Opini
Oleh Laode Ida pada hari Rabu, 22 Feb 2017 - 14:08:09 WIB
Bagikan Berita ini :

Soal Freeport, Hati-hati Jakarta Jangan Bikin Masalah di Papua

32obrolan pagi-3.jpg
Kolom bersama Laode Ida (Sumber foto : Ilustrasi oleh Kuat Santoso )

Konflik antara pemerintah vs Freeport bisa jangan dianggap remeh untuk posisi politik Papua dalam NKRI. Ngototnya Freeport yang tak mau tunduk pada UU Minerba dan PP nomor 1/2017 memang terasa menyakitkan karena meremehkan pemerintah dan sekaligus memposisikan diri terkesan mensubordinasi pemerintah Indonesia.

Kendati begitu, sikap Freeport itu juga tak bisa dianggap 'ngeyel' yang irasional, karena mereka memiliki alas administrasi hukum bisnis internasional seperti yang terdapat dalam Kontrak Karya (KK).

Yang juga perlu dicatat oleh rezim sekarang ini adalah bahwa sejarah kehadiran Freeport di tanah Papua (Irian Barat) tahun 1967. Tak ada yang bisa menyangkali, ada latar belakang politik antara pemerintah AS dengan Indonesia pasca masuknya tahun 1963 (1 Mei). Sekali lagi, rezim sekarang ini, tampaknya perlu membuka lembaran sejarah itu dan merenungkan proses negosiasi sehingga ada investasi begitu besar untuk eksploitasi mineral di provinsi ujung timur Indonesia itu.

Saya, tentu saja tak sedang mengajak untuk abaikan atau langgar aturan perundangan seraya mengagungkan kompani asing. Karena kalau itu dilanggar, maka bukan saja akan jadi preseden buruk bagi bangsa ini, melainkan membuka ruang untuk munculnya lagi isu dan gerakan politik lengserkan Presiden Jokowi.

Yang mau saya katakan adalah agar pemerintah mencari alternatif terbaik agar investasi Freeport tetap jalan dan skaligus stabilitas di Papua tak terganggu atau kian buruk. Semua pihak di Jakarta atau Indonesia juga harus menahan diri dari ucapan dan gerakan yang berwatak bluffing seperti yang dilontarkan oleh salah satu anasir ormas besar di tanah air. Karena jangan anggap ucapan-ucapan atau aksi-aksi 'menggertak' Freeport akan selalu peroleh simpati baik dari warga asli Papua maupun scra lebih khusus para tenaga kerja yang terancam akan kehilangan pendapatan jika nanti akan di PHK.

Para warga Papua, pada tingkat tertentu, untuk sebagiannya, berpotensi lebih berpihak pada Freeport ketimbang pemerintah RI. Soalnya, Freeport sudah nyata memberi kontribusi pada masyarakat Papua, apalagi para pekerjanya. Sementara pemerintah RI bisa dianggap sebagai 'pengambil untung' saja.(*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Ahlan Wa Sahlan Prabowo Sang Rajawali!

Oleh Syahganda Nainggolan
pada hari Rabu, 24 Apr 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Mahkamah Konstitusi sudah memutuskan Prabowo Subianto sah sebagai Presiden RI ke delapan. Itu adalah takdir Prabowo yang biasa dipanggil 08 oleh koleganya. Keputusan MK ...
Opini

Jalan Itu Tidaklah Sunyi

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --"Jika Mamah jadi penguasa apakah Mamah akan menjadikan anak Mamah pejabat saat Mama berkuasa?" Itu pertanyaan anakku malam ini. Aku mendengarkan anakku ini. ...