Berita
Oleh Mandra Pradipta pada hari Sabtu, 17 Okt 2015 - 17:08:37 WIB
Bagikan Berita ini :

Menolak Hari Santri, Din Syamsuddin Kirim Surat ke Presiden Jokowi. Ini Alasannya

75din syamsudin (IK).jpg
Prof Din Syamsuddin (Sumber foto : Indra Kusuma/TeropongSenayan)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)--Mantan Ketua Umum Muhammadiyah Prof Din Syamsuddin tidak setuju rencana pemerintah menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional (HSN). Alasannya langkah ini justru bisa memecah belah bangsa Indonesia.

"Adalah tidak tepat, taktis dan strategis adanya Hari Santri Nasional, karena hal itu dapat mengganggu persatuan bangsa," ujar Din Syamsuddin dalam surat yang dia kirim ke Presiden Jokowi. Redaksi TeropongSenayan mendapat salinannya, Sabtu (17/10/2015)

Menurut Din, dikotomi santri dan abangan adalah upaya intelektual asing memecah belah bangsa Indonesia. Penetapan HSN yang bisa menguatkan kaum santri bisa memicu menguatnya kaum abangan. Kondisi ini justru akan menyulitkan posisi pemerintah.

Berikut isi surat Din Syamsuddin kepada Presiden Jokowi.

Yang Terhormat

Bapak Presiden Jokowi

Sehubungan berita bahwa pada 22 Oktober 15 Pemerintah akan nyatakan sebagai Hari Santri Nasional, izinkan saya menyampaikan hal-hal berikut:

1. Adalah tidak tepat, taktis dan strategis adanya Hari Santri Nasional, karena hal itu dapat mengganggu persatuan bangsa.Dikotomi Santri-Abangan adalah upaya intelektual orang luar untuk memecahbelah umat Islam dengan mengukuhkan gejalabudaya yang sesungguhnya bisa berubah (process of becoming) tsb.

2. Sejak beberapa waktu lalu Alm. Bapak Taufik Kiemas, yang kami dukung, berupaya untuk mencairkan dikotomi tsb, termasuk mencairkan dikotomi Islamisme-Nasionalisme. Salah satu pengejawantahannya adalah didirikannya Bamusi di lingkungan PDIP. Adanya Hari Santri Nasional berpotensi mengganggu upaya luhur tadi. Menguatnya "Kaum Santri" bisa mendorong menguatnya " Kaum Abangan".Tentu Pemerintah akan kerepotan jika ada desakan untuk adanya Hari Abangan Nasional.

3. Apalagi Hari Santri Nasional dikaitkan dengan tanggal dan peristiwa tertentu (Resolusi Jihad 22 Oktober), adalah penyempitan/reduksi jihad para pahlawan yang sudah dimulai ber-abad-abad sebelumnya termasuk sebelum kemerdekaan yang lebih bersifat luas, bukan dikaitkan dengan kelompok tertentu. Juga, penekanan pada resolusi jihad yang lebih

berona fiskal/harbi menjadi penghambat upaya jihad selama ini ke arah lebih luas (jihad iqtishadi/ekonomi, jihad 'ilmi/iptek, jihad i'lami/informasi).

5. Hari Nasional (kecuali hari-hari besar keagamaan), haruslah menjadi hari bagi semua elemen bangsa. Maka kalau terpaksa harus ada Hari Santri (karena fait-a-compli politik pada saat Pilpres), mungkin bisa dicari tanggal lain, dan Hari Santri dengan inti kesantrian bisa dikaitkan dengan Pancasila, khususnya Sila Pertama. Dalam hal ini, kesantrian adalah buah pengamalan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Terima kasih.

Salam takzim,

ttd

Din Syamsuddin.

(ris)

tag: #din  #hari santri  #jokowi  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement
Berita Lainnya
Berita

Fraksi PKS Sangat Kecewa AS Veto Keanggotaan Penuh Palestina di PBB

Oleh Sahlan Ake
pada hari Sabtu, 20 Apr 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Ketua Fraksi PKS Jazuli Juwaini sangat kecewa dan menyesalkan sikap Amerika Serikat (AS) yang memveto draf resolusi untuk mengakui secara penuh keanggotaan Palestina di ...
Berita

TKN Akan Gelar Nobar Sidang Putusan Sengketa Pilpres

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran bakal menggelar acara nonton bareng sidang putusan sengketa hasil Pilpres 2024. Acara itu akan digelar secara sederhana bersama ...