Oleh Sahlan Ake pada hari Rabu, 15 Okt 2025 - 15:45:10 WIB
Bagikan Berita ini :

Legislator Minta KPI Setop Sementara Program Xpose Trans7 Buntut Tayangan yang Lecehkan Pesantren

tscom_news_photo_1760517910.jpeg
Maman Imanulhaq (Sumber foto : Istimewa)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Anggota Komisi VIII DPR RI Maman Imanulhaq mengecam tayangan program Xpose di Trans7 yang menampilkan situasi di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur. Salah satu episode pada program TV itu menjadi sorotan dan menuai kritik karena dinilai melecehkan ulama dan pesantren.

Maman pun menilai tayangan tersebut tidak hanya menyudutkan institusi pesantren, tetapi juga menunjukkan lemahnya standar etika dan kualitas jurnalistik yang seharusnya dijaga oleh lembaga penyiaran nasional.

"Tayangan itu bukan hanya bersifat tendensius untuk memojokkan institusi pesantren, namun juga merupakan karya jurnalistik yang berkualitas rendah dan tidak mendidik," kata Maman, Rabu (15/10/2025).

Seperti diketahui, sejak Senin (13/10) malam, tagar #BoikotTrans7 ramai diperbincangkan di media sosial menyusul kontroversi atas tayangan yang dianggap menyinggung Pondok Pesantren Lirboyo.

Aksi boikot ini muncul sebagai bentuk kekecewaan warganet terhadap program “Xpose Uncensored” di Trans7 yang dinilai melecehkan pesantren dan para ulama. Dalam episode yang tengah menjadi perbincangan tersebut, program Xpose menampilkan narasi dan visual yang dianggap membangun stereotip negatif tentang kehidupan di pesantren.

Segmen yang memicu kontroversi itu berjudul provokatif dan tidak pantas, yakni "Santrinya minum susu aja kudu jongkok, emang gini kehidupan di pondok?”. Potongan video dari segmen tersebut kemudian viral dan menimbulkan kemarahan publik karena dianggap merendahkan kehidupan santri serta melecehkan nilai-nilai luhur yang dijunjung pesantren.

Terkait hal ini, Maman melihat tayangan tersebut menggiring opini publik secara sepihak dengan mengabaikan prinsip dasar jurnalisme. Hal ini, lanjut dia, tidak hanya merusak citra pesantren, tetapi juga mencederai profesi jurnalis itu sendiri.

"Tidak ada keadilan dalam tayangan tersebut. Trans7 mengambil cuplikan-cuplikan footage, lalu menggunakannya tanpa menjelaskan konteks dan situasi dalam tayangan itu. Gambar-gambar itu diframing dengan narasi a la infotainment yang mengedepankan sensasi, bukan kebenaran dan fakta lapangan," paparnya.

Maman menyebut, progran Trans7 itu bukan forum opini bebas seperti talkshow, melainkan program berita hiburan yang semestinya tunduk pada prinsip etika jurnalistik. Ia menyayangkan Trans7 justru membangun opini sendiri tanpa menghadirkan sudut pandang lain.

"Jadi sangat tidak beretika jika Trans7 beropini sekaligus menggiring opini publik dengan narasi sepihak. Tanpa cover both sides. Tanpa memotret sisi lain yang berbeda,” sebut Maman.

“Mereka melakukan cherry picking alias hanya mengambil sesuatu yang dirasa cocok dengan opini mereka sendiri. Karya jurnalistik macam apa ini?” kecamnya.

Maman menekankan pesantren bukanlah objek hiburan, melainkan lembaga pendidikan yang memiliki kontribusi besar bagi masyarakat bawah. Khususnya anak-anak dari keluarga kurang mampu.

"Pesantren bukan hiburan. Pesantren didirikan untuk mendidik, terutama mendidik anak-anak miskin yang orang tuanya berpenghasilan seadanya. Tentu saja masih banyak kekurangan di sana sini yang perlu diperbaiki," tutur Maman.

Anggota komisi agama DPR itu mengingatkan pentingnya tayangan jurnalistik yang sesuai dengan fakta. Maman menilai, tayangan yang dibuat pada program Xpose tidak sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik.

"Kami tidak anti kritik. Namun sampaikanlah dengan cara-cara yang baik, agar kita semua sama sama memperbaiki diri," tambah pimpinan Ponpes Al Mizan Jatiwangi, Majalengka tersebut.

Menyikapi hal itu, Maman mendesak Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) segera memanggil dan memeriksa Trans7 serta menghentikan sementara program Xpose sampai ada evaluasi menyeluruh terhadap isi, proses, dan narasi tayangan.

"Saya mendesak KPI agar turun tangan memanggil, memeriksa dan menyetop sementara program Xpose," tegas Maman.

Tak hanya itu, Maman juga meminta Dewan Pers untuk memanggil para pihak yang terlibat dalam penyusunan tayangan pada episode Xpose yang menuai kontroversi. Bila ditemukan unsur kesengajaan atau kelalaian dalam peliputan, ia mendorong adanya sanksi sesuai kode etik jurnalistik.

“Secara khusus, kami juga mendorong Trans7 untuk menayangkan program-program yang menghadirkan sisi lain pesantren, tentunya yang bersifat edukatif, inspiratif, dan objektif,” ungkapnya.

Maman menyebut banyak pesantren di Indonesia yang berhasil mencetak generasi tangguh, santri multitalenta, dan kegiatan sosial yang memberi dampak nyata bagi masyarakat.

"Oleh karenanya kami mendesak agar Trans7 melakukan cover both sides dengan meliput situasi sejumlah pesantren lain secara objektif dan adil. Mengingat damage dari tayangan Xpose itu sudah beredar luas di media sosial," tutup Maman.

tag: #dpr  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
thejoint
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement