terus menerus," imbuh Khairil.
Khairil menyontohkan pengalamannya sukses mencapai puncak karier sebagai direksi di PLN Batubara kemudian gagal karena tersandung masalah. Ia berhenti atau mengundurkan diri diberhentikan dari PLN Tahun 2016, sebelum masa pensiun. Padahal, dirinya Ketika itu masih punya waktu yang cukup lama untuk memasuki usia pensiun di PLN dan Bahkan, jenjang kariernya juga berpeluang menduduki posisi yang lebih tinggi lagi, yakni Direksi di PT PLN (Persero).
Beruntung saat musibah menimpanya, Khairil tetap berpegang teguh pada Alquran dan ketauladanan Rasulullah. Sehingga, kegagalan itu tidak membuatnya terpuruk hingga tidak bisa bangkit kembali. Padahal, ia sempat mengalami kondisi menyedihkan dalam sel tahanan, akibat tersandung perkara pidana di perusahaannya itu. Tentu, pengalaman pahit tak pernah terbayangkan dalam sepanjang hidup Khairil.
"Saya mengalami sendiri ketika berada dalam tahanan, di ruangan satu kali satu (meter). Suasananya panas, hanya kesedihan yang ada, tapi saya berserah diri. Saya (fokus) sholat, dzikir dan mengaji (baca Alquran) di situ. Ternyata, kenikmatannya tidak saya dapatkan di luar. Itulah yang paling nikmat, berkomunikasi (intens) dengan Allah", kenang lulusan MBA dari University of Missouri, St Louis Amerika Serikat.
"Ketika kenikmatan itu kita syukuri terus, maka yang ada aura positif. Sehingga, peluang-peluang bisnis menjadi terbuka. Kemudian, (setelah keluar tahanan) banyak orang yang mengajak (berbinis)," cerita Khairil.
Saat kembali bangkit, menurut Khairil, dirinya memilih tidak lagi jadi pekerja profesional. Ia merintis sebagai pebisnis hingga saat ini. Mengingat, skill seseorang bermuara kalau tidak sebagai tenaga profesional, pilihannya sebagai enterpreneur atau pebisnis.
"Sebagai pebisnis, (berkonsekuensi) mengambil risiko terhadap proses untuk mendapatkan income. Tadinya, saya (sebagai pekerja profesional) digaji orang. Saya (bangkit) mengambil risiko kalau bisnis tidak jalan saya tidak bisa makan. Tapi kalau berkembang, saya bisa makan," kata Khairil.
SEMBILAN RULES BERBISNIS
Sejak merintis sebagai pebisnis, Khairil tidak ingin mengulang kegagalan yang pernah dialami sebagai pekerja profesional di PLN saat sukses mencapai posisi di kursi direksi.
Khairil benar-benar fokus berpegangan pada Alquran dan ketauladanan Rasulullah. Khususnya, dalam mengimplementasikan sembilan rules bisnis yang pernah dipraktikkan selama berkarier di PLN hingga sukses menduduki jabatan direksi di PLN batubara.
"Sebagai pebisnis (owner) atau pekerja profesional mengelola bisnis, ada sembilan rules yang harus dipunyai agar kita bisa menjalankan bisnis tersebut," ungkapnya.
Rinciannya. Pertama, tujuan bisnis terarah. Kedua, punya tim atau orang-orang (pekerja) yang mumpuni dalam mengurus bisnis. Ketiga, ada aturan main menjalankan usaha. Keempat, ada modal (bisa berupa uang atau barang) agar bisnis berjalan. Kelima, pengelola bisnis harus punya karakter bagaimana agar bisa sukses.
Keenam, punya target bisnis. Ketujuh, mengetahui apa target owner? Misalnya, perusahaan untung, dan owner puas. Kedelapan, bagaimana proses bisnis dijalankan (mulai belanja bahan/barang, peroses produksi, penjualan, dan hasil akhir). Kesembilan, mempunyai "key performance indicators" atau indikator kinerja.
Kesembilan elemen dasar bisnis ini harus dikelola secara berkesinambungan dan terararah, bukan sporadis.
"Kesembilan dasar dalam berbisnis ini saya dapatkan dalam pengalamanan saat sukses sebagai pelaku pekerja. Saya katakan sukses karena saya bisa berkarier menduduki posisi puncak sebagai direksi (Dirut PT PLN Batubara)," katanya.
Namun, Khairil mengingatkan, tetap mendasarkan kerangka berpikir bisnis dalam perspektif Alquran. Selain itu, juga kerangka berpikir untuk mengantisipasi ancaman-ancaman. Sehingga, berhati hati dalam mengambil suatu tindakan. Apabila bisnis dikelola secara baik dan kehati-hatian, maka hasilnya dipastikan sukses dengan ridloh Allah.
"(Fakta) Pengalaman sepanjang karier saya, norma Alquran ini kekal, yang lainnya berubah. Aturan-aturan, norma-norma hukum bisnis tidak tetap, sifatnya dinamis. Karena bisnis dipengaruhi faktor eksternal dan faktor internal, dan kedua faktor tersebut tidak pasti/berubah ubah," tegas Khairil.
Faktor eksternal, menurutnya, yakni situasi politik dan ekonomi di Tanah Air. Politik ekonomi bisa berubah setiap lima tahun pasca pemilu, sosialnya berubah, hukumnya juga berubah, sehingga ekonominya berubah.
"Mengakibatkan Hukum bisnis tidak kekal/ tidak pasti. Jadi, peganglah Alquran, kemudian diimplemantasikan dalam suatu prilaku, mengikuti prilaku Rasululah SAW," kata Khairil.
Dari ketauladanan prilaku Rasulullah itu menjadi dasar tindakan, semangat, motivasi, sehingga kapasitas dan pemahaman dalam berbisnis dapat berkembang dan bertambah.
Berdasarkan pengalaman berkarier di PLN dari nol hingga menjadi pejabat sebagai Kepala Cabang Pinrang PT PLN (Persero) VII (2000-2004), Khairil menyimpulkan setidak-tidaknya ada Sembilan modal sebagai bekal dalam menghadapi tantangan mencapai karier sukses.
PERTAMA, punya dasar hukum /fiqh yakni Alquran;
KEDUA, prilaku harus mengedepankan norma adab, kesantunan sebagaimana ditauladankan Rasulullah.
KETIGA, meyakini bahwa Allah menciptakan kapasitas orang per orang sama, namun untuk sukses, Allah memberikan petunjuk lewat Alquran. Artinya, Allah memberikan modal dasar kepada kita mata untuk melihat, telinga untuk mendengar dan hati untuk bersyukur (dengan ikhlas).
"(Sebagaimana) Allah berfirman dalam Surat Nahl Ayat 78, yang artinya; Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kami pendengaran, penglihatan, dan hati," papar Khairil. Tapi, kenapa ada yang sukses dan ada yang tidak sukses?
Yang sukses, lanjut Khairil, karena selalu berpikiran positif. Selalu bersyukur setiap menghasilkan sesuatu. Ketika gagal, dia ikhlas, sehingga bisa bersabar. Meyakini kegagalan diuji Allah, untuk menghapus dosa. Karenanya, mudah bangkit. Kemudian bangkit lagi.
"Sebaliknya, kalau terbelenggu (tidak ikhlas) atas suatu kegagalan , maka gagal lebih dalam lagi dan tidak bisa bangkit," tutur Khairil.
Walau begitu, Khairil memperingatkan, semua potensi kapasitas itu masih memiliki celah potensi ancaman gagal, jika tidak disertai sikap waspada dan kehati-hatian.
"Pengalaman saya ketika menjalankan organisasi (PLN Batubara), saya hanya fokus pada modal (kapasitas) diri sendiri tadi, tidak fokus adanya ancaman dari luar," ungkap Khairil.
Padahal, lanjut dia, firman Allah sudah mengingatkan dalam Surat Al Hujurat Ayat 12. Artinya; "... jauhilah banyak rasangka (buruk). Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Janganlah sekali kali mencari kesalahan orang lain, dan janganlah di antara kamu menggunjing....".
Firman Allah itu mengingatkan kita bahwa ada sebagian dari manusia yang punya potensi mencari cari kesalahan orang lain, bahwa ada orang yang selalu berprasangka buruk kepada orang lain.
"Peringatan Allah ini seharusnya dijadikan waspada tentang adanya ancaman kepada kita. Sehingga, bisa menjaga diri yang baik. Pandangan orang kepada kita bisa kita minimalisir dengan prilaku yang baik," kata Khairil.
Di dalam praktik, kata Khairil, di dunia usaha atau bisnis tidak ada hitam putih. Semua selalu berubah. Di tengah tengah adalah wilayah "subhat" atau "abu-abu". Agar tidak terdampak gagal (usaha) karena pengaruh penilaian dari luar, maka kehati-hatian sangat penting. Bagaimana bisa melihat keabu-abuan untuk mengambil suatu putusan.
Keabu-abuan bisa diinventarisasi risikonyam kemudian dokumennya disimpan dengan baik, diambil langkah–langkah antisipasi jika risiko tersebut terjadi sehingga dapat memitigasi atau mengurangi resiko tersebut.
"Saya mengalami kegagalan beberapa kali. Paling besar dalam hidup saya, ketika memutuskan sesuatu yang keputusan tersebut abu abu, tidak jelas," ungkap Khairil.
"Kemudian, saya ambil karena direksi yang lama tidak mengambil keputusan. Dengan pertimbangan menguntungkan perusahaan dan keyakinan saya cukup jelas terhadap risiko yang akan muncul yang dapat dapat dimitigasi dengan baik. Tapi, nyatanya itu dipersalahkan. Sehingga ketika itu, saya divonis dua tahun. Kemudian, hukuman saya jalani. Dan, saya menerima kenyataan tersebut sebagai takdir dari Allah Subhanahu wa Ta"ala," kenang Khairil.
Sebagaimana surat At Taghobun Ayat 11, Allah berfirman yang artinya, "Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang, kecuali tanpa izin Allah..." Jadi apa pun musibah adalah penggugur dosa, sehingga kembalikan ke Allah dengan diisi dzikir, Allah akan memberikan petunjuk.
Seperti surat Ar-Ra"d Ayat 28, yang artinya; ... bahwa hanya dengan banyak mengingat Allah (dzikir) hati menjeadi tenteram. Mereka yang mendapat petunjuk adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya.
"Ini yang mendasari pengalaman saya, sukses, gagal, dan bangkit. Dari pengalaman saya ini, setidak tidaknya ada enam elemen dasar / rules yang utama yang harus dimiliki untuk masuk ke dunia bisnis," katanya.
Keempat, tujuan bisnisnya apa? "Tujuan bisnis mencari untung yang bagaimana? bagaimana tujuan akhir, orang dapat untung tapi tidak bahagia," katanya.
Jadi, tujuan bisnis dan tujuan akhirnya, adalah sebagaimana tersurat dalam surat Az-Zariyat Ayat 56, Allah berfirman: "Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku...." Artinya, bahwa tujuan menjalankan bisnis itu untuk bisa beribadah kepada Allah. Jadi, apa pun profesinya itu hanyalah aktifitas atau perantara untuk mengabdi kepada Allah.
"Yang penting niatnya, berbisnis karena Allah ta ala, bukan cari keuntungan semata. Karena untuk beribadah kepada Allah, maka hasilnya hanya dua; syukur dan sabar. Ketika berhasil akan bersyukur, bukan berfoya-foya dan sebagainya. Jika bersyukur, maka nikmat akan terus bertambah," tutur Khairil.
Ketika gagal, lanjut Khairil, harus bersabar, ke titik nol, kembalikan ke Allah. Kemudian, isi dengan dzikir, membaca Alquran, maka akan mendapakan ketentraman. Kemudian bangkit lagi Karena berbisnis niatnya beribadah, apa pun hasilnya akan positip. Berhasil atau gagal tidak masalah, karena semua kehendak Allah.
Selain itu tujuan bisnis tidak hanya untuk pribadi, tetapi bagaimana agar dapat bermanfaat buat orang lain, yang akan menjadi amal soleh kita. Sehingga, orang lain dapat bekerja , mencari nafkah untuk keluarga nya sehingga dapat mempertahankan keturunan secara berkesinambungan untuk kelangsungan hidupnya. Maka, amal soleh inilah yang kelak dipertanggnhjawabkan kepada Allah, selain ridho dan diridhoi Allah SWT.
Ketika Allah SWT akan menjadikan manusia sebagai khalifah di muda bumi. Malaikat mengatakan bahwa manusia itu perusak di muka bumi. Tapi, Allah berfirman mengetahui apa yang tidak diketahui oleh para malaikat.
"Agar manusia sebagai khalifah di muka bumi, bukan sebagai perusak, maka hendaknya dalam mengolah, dan mengeksploitasi bumi bukan didasarkan karena nafsu, tapi karena niat ibadah, yang ditentukan dalam Al-Qur’an yakni untuk mengabdi kepada Allah SWT," kata Khairil.
KELIMA, lanjut dia, kita diberikan modal dasar yang sama oleh Allah SWT, yaitu mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, dan hati untuk bersyukur dengan ikhlas sebagaimana firman Allah dalam surat Nahl Ayat 78. Artinya, Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahu sesuatu pun, dan dia memberi kami pendengaran, penglihatan, dan hati.
"Jadi, semua diberikan sama oleh Allah, oleh karenanya kita terima hasil apapun juga dengan syukur dan sabar," imbuh Khairil.
KEENAM, menurutnya, bahwa kita harus mempunyai Karakter sebagaimana ketauladanan Rasulullah. Tersurat dalam surat Ahzab 21. Artinya, sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah suri tauladan yang baik bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
Surat Al Imran Ayat 31, artinya; "...jika kamu (benar benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengampuni dosa dosamu...." Jadi, siapa pun menyontoh ketauladanan Rasullullah, maka akan dicintai Allah. Sehingga, Allah akan memberikan peluang peluang bisnis yang diharapkan.
KETUJUH, kita harus mempunyai target bisnis, Bagaimana kita bisa memberikan amal soleh, sehingga meninggal nanti menjadi bekal di akhirat, inilah target bisnis kita. Maka, berprinsiplan berbisnis buat orang lain, bukan hanya untuk diri sendiri. Dengan begitu amal soleh terus mengalir. Karena sudah ikhlas karena Allah, maka ini yang kelak akan dipertanggungjawaban di hari Akhir.
KEDELAPAN, selain mempunyai target bisnis buat diri kita sendiri juga mempunyai target buat Sang Pencipta sebagaimana Suarat Al-Fajr Ayat 27-30. Artinya; (hai jiwa yang tenang) kembalilah pada Tuhanmu dengan Ridho dan di ridhoiNya. Sepanjang bekerja dengan ikhlas, maka hasilnya akan baik dan jika niat nya ibadah insya Allah, akan di ridhoi oleh Allah SWT dan akan masuk dalam surgaNya.
"KESEMBILAN, indikator kinerja, yaitu setiap hari harus dipantau. Maka harus kita isi denga dzikir agar hati kita tenang dalam mengambil suatu Keputusan, Sebagaimana surat Ar ‘Rad 28, yaitu dengan dzikir, hati kita akan tenang. Dan, bisa bersyukur, maka akan muncul peluang-peluang, atau terobosan yang akan didapatkan," tuturnya.