JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Anggota Komisi VIII DPR RI, Maman Imanulhaq menyampaikan duka mendalam atas jatuhnya korban jiwa akibat banjir bandang yang melanda Bali. Maman pun mendesak adanya langkah konkret Pemerintah dalam memperkuat sistem mitigasi bencana serta perlindungan sosial bagi masyarakat yang terdampak.
“Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Kami sampaikan keprihatinan atas bencana alam yang terjadi di Bali dan dukacita mendalam atas jatuhnya korban dalam musibah tersebut,” kata Maman, Kamis (11/9/2025).
Menurut Maman, peristiwa ini bukan sekadar akibat fenomena alam, melainkan kegagalan tata kelola risiko bencana.
“Kita tidak bisa lagi hanya menyalahkan curah hujan ekstrem. Banjir Bali adalah alarm keras bahwa sistem mitigasi, kesiapsiagaan, serta perlindungan sosial kita masih lemah dan jauh dari kata ideal,” tuturnya.
Seperti diberitakan, banjir bandang menerjang Bali pada Rabu (10/9). Banjir di Bali menelan sembilan korban jiwa yang tersebar di wilayah Denpasar, Badung, Gianyar, dan Jembrana.
Banjir tersebut dipicu hujan deras yang melanda sejak dua hari berturut-turut. Berdasarkan data sementara dari Polda Bali, sebanyak empat orang tewas di Denpasar, satu korban di Badung, dua korban di Jembrana, dan dua di Gianyar.
Badan Nasional Penanggulan Bencana (BNPB) dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali bahkan telah menetapkan status darurat bencana Provinsi Bali selama satu pekan.
Maman pun menyoroti masih minimnya sistem peringatan dini, keterbatasan kesiapan sarana evakuasi, serta lemahnya koordinasi lintas sektor dalam penanganan bencana. Akibatnya masyarakat menjadi pihak yang paling dirugikan dengan korban jiwa, kerugian material, hingga trauma berkepanjangan.
“Bencana ini terjadi di pusat destinasi wisata dunia, tetapi masyarakatnya justru tidak terlindungi secara memadai. Situasi ini memperlihatkan lemahnya integrasi antara kebijakan pembangunan dengan pengurangan risiko bencana,” sebut Maman.
Oleh karena itu, Anggota Komisi Sosial DPR ini meminta langkah segera dari pemerintah pusat dan daerah, di antaranya dengan melakukan pemetaan ulang kawasan rawan banjir dan bencana hidrometeorologi di Bali. Serta, kata Maman, penguatan sistem peringatan dini berbasis komunitas, termasuk edukasi masyarakat mengenai prosedur evakuasi cepat.
"Percepat distribusi bantuan sosial dan kompensasi bagi warga terdampak, terutama pedagang kecil dan keluarga miskin. Lalu sediakan layanan pemulihan psikososial bagi korban yang kehilangan keluarga maupun mata pencaharian," ungkapnya.
"Dan integrasikan program penanggulangan bencana dengan perlindungan sosial, agar masyarakat tidak semakin terbebani akibat bencana," imbuh Maman.
Maman juga mengingatkan agar Pemerintah serius memperhatikan aspek pencegahan dengan melibatkan masyarakat dalam perencanaan penanggulangan bencana sebab tanpa pendekatan partisipatif, kebijakan hanya akan menjadi formalitas tanpa hasil nyata di lapangan.
“Bali adalah wajah Indonesia di mata dunia. Jika bencana yang berulang terus dibiarkan tanpa mitigasi dan perlindungan yang kuat, maka bukan hanya rakyat yang menderita, tetapi juga wibawa bangsa dipertaruhkan,” tegas Legislator dari Dapil Jawa Barat IX itu.
Maman pun sempat menggelar doa untuk Bali bersama anak-anak di Jawa Barat. Tepatnya dalam peresmian Pondok Pesantren Mumtaz Mizani di Subang yang dirangkai dengan Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW oleh MAN 1 Subang, kemarin.
"Ratusan Siswa MAN Subang berdoa untuk Bali dan Indonesia. Mereka menunjukan rasa peduli musibah bali dengan doa, mengumpulkan donasi," ujar Maman.
Maman yang juga merupakan Pengasuh Ponpes Mumtaz Mizani tersebut menuturkan anak muda di indonesia, termasuk, Gen-Z memiliki kesantunan dan kepedulian yang tinggi.
“Meskipun mereka tetap kritis bersuara tentang perampasan aset koruptor, pejabat yang tidak jelas kinerjanya dan beban pajak yang berat di tengah masyarakat. Itu mereka ungkapkan saat Acara di Ponpes Mumtaz Mizani Subang,” sebutnya.
Lebih lanjut, Maman menuturkan bahwa anak-anak Gen-Z Subang berkomitmen untuk saling bahu membahu agar Indonesia tidak sampai merasakan situasi seperti apa yang di Nepal saat ini.
“Gen-Z Indonesia punya cara unik dalam mengekspresikan kepedulian. Berbeda dengan Nepal, di mana ekspresi protes yang digunakan dengan cara-cara yang begitu mengerikan, Gen-Z di Subang justru menunjukkan kepedulian lewat doa bersama, galang donasi, dan aksi nyata menjaga lingkungan,” papar Maman.
Dengan menggelar doa bersama untuk Bali, anak-anak muda di Subang disebut menunjukkan kepekaan dan empati yang besar. Apalagi, menurut Maman, para anak muda ini tidak hanya berhenti pada doa tapi mereka juga bergerak nyata.
“Doa ini menjadi simbol bahwa meski jarak memisahkan, hati mereka tetap terpaut untuk keselamatan saudara sebangsa. Gen-Z Subang turun tangan menggalang donasi, sekaligus menggelar aksi bersih-bersih lingkungan sebagai bentuk tanggung jawab agar bencana serupa dapat dicegah di kemudian hari,” urainya.
“Namun, kepedulian ini tidak membuat mereka bungkam. Gen-Z tetap kritis bersuara. Inilah wajah Gen-Z Indonesia yang berbeda dengan generasi muda di tempat lain, mereka hadir sebagai generasi yang peduli, kritis, dan berani memperjuangkan masa depan bangsa,” tutupnya.