Opini
Oleh Zeng Wei Jian pada hari Selasa, 25 Jul 2017 - 17:45:33 WIB
Bagikan Berita ini :

Distraksi Ala Cak Imam

54IMG_20170414_195606.jpg
Zeng Wei Jian (Sumber foto : Istimewa )

Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) menjadi korban pertama Perppu 2/2017 terkait Organisasi Kemasyarakatan (Ormas). Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi paling gesit merespon Perppu yang digugat Prof. Yusril Izha Mahendra dan belasan Ormas Islam.

Fahira Idris berkata, "Di negera demokratis seperti Indonesia, hanya palu hakim lah yang berhak membubarkan ormas yang dinilai anti Pancasila, bukan eksekutif apalagi legislatif."

Ngga pake tunggu palu hakim, Menteri Imam Nahrawi (Cak Imam) menahan anggaran Pramuka. Si Cak Imam menduga Adhyaksa Dault (Ketua Pramuka) mendukung HTI. Padahal, Dault adalah senior Nahrawi di Kementerian Pemuda dan Olah Raga. Publik taunya, Adhyaksa adalah kader profesional yang diendorse PKS. Entah sejak kapan dia jadi diidentikan dengan HTI.

Medsos gaduh akibat manuver Cak Imam. Banyak netizen mencibir. Mereka bilang ini akal-akalan Pa Menteri akibat cash negara bolong. Sehingga dana dari post lain mesti disedot. Subsidi pupuk sudah diapus. Pajak dinaikin. Dana Haji diambil untuk infra-struktur. Sekarang, dana Pramuka ditahan.

Netizen lain mempertanyakan di mana korelasi antara Pramuka dan HTI. Pramuka adalah organ pemuda yang sudah ada jauh sebelum HTI. Masalah "tempus delicti" digugat. Pasalnya, Mr Dault hadir di acara HTI tahun 2013. Jauh sebelum HTI dinyatakan ilegal. Biasanya, produk hukum tidak berlaku surut.

Adhyaksa Dault kaget. Dia klarifikasi ke Presiden, Wapres dan Ketua BIN. Selain mantan pejabat negara, Mr Dault adalah jebolan Lemhanas. Saya ngga tau apa Imam Nahrawi lulus Lemhanas atau tidak. Biasanya, nasionalisme dan loyalitas kepada Pancasila dan UUD 45 para alumni Lemhanas tidak pernah dipertanyakan. Baru kali ini, ada kasus alumni Lemhanas dicurigai berafiliasi dengan "ormas terlarang". Yang nyata-nyata bangga sebagai anak PKI bisa jadi anggota dewan.

Entah, apakah kegaduhan ini ada korelasinya dengan isu resuffle kabinet atau tidak.

Bila ada, kegaduhan Imam Nahrawi bisa dinilai sebagai strategi survival. Biar dianggep paling loyal dan brengos-nya presiden. Gaduh ini nutup soal prestasi jeblok. Dulu, pengamat Ahmad Baidhowi pernah tuding Cak Imam. Dia bilang, "Menpora nutup prestasi minim dengan bikin gaduh".

Bila targetnya ngga dipecat, maka Cak Imam fasih mempraktekan salah satu diktum dari Thirty-Six Stratagems Tiongkok Kuno.

Dengan mengorbankan Adhyaksa Dault, maka strategi yang dipake adalah "Sacrifice the plum tree to preserve the peach tree" (李代桃僵, Lǐ dài táo jiāng) dan "Create something from nothing (a plain lie)".

Semuanya disebut taktik "diverting attention" atau distraksi.(*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Ahlan Wa Sahlan Prabowo Sang Rajawali!

Oleh Syahganda Nainggolan
pada hari Rabu, 24 Apr 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Mahkamah Konstitusi sudah memutuskan Prabowo Subianto sah sebagai Presiden RI ke delapan. Itu adalah takdir Prabowo yang biasa dipanggil 08 oleh koleganya. Keputusan MK ...
Opini

Jalan Itu Tidaklah Sunyi

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --"Jika Mamah jadi penguasa apakah Mamah akan menjadikan anak Mamah pejabat saat Mama berkuasa?" Itu pertanyaan anakku malam ini. Aku mendengarkan anakku ini. ...