Opini
Oleh KH A. Musta’in Syafi’i (Ponpes Madrasatul Qur’an Tebuireng, Jombang) pada hari Minggu, 12 Feb 2017 - 06:13:12 WIB
Bagikan Berita ini :

Mengapa NU Mengabaikan Nashbul Imam?

63IMG_20170212_060737.jpg
KH A. Musta’in Syafi’i (Ponpes Madrasatul Qur’an Tebuireng, Jombang) (Sumber foto : Istimewa )

Keputusan pemuda NU Jakarta dalam pilgub DKI netral identik dengan para kiainya di jajaran Syuriah yang hingga kini membisu soal ini. Tak heran. Apa artinya?

1. Rupanya, penguasa NU sekarang tidak menganggap Nashbul Imam sebagai bagian dari agama, sehingga tidak masalah umat nahdliyin dipimpin nonmuslim. Lalu apa gunanya kiai sebagai pewaris Nabi? Pernahkah Nabi, para sahabat, tabi’in, al-salaf al-shalih, kiai-kiai pendiri NU membiarkan nonmuslim menguasai umat Islam? Sebagai muslim, penjajah ditumpas bukan semata karena membela negara, tetapi lebih karena agama. Makanya ada istilah perang sabil, Resolusi Jihad dll. Pejuang yang gugur dihukumi syahid, tanpa dimandikan, tanpa dikafani, tanpa dishalati.

2. Nashbul Imam adalah masalah agama yang sangat serius. Karena pemimpin adalah penentu kebijakan yang berdampak besar kepada rakyat. Jika pemimpin nonmuslim menentukan kebijakan yang merugikan Islam/umat Islam, demi Allah- mereka yang memilih dia berdosa, termasuk yang membiarkan tanpa fatwa agama, apalagi tim suksesnya.

3. Netral, memangnya NU itu KPU? Jika para cagub seiman, wajar NU netral. Tapi ini beda. Isu SARA dilarang jika untuk memprovokasi, memfitnah, merendahkan, dll. Tapi apa salahnya, apa yang dilanggar bila muslim memilih pemimpin seiman dan menolak yang tidak seiman tanpa merendahkan keimanan yang lain. Adalah hak bagi setiap warga memilih pemimpin sesama suku, tanpa merendahkan suku lain. Sesama ras, tanpa memfitnah ras yang lain atau sama adat tanpa menghina adat lain. Itu hak berdemokrasi.

4. Sangat memprihatinkan jika NU hanya vokal soal tahlilan, yasinan, ziarah kubur yang diganggu. Tetapi tidak punya nyali memberi fatwa politik yang agamis dan demokratis. Padahal ini masalah besar terkait kemaslahatan umat baik di dunia lebih-lebih di akhirat. Hanya muslim minimalis (musailim) yang memandang politik hanya masalah dunia.Sadarilah, tercatat 65 kali perang (ghazwah dan sariyah) selama periode Nabi demi memaslahatkan umat melalui kekuasaan.

5. Sekelas Syuriah NU tidak mungkin Tidak mengerti ini. Bisunya mereka pasti ada sesuatu yang amat dahsyat hingga menyebabkan amanat agama mereka tersandera. Dan umat sudah tahu hal itu dari omongan mereka sendiri (?).

6. Kiai Syuriah NU bukanlah kiai pesanan, bukan pula kiai jadian yang dijadikan oleh para broker politik. Kiai Syuriah adalah benar-benar ulama pewaris Nabi yan dipilih secara mukhlis dan bersih dari sum’ah dan ambisi sehingga memiliki sifat syaja’ah yang terpuji, selalu “YAKHSYA ALLAH” dan tidak “YAKHSYA AL-NAS”.

Kiai NU adalah Kiai yang mukhlis, ikhlas.. tidak beramal untuk diperdengarkan. Miliki sifat syaja’ah, berani karena Allah dan (membela) Rasulullah.. selalu Yakhsya Allah, hanya takut pada Allah.. tidak Yakhsya Al Naas, takut pada manusia, celaan orang-orang yang mencela.(*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #dpr  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Ahlan Wa Sahlan Prabowo Sang Rajawali!

Oleh Syahganda Nainggolan
pada hari Rabu, 24 Apr 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Mahkamah Konstitusi sudah memutuskan Prabowo Subianto sah sebagai Presiden RI ke delapan. Itu adalah takdir Prabowo yang biasa dipanggil 08 oleh koleganya. Keputusan MK ...
Opini

Jalan Itu Tidaklah Sunyi

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --"Jika Mamah jadi penguasa apakah Mamah akan menjadikan anak Mamah pejabat saat Mama berkuasa?" Itu pertanyaan anakku malam ini. Aku mendengarkan anakku ini. ...