JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Posisi calon petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) pada Pilkada DKI 2017 aman jika pemilihan dilakukan orang nomor satu di Jakarta saat ini.
Lembaga riset, Saeful Mujani Research Center (SMRC), menyelenggarakan riset mengenai pesta demokrasi lokal di Ibu Kota.
Pada survei tersebut, mantan Bupati Belitung Timur itu kembali terpilih andai Pilgub dilakukan sekarang. SMRC melakukan survey untuk mengetahui siapa nama-nama kandidat gubernur yang paling kuat dalam Pilgub, andai diselenggarakan hari ini.
Berdasarkan, survei elektabilitas dilakukan dengan cara semi terbuka, ada 20 nama. Yakni, Ahok 53,4 persen, Yusril Ihza Mahendra 10,4 persen, Tri Rismaharini 5,7 persen dan Sandiaga Uno 5,3 persen.
Direktur Program SMRC Sirojudin Abbas mengungkapkan, pihaknya juga melakukan simulasi pertarungan Ahok, head to head dan lebih dari dua calon, dengan beberapa tokoh yang selama ini digadang-gadang mengikuti kontestasi Pilgub DKI 2017.
"Ini tujuannya memberikan masukkan kepada Publik Jakarta tentang kemungkinan politik di Jakarta ke depan," kata Sirojudin Abbas di kantor SMRC Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (21/7/2016).
Sirojudin menambahkan, nama Sjafrie jika head to head dengan Ahok semakin sulit mengalahkan petahana. Mantan Panngdam Jaya itu elektabilitasnya masih jauh di bawah petahana.
Sedangkan, calon lainnya, Yusril dan Risma masih sangat memungkinkan menyaingi Ahok.
"Masih ada waktu sampai Februari 2017. Margin atau selisihnya sudah 30% maka akan sulit mengejar Ahok," bebernya.
Pada tempat yang sama, Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) DPP PDIP Ahmad Basarah menegaskan, partainya tidak akan mengusung cagub dan cawagub melalui jalur perseorangan, termasuk mendukung Ahok pada pesta demokrasi lokal di Jakarta nanti.
Meski elektabilitas petahana saat ini cukup tinggi partai berlambang banteng moncong putih itu tidak terpengaruh.
Apalagi, PDIP, kata ketua DPP Pimpinan Alumni (PA) GMNI itu, Ahok seorang politisi yang tidak memiliki konsistensi bersikap.
Hal tersebut, terbukti ketika ingin maju sebagai Bupati Belitung Timur, dari Partai Indonesia Baru (PIB) ke Golkar, kemudian pindah ke Gerindra pada saat Pilgub DKI 2012.
"Setelah ini Teman Ahok juga bakal ditinggal. Ini adalah tabiat. Konsisten ketidak konsistenan ini sulit di kami," tegasnya.
Lebih jauh, tingginya elektabilitas Ahok. Menurut dia, dikarenakan beberapa kasus yang terjadi belakangan. Suami Verinica Tan itu, berhasil memanfaatkan emosi Publik melalui media dengan menebar isu deparpolisasi.
"Ahok berhasil mengeksploitasi emosi Publik yang cenderung seperti sinetron untuk menaikkan ratingnya. Tingkat elektabilitas Ahok masih dimanja kelas," bebernya.
Menurutnya, survei yang dilakukan SMRC, bukanlah fakta yang permanen. Masih ada enam bulan, masih bisa berubah preferensi pilihan.
Karena itu, Wakil Ketua MPR itu menegaskan, PDIP masih melakukan proses penggodokan cagub internal. "Kami yakin dapat mengalahkan Ahok. Ahok kecil bagi PDIP," bebernya.
Sebagai cagub petahana, Ahok sebenarnya sudah start kampanye, dengan caranya sendiri. Terus dia mengungkapkan, Bagaimana mungkin, mantan politikus Gerindra, Golkar, dan PIB itu dikomparasi dengan, Tri Rismaharini, Yusril Ihza Mahendra Risma dan beberapa calon PDIP lainnya.
"Kan baru ahok yang calon. Yang lain, belum deklarasi," beber Basarah.
Kemudian, dia menambahkan, PDIP menyiapkan tiga skenario pada kontestasi Pilgub DKI Jakarta. Pertama, mengusung cagub internal. Kedua, mengusung cagub dan cawagub ekternal. Ketiga, mendukung cagub eksternal serta cawagub internal.
"PDIP punya stok banyak yang saya kira dalam proses penggodokan di internal," tandasnya.
Ketua DPD Gerindra DKI Muhama Taufik meyakini, calon yang diusung partai berlambang burung garuda bisa menyangi elektabilitas calon petahana. Sebab, Sjafrie Sjamsoeddin baru melakukan sosialisasi satu masjid dan beberapa tempat.
“Lihat saja saat Jokowi-Ahok Pilgub 2012. Elektabilitasnya, hanya 10 persen menjelang lima bulan sebelum pemilihan," tandasnya. (icl)