Opini
Oleh Djoko Edhi S Abdurrahman (Mantan Anggota Komisi Hukum DPR-RI) pada hari Jumat, 19 Mei 2017 - 13:33:23 WIB
Bagikan Berita ini :

Ghirah Umat Islam Melawan Perang Asimetris China

35SAVE_20160822_125409.jpg
Kolom bersama Djoko Edhi S Abdurrahman (Sumber foto : Ilustrasi oleh Kuat Santoso )

Perang Asimetris. Berdasarkan kajian dan diskusi intensif di Global Future Institute, Perang Asimetris (PA) merupakan metode peperangan gaya baru secara nirmiliter (non militer), tetapi memiliki daya hancur tidak kalah hebat bahkan dampaknya lebih dahsyat daripada perang militer.

Ia memiliki medan atau lapangan tempur luas meliputi segala aspek kehidupan (astagatra). Sasaran perang non militer tidak hanya satu atau dua aspek, tetapi bisa beragam aspek. Ia dapat dilakukan bersamaan, atau secara simultan dengan intensitas berbeda.

Perang Asimetris yang dilancarkan China sudah sangat terasa sejak beberapa dekade lalu. Namun, sejak pengalihan kekuasaan pada tahun 2014 lalu, Perang Asimetris semakin terasa, di berbagai sektor.

Sasaran Perang Asimetris ini ada tiga:

(1) MEMBELOKKAN SISTEM SEBUAH NEGARA SESUAI ARAH ARAH ARAH KEPENTINGAN KOLONIALISME.
Diamana UUD kita telah diubah, dan banyak UU lainnya yang lebih dibuat longgar yang memudahkan masuknya invasi asing.

(2) MELEMAHKAN IDEOLOGI SERTA MENGUBAH POLA FIKIR RAKYAT DAN MEMUNCULKAN PEMIKIRAN KELIRU TERHADAP IDEOLOGI NEGARA.
Penafsiran Pancasila sebagai ideologi negara, dimana sila Pertama “ Ketuhanan Yang Maha Esa” yang seharusnya dipahami bahwa negara ini dengan sila pertamanya adalah “Ketuhanan yang Maha Esa” itu, wajib melindungi kehidupan beragama yang berketuhanan, tetapi justru ada upaya menindas hak-hak ummat Islam khususnya.

Dengan menahan sejumlah ulama dengan tuduhan makar, serta berbagai tuduhan-tuduhan yang bersifat mengkriminalisasi ummat Islam seperti Radikalisme, anti toleransi, anti keBhinekaan, anti Pluralisme, bahkan terrorisme.
Dimana Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Budi Waseso mengatakan, saat ini jumlah narkotika dan obat-obatan terlarang (narkoba) yang sudah masuk ke Indonesia jumlahnya dalam ukuran ton.

Kekhawatiran akan serbuan tenaga kerja asing asal Cina yang masuk ke Indonesia semakin menguat beberapa waktu terakhir ini, yang mendominasi semua proyek strategis. Di sektor keuangan, kita dijerat pinjaman jangka panjang tetapi lembaga keuangan kita sudah dalam genggaman China pula.

(3) MENGHANCURKAN FOOD SECURITY (ketahanan pangan) DAN ENERGY SECURITY (jaminan pasokan dan ketahanan energy) sebuah bangsa, selanjutnya menciptakan ketergantungan negara target terhadap negara lain dalam hal "food and energy security”.

Menghadapi Perang Asimetris tersebut hanya bisa ditangkal dengan ketahanan moral bangsa. Dan moral bangsa hanya dapat dicapai jika ada kejujuran/akhlak dan dengan adanya kejujuran pada masyarakat dan pemimpinnya maka kita dapat menjadi “High Trust Society”, dengan adanya modal sosial “High Trust Society” maka akan kita memiliki kekuatan dari dalam yang resisten dari gempuran apapun termasuk perang asimetris yang sedang dilancarkan oleh China sebagaimana digambarkan oleh DR. Samuel Huntington.

Untuk mengefektifkan kekuatan modal sosial bangsa, demi menghadapi Perang Asimetris ini, maka diperlukan

1. Mendorong peran serta Civitas Akademica untuk ikut aktif mendampingi gerakan dan aksi para ulama yang tergabung di GNPF – MUI. Demi menambah daya juang ummat Islam untuk menegakkan keadilan dan kebenaran sejati, agar terbangun "High Trust Society" di negeri ini. Oleh karena itu, tekad para pihak terkait dalam perjuangan ini harus bebas dari kebutuhan “logistic” individu dengan slogan berjuang tanpa pamrih, tanpa menanyakan apa yang yang akan didapat, tetapi apa yang dapat kami berikan untuk ummat dan bangsa ini.

2. Menegaskan bahwa ghirah juang ummat Islam pasca Pilkada DKI tidak boleh surut di abad 21 kedepan. Oleh karenanya diperlukan peningkatan kualitas keimanan dan akhlaq yang lebih progresif, terencana, terukur dan sistematis. Demi menangkal berbagai issu terkait serangan perang asimetris.

3. Diperlukan upaya “Controlling” terhadap kinerja penyelenggara negara baik di pusat maupun didaera, agar tetap “istiqomah” dalam menjalankan amanah. Sebab, saham terbesar atas kesuksesan yang diraih mereka adalah dari hasil pejuangan Ummat Islam. Sehingga tantangan yang dihadapi penyelenggara negara adalah tantangan Ummat Islam, dan kegagalan mereka adalah kerugian bagi Ummat Islam.(*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Ahlan Wa Sahlan Prabowo Sang Rajawali!

Oleh Syahganda Nainggolan
pada hari Rabu, 24 Apr 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Mahkamah Konstitusi sudah memutuskan Prabowo Subianto sah sebagai Presiden RI ke delapan. Itu adalah takdir Prabowo yang biasa dipanggil 08 oleh koleganya. Keputusan MK ...
Opini

Jalan Itu Tidaklah Sunyi

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --"Jika Mamah jadi penguasa apakah Mamah akan menjadikan anak Mamah pejabat saat Mama berkuasa?" Itu pertanyaan anakku malam ini. Aku mendengarkan anakku ini. ...