Opini
Oleh Suripto pada hari Selasa, 17 Jan 2017 - 09:01:11 WIB
Bagikan Berita ini :

Indonesia dalam Kepungan Perubahan Geopolitik dan Geostrategi Dunia

69IMG_20170117_081837.jpg
Suripto (Sumber foto : Istimewa )

Geopolitik dan Geostrategi

Negara-negara mana saja yang mempunyai dimensi geopolitik dan geostrategi? Tampaknya Amerika, Israel, Rusia dan Cina serta Iran cenderung mempunyai ambisi ekspansionis yang siap berkompetisi di arena global maupun regional. Rusia dan Iran untuk sementara ini ambisinya masih berdimensi regional seperti Rusia di Asia Tengah dan Timur Tengah. Sedangkan Iran sebatas Timur Tengah.

Israel lebih memusatkan geopolitik dan geostrategi nya di kawasan Timur Tengah tetapi ambisi global nya tetap mengikuti jejak Amerika. Jika Donald Trump nanti dilantik tetap memegang teguh garis pandangannya yaitu benar-benar mau meninggalkan julukan nya sebagai polisi dunia serta mau menarik diri dari predikat hegemoni maka Israel pun geopolitik dan geostrategi nya akan dipusatkan keunggulannya dalam bidang IT.

Israel tahu betul bahwa di era digital ini siapa yang menguasai informasi maka ia akan menguasai dunia. Sekalipun dalam kampanyenya Donald Trump akan membatasi atau menarik diri sebagai hegemoni (polisi dunia) tapi jika melihat realita politik bagaimana halnya situasi dan kondisi di Timur Tengah?

Iran juga ekspansinya baru pada tataran kawasan Timur Tengah, karena geopolitik dan geostrateginya di kawasan Timur Tengah lebih diwarnai ekspansi kultural (Syiah versus Sunni) didukung dengan elemen kekuatan militer. Hal ini bisa kita saksikan di Suriah. Boleh jadi Iran dan Israel bisa seiring bersama dalam melaksanakan geopolitik dan geostrateginya di kawasan Timur Tengah.

Bahkan jika ditarik mata rantai lebih jauh, probabilitas kepentingan antara Iran-Israel-Rusia di kawasan ini bisa terjadi dalam menghadapi Amerika, sekalipun Israel adalah sekutu Amerika.

Apakah Amerika rela jika Rusia yang bakal menjadi hegemoni baru di Timur Tengah? Begitu juga jika Amerika menarik diri wajah dan penampilannya sebagai hegemoni di Asia Pasifik, apakah Amerika rela jika Cina yang bakal menjadi hegemoni di kawasan ini?

Jadi antara kampanye dengan realita politik tidak semudah membalikkan tangan. Apalagi peran National Security Council sangar dominan di Amerika. Sehingga diprediksi garis kebijakan Amerika mengenai geopolitik dan geostrategi tidak bakal berubah. Apalagi di kawasan Asia Pasifik dimana Cina sedang menjalankan perilaku ekspansionisnya melalui One Belt One Road.

Selain Amerika maka Cina pun dewasa ini sedang mempersiapkan diri menjadi hegemoni baru melalui apa yang disebut geopolitik dan geostrategi 'jalan sutera' yang diterapkan melalui One Belt One Road. Karena sebagai ekspansionis itu harus siap bertarung di gelanggang regional dan global maka Cina harus juga mengandalkan keunggulannya yang saat ini baru di bidang ekonomi dan perdagangan serta modal saja. Sedangkan di bidang teknologi militer dan diplomasi politik masih ketinggalan dibandingkan Amerika.

Jika dikaitkan dengan tiga isu sentral dunia yang menonjol yaitu nasionalisme, global korporasi dan popular discontent dengan geopolitik dan geostrategi maka dampak yang mengandung muatan implikasi dan komplikasi politik dan keamanan ialah negara-negara di Timur Tengah, Afrika, Asia dan Eropa.

Di Eropa sedang berkembang apa yang disebut deglobalisasi dimana Uni Eropa terancam bubar. Di Perancis semangat menolak imigran khususnya dari Timur Tengah mendapat perlawanan yang bernuansa semangat nasionalisme-proteksinisme. Di Austria lebih cenderung disebut trend anti kemapanan populisme. Begitu juga di Belanda. Sedangkan di Jerman lebih diwarnai bangkitnya nasionalisme. Sehingga kawasan Eropa menjadi rawan dan kerawanan itu membuka celah bagi Rusia untuk ekspansi dalam arti geopolitik dan geostrategi.

Kehadiran Cina di Afrika telah mengundang Anda untuk keresahan masyarakat di Zimbabwe dan Angola karena bantuan dana investasi dari Cina tidak membawa kesejahteraan tetapi membawa beban bagi anggaran belanja negara. Begitu juga kehadiran Cina di Srilanka menimbulkan aksi protes anti Cina.

Jepang, Vietnam dan Korea Selatan merasa gelisah juga dengan One Belt One Road oleh Cina. Demikian pula negara-negara ASEAN khususnya yang mengklaim kepulauan Spartly telah menimbulkan ketegangan dan sengketa dengan Cina.

Selain itu masalah kawasan Laut Cina Selatan telah mengundang sengketa terutama antara Amerika versus Cina. Sengketa ini belum mengarah kepada sengketa bersenjata, apalagi perang terbuka, sebab kedua belah pihak tidak mau terjebak dalam apa yang disebut thucydides trap yaitu siapa yang menjebak siapa.

Sementara itu Cina pun merasa belum berimbang di sektor teknologi militer dalam menghadapi Amerika. Selain itu, di sisi Amerika, seandainya sampai terjadi konflik bersenjata, Amerika akan menggunakan siasat apa yang disebut proxy war dan sebaliknya Cina pun menggunakan senjata apa yang disebut assymetric warfare (produk dari manufacturing dan IT).

Jika sampai terjadi ketegangan yang memuncak Amerika versus Cina, maka Israel dalam geopolitik dan geostrateginya akan mengambil peran, menawarkan jasa-jasanya kepada kedua belah pihak, terutama jasa-jasa di bidang IT.

Bagaimana Sikap Indonesia

Apabila kita cermati ketiga isu sentral di dunia tersebut, maka terkesan isu itu berkembang juga di Indonesia. Tuntutan dari berbagai kelompok masyarakat agar kembali ke UUD 1945, mengandung muatan nasionalisme. Begitu juga isu popular discontent dirasakan lapisan masyarakat terbesar, karena cita-cita dan harapan reformasi ternyata semakin melenceng jauh.

Hadirnya atau bercokolnya korprasi global, baik Corporate Capitalism maupun State Capitalism dianggap sebagai bentuk penjajahan baru yang mesti ditentang dan diusir dari bumi Indonesia, sebab penjajahan model baru ini akan membawa kesengsaraan hidup dan akan membawa nasib generasi muda dan generasi yang akan datang jadi budak-budak di negaranya sendiri.

Bagaimana sikap kita? Kita tidak mau wilayah Indonesia menjadi bagian dari geopolitik dan geostrategi negara-negara yang berperilaku ekspansionis. Kehadiran dan bercokolnya negara-negara asing di Indonesia harus kita tolak dan kita lawan.

Kepada putra-putri Indonesia yang patriotik, mari kita bangkitkan semangat Proklamasi dan semangat Sumpah Pemuda untuk mengusir penjajahan baru dari bumi Pertiwi Indonesia.

Apabila forum diskusi ini tepat pada hari memperingati peristiwa apa yang disebut Malari, yaitu gerakan yang menentang kehadiran perusahaan Jepang di Indonesia, maka pada hari ini mari kita cetuskan lagi slogan pekik “Merdeka atau Mati”, mengusir penjajahan baru korporasi global.

Mari selamatkan generasi muda dan generasi yang akan datang! Kita selamatkan meraka agar bangsa Indonesia menjadi tuan di rumahnya sendiri.(selesai)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Ahlan Wa Sahlan Prabowo Sang Rajawali!

Oleh Syahganda Nainggolan
pada hari Rabu, 24 Apr 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Mahkamah Konstitusi sudah memutuskan Prabowo Subianto sah sebagai Presiden RI ke delapan. Itu adalah takdir Prabowo yang biasa dipanggil 08 oleh koleganya. Keputusan MK ...
Opini

Jalan Itu Tidaklah Sunyi

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --"Jika Mamah jadi penguasa apakah Mamah akan menjadikan anak Mamah pejabat saat Mama berkuasa?" Itu pertanyaan anakku malam ini. Aku mendengarkan anakku ini. ...