Bisnis
Oleh M Anwar pada hari Minggu, 19 Mar 2017 - 06:22:30 WIB
Bagikan Berita ini :

D'Gil Marketing, Cara Ahmad Bambang Angkat Pamor Pertamina

13IMG_20161213_234620.jpg
Ahmad Bambang (Sumber foto : Istimewa )

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)--Tidak mudah mengubah budaya kerja perusahaan sebesar Pertamina. Namun tidak untuk Ahmad Bambang. Melalui strategi pemasaran yang diberi label d'Gil Marketing, dia berhasil membawa pamor Pertamina mengkilap ditengah iklim bisnis migas yang suram akibat anjloknya harga minyak mentah dunia.

Ahmad Bambang sekaligus menjadi orang yang membalikkan keadaan bisnis hilir migas Pertamina yang bertahun-tahun rugi, menjadi untung. Bahkan menjadi penopang penting keuntungan disaat bisnis hulu migas Pertamina redup. Padahal, selama ini bisnis hilir Pertamina menjadi beban perusahaan karena antara lain hanya menjalankan tugas pemerintah mendistribusikan BBM bersubsidi ke seluruh pelosok negeri.

"Hampir dua tahun saya mengajak orang-orang pemasaran untuk berpindah dulu darimarketing productke arahmarketing customer. Pokoknya targetnya itu profit dulu," ujar Ahmad Bambang menceritakan pengalamannya saat awal mula menjadi Direktur Pemasaran Pertamina beberapa waktu lalu.

Sebelum mengenalkan d'Gil Marketing, Ahmad Bambang menyadari bahwa saat ini, praktik pemasaran semakin bergeser dan mengalami transformasi dari level intelektual (marketing 1.0) menuju ke emosional (marketing 2.0), dan akhirnya kehuman spirit(marketing 3.0).

Menurut dia, Marketing 1.0adalah product oriented marketing. Sehingga apapun produknya, kita lempar ke pasar. Pasar dipaksa untuk menerima produk apapun yang dilempar,itu marketing zaman dulu. Selanjutnya Marketing 2.0adalahcustomer oriented. Jadi apa yang diinginkancustomermulai dipenuhi dengan produk. Tetapi tujuannya samayaitu profitdanretain ability untuk mengembalikan investasi.

Adapun Marketing 3.0 sudah bicara masalah benefit, yaituvalueatau manfaat jadi bukan hanya soal untung saja. Oleh karena itu bicaranyasustainability
(keberlanjutan) dari perusahaan ini. Ketika berbicarasustainability, harus bicara profit karena profit menjadikan kita bisa melakukan investasi. Meski demikian juga harus menjaga citra. Kalau kita tidakenvironment friendlypasti dijauhi masyarakat.

"Oleh karena itu, kami bawa Marketing 3.0tadi ke arah sustainabilitysupaya Pertamina dicintai masyarakat terlebih dahulu," papar Ahmad Bambang, pria kelahiran Kediri yang lulusan ITB ini.

Hasilnya cukup membuat banyak pihak berdecak kagum. Jika 2014 rapor bisnis hilir Pertamina masih banyak merah, maka 2015 berbalik mencorong. Sebab pada 2015 gross profit tercapai 1,845 miliar USD, meningkat tajam dari tahun sebelumnya yang 258 juta USD. Padahal saat mematok target gross profit 2015 sebesar 1,41 miliar USD banyak yang tidak percaya bisa tercapai.

Kondisi profit ini menjadi modal penting Ahmad Bambang dan jajaran bisnis hilir Pertamina. Sebab, selain membuat kepercayaan diri yang tinggi juga menjadi momentum menyebarkan virus d'Gil Marketing atau Marketing Gila. Dia meluncurka kompetisi Ide Gila untuk memacu kreativitas jajarannya berani memunculkan beragam kreasi dan inovasi bagi perbaikan perusahaan.

"Kompetisi ide gila, sebetulnya saya mau implementasikanMarketing 3.0ditambah satu keunggulannya, yaitu kreativitas. Hanya orang-orang gila yang bisa membuat ini terjadi. Kalau tidak, ya biasa saja," papar pria yang sering dipanggil Abe ini.

Kegilaan sebenarnya sudah dimulai saat Abe memilih mematok target 2015, dan kemudian diulangi pada 2016. Bahkan target 2016 bisa dibilang 'gila banget', karena dalam
RKAP menargetkangrossprofit 2,1 miliar USD. Terbukti semua itu mampu dicapai bahkan dilampaui oleh bersinarnya kinerja bisnis hilir migas Pertamina.

"GerakannyaRaisethe Bar, strateginya adalahThink Like There is No Box. DenganRaisethe Baritu kami bawa semua produk ke arah yang lebih tinggi," papar Abe yang akhirnya menduduki posisi Wadirut Pertamina ini.

Wujudnya, bergulirlah aneka produk Pertamina yang menjadi ikon di pasar retail migas di dalam negeri, bahkan merambah ke luar negeri. Antara lain Pertalite, Dexlite, Pertamax Turbo, Bringht Gas 5,5 Kg, Pertamina FG HO 46. Berbagai mercandise My Pertamina serta beragam event pemasaran maupun produk pelayanan yang memuaskan konsumen dan masyarakat luas.

Pertalite, misalnya, telah menjadi produk BBM yang fenomenal di tanah air. Selain mampu memecah kebuntuan peliknya masalah BBM bersubsidi karena berhasil menggeser konsumen dari membeli Premium, Pertalite adalah produk BBM non subsidi yang kini pangsa pasarnya melampaui Premium. Fenomena ini diikuti meningkatnya pangsa pasar Pertamax maupun Dexlite yaitu Solar non subsidi. Sedangkan Pertamax Turbo langsung menggebrak pasar luar negeri karena diluncurkan di Milan, Italia dengan mengandeng Lamborghini.

Produk Bright Gas juga langsung diterima pasar. Produk gas elpiji dalam tabung berwarna Pink ini tergolong brilian. Sesuai target, Bright Gas menggaet simpati konsumen millenial di perkotaan. Terbukti Ibu-ibu rumah tangga di perkotaan tak merasa malu dan rendah diri menenteng Bright Gas. Sebab, selain tampak elegan produk gas elpiji dalam tabung ini juga aman dan mudah serta nyaman digunakan.

Hasilnya, hingga kuartal ketiga 2016, laba bersih Pertamina naik 209 persen dibandingkan periode yang sama setahun sebelumnya menjadi 2,83 miliar USD. Ini berarti, laba bersih Pertamina pada periode ini telah mengalahkan laba bersih Petronas, BP, atau pun Chevron. Benar-benar 'gila' karena tak terbayangkan sebelumnya oleh kebanyakan orang, termasuk internal Pertamina sendiri.

Abe membawa pamor Pertamina menyalip perusahaan migas kelas dunia berkat d'Gil Marketing.(ris/dbs)

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement