Berita
Oleh Aris Eko pada hari Sabtu, 07 Nov 2015 - 17:47:57 WIB
Bagikan Berita ini :

Berjabat Tangan dengan PM Taiwan, Presiden China : Darah Lebih Tebal Dari Air

543180.jpg
Presiden China Xi Jinping Berjabat Tangan dengan PM Taiwan Ma Ying-jeou di Singapura, Sabtu (7/11/2015) (Sumber foto : the guardian)

SINGAPURA (TEROPONGSENAYAN)--"Tidak ada yang bisa memisahkan kita. Kami adalah satu keluarga," ujar Xi Jinping.

"Kami mengikuti sistem politik yang berbeda tapi kami telah mengembangkan militer dan kerjasama ekonomi," papar Ma Ying-jeou.

"Darah lebih tebal dari air," ujar Xi Jinping menimpali.

Itulah sepenggal pernyataan Presiden China Xi Jinping dan PM Taiwan Ma Ying-jeou saat mengadakan jumpa pers di Hotel Shangri Laa, Singapura, Sabtu (7/11/2015).

Ini merupakan pertemuan bersejarah antara pemimpin China dan Taiwan, karena terjadi 66 tahun setelah perang sipil terjadi. Perang yang memisahkan China dengan Taiwan. Kendati China tak mengakui Taiwan sebagai negara.

China terbelah dan mengalami perang sipil akibat perbedaan ideologi pemimpinya. Mao Zedong (Komunis) dan Chiang Kai-shek (Nasionalis) gagal menemukan kesepakatan setelah tujuh minggu berunding di Chongqing.

Mao akhirnya mendirikan Republik Rakyat China (RRC) pada tahun 1949. Sedang Chiang Kai-shek beserta pengikutnya tersedak dan menyelematkan diri hingga Taiwan dan mendirikan negara China nasionalis di pulau Taiwan.

Namun 66 tahun kemudian, Singapura menjadi tempat pertemuan dua pemimpin negara China itu. Singapura menjadi tujuan kunjungan kenegaraan Presiden Tiongkok Xi Jinping yang berlangsung 6-7 November 2015.

Di sela-sela kunjungan tersebut, Jinping menjadi pembicara dalam 36th Singapore Lecture yang diselenggarakan oleh ISEAS-Yusof Ishak Institute. Ma Ying-jeou terbang ke Singapura untuk menemuinya.

"Walaupun beberapa pulau di wilayah kedaulatan China telah diduduki oleh pihak lain, China tetap berkomitmen untuk menyelesaikan masalah dengan negosiasi damai," ujar Jinping sebagaimana di kutip News Channel Asia.

China, menurut Jinping, berkomitmen bekerja dengan negara-negara yang berkepentingan langsung dengan masalah ini, sehingga dapat memecahkan sengketa berdasarkan fakta sejarah, hukum internasional, serta diskusi dan negosiasi.

Sebelumnya, China menganggap Taiwan sebagai bagian dari teritorinya. China menolak untuk melepaskan kekuatannya kendati pulau Taiwan telah menyatakan kemerdekaannya secara administratif.

Pertemuan ini merupakan hasil dari tujuh tahun pendekatan antara Taipei dan Beijing yang dimulai pada 2008. Ketika itu Ma Ying-jeou menjabat bersumpah untuk mengakhiri perseteruan politik antara kedua belah pihak.(ris/dbs)

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
PEMPEK GOLDY
advertisement
KURBAN TS -DD 2025
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement