Opini
Oleh Ariady Achmad pada hari Rabu, 31 Mei 2017 - 10:26:27 WIB
Bagikan Berita ini :

Puasa Ramadhan dan Bangsa yang Sedang Sakit

90obrolan pagi-1.jpg
Kolom bersama Ariady Achmad (Sumber foto : Ilustrasi oleh Kuat Santoso )

Sejak memasuki awal Ramadhan 1438 H, kegaduhan tak juga surut dari bumi tercinta Indonesia. Bulan puasa yang seharusnya diisi dengan intensitas ibadah lebih khusuk oleh umat muslim yang merupakan mayoritas warga negara menjadi seperti tertutup oleh hiruk pikuk.

Semua itu semakin membuat sesak dada, karena kegaduhan dan hiruk pikuk itu bukan hanya dalam alam nyata, namun juga dalam alam maya oleh nitizen atau warga alam maya. Bahkan kait-mengkait antara kegaduhan dunia nyata dengan dunia maya malah membuat berbagai kegaduhan dan hiruk pikuk terdramatisasi ataupun terhiperbolisisasi.

Buntut OTT oleh KPK terhadap auditor BPK dan pejabat eselon I Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi menjadi viral yang seru di dunia maya atau media sosial. Baik pro ataupun kontra. Maklum, baru pertama inilah terbongkar dalam lembaga pemeriksa keuangan negara justru ada oknum yang terduga melakukan korupsi.

Masyarakat awam wajar jika mempertanyakan dan meragukan kredibilitas BPK. Jika lembaga pemeriksa saja sudah bertindak curang dan tercela kepada siapa lagi harus percaya di negeri tercinta ini?

Padahal, pada saat yang sama publik juga tengah dipertontonkan sejumlah kasus korupsi yang menggerogoti uang negara mencapai triliunan rupiah. Sebut saja korupsi e-KTP dana BLBI. Bahkan bagi sebagian besar masyarakat tak bisa membayangkan uang triliunan rupiah akibat kemiskinan yang melilitnya.

Kita juga amat prihatin dengan kondisi di parlemen. Suara amanah rakyat yang direbutkan saat pemilu tak setimpal dengan kinerja wakil rakyat. Rapat paripurna sepi anggota DPR. Rapat-Rapat Komisi dan Alat Kelengkapan Dewan tak jauh berbeda, sepi dari wakil rakyat yang seharusnya menyuarakan aspirasi masyarakat.

Dibawah kegaduhan itulah masyarakat kini harus menghadapi harga kebutuhan pokok yang merangkak naik. Dijalanan begal motor maupun bentuk kriminalitas lainnya makin brutal. Selain itu, ini yang paling mengkhawatirkan, toleransi hidup masyarakat seperti tampak makin menipis.

Masihkah semua ini situasi yang normal dan biasa-biasa saja? Sampai kapan ketidaknormalan kondisi sosial masyarakat ini berakhir? Mengapa kegotongroyongan justru tampak terpinggirkan oleh maraknya peran media sosial ditengah masyarakat? Penyakit apakah yang sejatinya sedang dialami bangsa ini?

Pada bulan yang penuh rahmat dan ampunan ini tak salah jika kita semua berkomtemplasi bagi bangsa dan negara yang kita cintai.(*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Ahlan Wa Sahlan Prabowo Sang Rajawali!

Oleh Syahganda Nainggolan
pada hari Rabu, 24 Apr 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Mahkamah Konstitusi sudah memutuskan Prabowo Subianto sah sebagai Presiden RI ke delapan. Itu adalah takdir Prabowo yang biasa dipanggil 08 oleh koleganya. Keputusan MK ...
Opini

Jalan Itu Tidaklah Sunyi

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --"Jika Mamah jadi penguasa apakah Mamah akan menjadikan anak Mamah pejabat saat Mama berkuasa?" Itu pertanyaan anakku malam ini. Aku mendengarkan anakku ini. ...