Opini
Oleh Ahmad iskandar (Dosen FE di Universitas Ibnu Chaldun dan Atmajaya) pada hari Selasa, 04 Jul 2017 - 14:35:05 WIB
Bagikan Berita ini :

Masyarakat Kecil Menjerit Sampai Kapan?

91IMG_20170704_142903.jpg
Ahmad iskandar (Dosen FE di Universitas Ibnu Chaldun dan Atmajaya) (Sumber foto : Istimewa )

Akhirnya pemerintah buka suara menanggapi keluhan dan jeritan pengusaha, pengusaha ritel dan masyarakat kecil yang saat ramadhan kemarin benar-benar sepi transaksi.

Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani, kondisi yang dirasakan pengusaha ritel dan masyarakat kecil tersebut merupakan imbas pelemahan ekonomi selama tiga tahun terakhir (2014-2016) yang masih terasa hingga kini. Dampaknya menghantam daya beli masyarakat dan merembet ke industri ritel maupun industri lain.

Sri Mulyani menyatakan, realisasi 2006 sebesar 3,02 persen merupakan pencapaian paling rendah dalam satu dekade. Kondisi ini, menurut dia berawal dari kontraksi atau penurunan di sektor pertambangan, dan kemudian berpengaruh ke sektor lainnya.

"Namun pemerintah tidak berpangku tangan. Berbagai upaya akan kita kakukan untuk mengerek daya beli masyarakat dan menggeliatkan kembali industri di tanah air," tegas Sri Mulyani di kantornya pada pers, Senin (3/7/2017).

Fokus pemerintah, kata Sri Mulyani menyasar masyarakat berpenghasilan rendah dengan program-program perlindungan sosial, seperti Program Keluarga Harapan (PKH) menjadi 10 juta keluarga, sehingga 25 persen bahan 40 persen masyarakat terbawah tetap terjaga.

Jeritan Masyarakat Kecil

Sebagaimana diketahui, saat ramadhan kemarin penulis melakukan riset kecil-kecilan terhadap pedagang kecil dan warung rumahan.

"Bingung mas puasa ini, tidak ada sama sekali yang belanja," kata Bu Syamsiar.

Keluhan yang sama diungkapkan Pak Fuji yang memiliki warung kuliner sekelas cafe.
"Krisis mas, dengan merosotnya pembeli penjualan kami gal bisa nutup cost produksi," kata Pak Fuji.

Kondisi yang sama penulis rekam setiap ngobrol sama supir taksi. Mereka mengekuhkan susahnya nyari setoran.

Keluhan masyarakat kecil tersebut ternyata sama dengan keluhan pengusaha ritel. Menurut Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy N.Mandey, bisnis ritel lesu sejak dua tahun terakhir akibat pelemahan daya beli masyatakat. Pelaku industri meminta pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan yang dapat merangsang kembali minat belanja masyarakay dan menggeliatkan lagi usaha ritel modern.

Bagi masyarakat kecil, kondisi lesunya perekonomian Indonesia dampaknya seperti banjir yang sudah hampir sehidung orang dewasa. Dan kalau tidak kunjung teratasi bisa menenggelamkan seluruh badan. Dan kalau ini terjadi berarti kiamat kehidupan bagi masyarakat kecil.(*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Ahlan Wa Sahlan Prabowo Sang Rajawali!

Oleh Syahganda Nainggolan
pada hari Rabu, 24 Apr 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Mahkamah Konstitusi sudah memutuskan Prabowo Subianto sah sebagai Presiden RI ke delapan. Itu adalah takdir Prabowo yang biasa dipanggil 08 oleh koleganya. Keputusan MK ...
Opini

Jalan Itu Tidaklah Sunyi

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --"Jika Mamah jadi penguasa apakah Mamah akan menjadikan anak Mamah pejabat saat Mama berkuasa?" Itu pertanyaan anakku malam ini. Aku mendengarkan anakku ini. ...