
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) melalui Rapat Pleno di Hotel Sultan Jakarta, akhirnya mendapuk KH Zulfa Mustofa sebagai Pejabat Ketua Umum (Pj Ketum) PBNU menggantikan KH Yahya Cholil Tsaquf atau Gus Yahya. Agenda yang digelar sejak Selasa malam (9/12) hingga hari ini (Rabu, 10/12) itu dibuka dengan rangkaian doa bersama atau istighosah dan penyaluran bantuan untuk korban bencana banjir bandang di Sumatra. Membuka Pleno, PBNU melalui Rais "Aam KH Miftachul Akhyar juga menyalurkan donasi milaran rupiah untuk korban bencana.
Kesan istimewa juga terlihat dari pleno yang dihadiri para pengurus NU dari jajaran mustasyar, syuriah, tanfidziah serta para keturunan pendiri NU.
Ketua PBNU bidang Pendidikan, Prof. Dr. H. Moh. Mukri, M.Ag, mengatakan pembukaan pleno dengan doa dan donasi tersebut merupakan bentuk kepedulian PBNU terhadap masyarakat yang sedang menghadapi musibah.
“Doa bersama dan donasi ini adalah upaya PBNU untuk turut mendoakan agar bencana di Sumatera segera tertangani. Santunan yang diberikan diharapkan bisa meringankan beban para korban,” ujar Prof. Mukri.
Di agenda Istigosah, para kiai dan peserta mengikuti pembacaan shalawat, istighosah, tahlil, dan doa yand dipandu Habib Ahmad Edrus Al Habsyi. Kemudian doa bersama dipimpin Wakil Rais Aam PBNU KH Afifuddin Muhajir.
Sah Dan Istimewa
Sedang Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Mohammad Nuh menyatakan rapat pleno PBNU dengan agenda pemilihan penjabat ketua umum PBNU pada Selasamalam sudah sah. Sesuai AD/ART, rapat disebut kuorum jika memenuhi batas minimal 50 persen plus 1 persen. Dia menekankan, daftar hadir menegaskan hal ini.
Kesan istimewa dari Pleno ini juga terlihat dari kehadiran Menteri Agama Nasaruddin Umar dan Sekjen Kemenag sekaligus Ketum ISNU H. Kamaruddin Amin serta Gubernur Jawa Timur yang juga Ketua Umum Dewan Pembina Pengurus Pusat (PP) Muslimat Khofifah Indar Parawansa.
Bahkan, di antara deretan pengurus teras PBNU tersebut, hadir juga para dzuriah atau keturunan pendiri NU, antara lain Nyai Hj. Machfudhoh Aly Ubaid, Putri KH Wahab Hasbullah, Mohammad Hasib Wahab Chasbullah Putra KH Wahab Hasbullah, KH Abdul Hakim Mahfudz Cucu Hadratussyech Hasyim Asari dan Saifullah Yusuf, Cicit KH Bisri Syansuri
Juga turut hadir KH Musthofa Aqil Siroj, KH Ubaidillah Ruhiat, Nyai Machfudhoh Aly Ubaid dan Habib Luthfi bin Ahmad Alattas
"Saya bersyukur karena mudah-mudahan keputusan ini bisa menjadi solusi yang terbaik," kata Menag Nasaruddin Umar yang juga Wakil Rais Syuriah PBNU .
Nasaruddin Umar menyebut NU selalu memiliki caranya sendiri dalam menyelesaikan persoalan. Dia menekankan, selaku pemerintah, Kementerian Agama tidak ikut terlibat untuk mengurus hubungan internal PBNU.
Sementara, terhadap putusan Pleno, KH Mustofa Zulfa mengaku, putusan Pleno merupakan satu kehormatan pada satu sisi, namun sekaligus menjadi amanah yang besar di sisi lain. Zulfa yang juga keponakan dari eks Rais Aam PBNU yang juga Wapres ke-13 RI Ma"ruf Amin mengatakan, akan menjalankan roda organisasi NU dalam sisa periode kepengurusan hingga 2026 mendatang. Dia pun mengajak semua pengurus PBNU dan jemaat NU untuk kembali bersatu.
"Mari kita bersatu kembali di rumah besar kita ini. Karena sudah lama masyarakat warga NU bersedih atas ketidakpastian ini," katanya.
Terhadap kesimpulan Pleno, Ketua PBNU bidang Pendidikan, Prof. Dr. H. Moh. Mukri, M.Ag, menegaskan, keputusan Syuriyah PBNU memberhentikan KH Yahya Cholil Staquf dari jabatan Ketua Umum adalah keputusan final dan mengikat.
Pleno ini yang merupakan forum konstitusional yang memiliki peran penting dalam memastikan kesinambungan kepemimpinan organisasi berjalan sesuai dengan aturan dan tata kelola jam"iyyah dihadiri Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar, Wakil Rais Aam KH Anwar Iskandar dan KH Afifuddin Muhajir, Mohammad Nuh dan Cholil Nafis (rais syuriyah PBNU), KH Abdul Hakim Mahfudz (Gus Kikin), dan KH Hasib Wahab dan petinggi NU lainnya.