Opini
Oleh Salamuddin Daeng (AEPI) pada hari Sabtu, 09 Sep 2017 - 10:18:11 WIB
Bagikan Berita ini :

Ambisi Akhir Zaman, Ketika Wong Cilik Dipites Penguasa

16Salamuddin Daeng 004.jpg
Salamuddin Daeng (Sumber foto : Eko S Hilman/TeropongSenayan )

"memeras rakyat dengan pajak, menjual negara demi utang, mengeruk untung dengan menghapus subsidi"

_____________
“Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka.”(Bung Karno, Pidato HUT Proklamasi 1963)

"Percayalah, di dalam Indonesia Merdeka nanti tidak boleh ada orang yang kelaparan; semua penduduk Indonesia mesti dan harus kenyang.''(Sukarno, pidato di Hari Pembebasan Jawa, 9 Maret 1945)
______________

Bagaimana ambisi keuangan pemerintahan Jokowi? Itu tercermin dalam APBN 2018 yang berisikan strategu pemerintah dalam mencari uang dalam meraih target membangun berbagai mega proyek infrastruktur. proyek proyek yang dikelola dan akan dikerjakan secara komersial/mekanisme bisnis untuk mencari keuantungan besar dari penjualan proyek proyek tersebut di masa mendatang.

Untuk merealisasikan ambisi yang besar tersebut pemerintah akan berburu uang dengan segala macam cara, mengemis utang luar negeri, menjual surat utang negara, memungut pajak secara keras dan membabi buta kepada masyarakat, mematai-matai tabungan masyarakat untuk dipalaki dengan pajak sembari memangkas semua bentuk subsidi.

Berikut uraian singkat bagaimana skema WONG CILIK DIPITES dalam strategi keuangan Pemerintahan Jokowi yang tercermin dalam APBN 2018 dan kebijakan keuangan lainnya ;

1. Rakyat Dikeruk Pajak Tinggi

-APBN 2018 ditargetkan meningkat dibandingkan APBNP 2017. Target yang ingin dicapai dalam APBN 2018 masih sama ambisiusnya dengan APBN 2017 dengan target pengeluaran dan pendapatan yang cukup besar. Meskipun sumber pengeluaran tersebut belum jelas dikarenakan pendapatan pemerintah sendiri

-Pemerintah memasang target belanja negara sebesar Rp2.204,38 triliun dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (R-APBN) 2018. Proyeksi tersebut meningkat dari target belanja dalam APBN 2017 Rp2.080,45 triliun dan dari APBN Perubahan 2017 sebesar Rp2.133,29 triliun.

-Target pajak tahun 2017 dipastikan tidak akan tercapai dikarenakan pelemahan ekonomi terutama yang dipicu oleh pelemahan daya beli masyarakat. Sebagai gambaran realisasi penerimaan perpajakan sepanjang semester I tahun 2017 ini atau sampai dengan 30 Juni 2017 mencapai Rp 571,9 triliun atau 38,2% dari target APBN 2017 sebesar Rp 1.498,9 triliun.

- Pajak yang tinggj, tarif dan sewa infrastruktur yang mahal merupakan strategi dasar pemerintah dalam mencari uang. Rakyat diperas sekuat kuatnya untuk membiayai oligarki penguasa.


2. APBN Dirancang Defisit

-Defisit anggaran 2018 lebih rendah dari 2017. Defisit ini sebesar Rp 325,9 triliun atau 2,19% dari PDB. Akan tetapi target defisit ini dipastikan akan berubah pada APBNP 2018. Sebagaimana APBNP 2017 yang menetapkan angka defisit hingga 2,92% PDB. Ketetapan ini dalam rangka pemerintah menarik pinjaman baik dari dalam maupun dari luar negeri dalam rangkan menutup kekurangan penerimaan negara dari pajak dan sumber daya alam.

-APBN defisit karena pengeluaran pemerintah lebih besar dari pendapatan. Lebih besar pasak dari pada tiang. Pengeluaran pememerintah yang besar tersebut disebabkan oleh dua pengeluaran besar yakni (1) pengeluaran rutin dalam bentuk gaji PNS, anggota DPR, MPR dan tunjangan serta anggaran rutin lainnya dalam menjalankan roda pemerintahan. (2) pengeluaran untuk pembayaran kewajiban pemerintah yakni bunga utang, cicilan utang dan utang jatuh tempo yang jumlahnya sangat besar setara dengan seluruh gaji, tunjangan, PNS dan anggota DPR, MPR. Kedua pengeluaran tersebut menyedot lebih dari 75% APBN.

-Untuk dapat menutupi pengeluaran tersebut maka pemerintah menyandarkan pada utang baru. Sebetulnya jumlah utang baru pemerintahan Jokowi yang rata rata jumlahnya sebesar Rp. 500 triliun setahun tidak cukup untuk menutupi kewajiban yang disebabkan oleh utang lama atau akumulasi utang yang diciptakan oleh pemerintah.


3. Menumpuk Utang Ugal Ugalan

-Pemerintah telah membuat rancangan belanja yang sangat besar. Alasan yang dikemukakan ke publik adalah agar pemerintah memiliki ruang fiskal dalam rangka mewujudkan mega proyek infrastruktur. Kebutuhan anggaran yang besar tersebut pada akhirnya akan dicapai dengan mengambil utang secara besar besaran baik dai dalam maupun dari luar negeri.

-Akibatnya pemerintah menghadapi beban akumulasi utang yang membengkak. Karena setiap kekurangan anggaran selalu ditutupi dengan utang. Kondisi ini akan berdampak terhadap meningkatnya kewajiban keuangan pemerintah.

-Tahun 2018 mendatang pemerintah akan menghadapi kewajibanBunga sebesar Rp. 253.5 triliun, cicilan sebesar +/-Rp. 65,5 Triliun dan utang jatuh tempo sebesar Rp.390 Triliun. Jadi total kewajiban yang harus dibayar pemerintah Jokowi pada 2018 adalah Rp. 709 triliun. Ini adalah angka yang besar. Nilai ini setara dengan 50% rencana penerimaan pajak setahun atau kewajiban tersebut setara dengan 70% dari realisasi penerimaan pajak setahun.


4. Pemerintahan Bancakan Taipan

-Bagaimana penomena meningkatnya utang luar negeri pemerintah melebihi utang luar negeri swasta

-Pada era pemerintahan jokowi utang luar negeri swasta cenderung menurun atau berkurang, meskpun pada Q2 2017 sedikit mrningkat. Namun sebaliknya utang luar negeri pemerintah terus meningkat lebih tinggi dibandingkan peiode sebelumnya. Selain itu utang BUMN juga mengalami peningkatan.

-Ada indikasi bahwa utang luar negeri swasta indonesia telah berakumulasi sangat besar. Sehingga swasta tidak lagi memiliki ruang yang cukup untuk dapat mengambil utang.

-Swasta memanfaatkan pemerintah untuk memgambil utang luar negeri yang besar. Selanjutnya utang luar negeri pemerintah tersebut digunakan untuk membiayai mega proyek yang dikerjakan oleh swasta di Indonesia. dengan demikian swasta tidak perlu berhutang lagi, karena toch proyek proyek peemrintah akanjatuh ketangang swasta yang merupakan oligarki politik nsdionsl.

-Bukti bahwa swasta memanfaatkan pemerintah untuk mengambil utang jumlah besar terlihat dalam kasus akuisisi saham PT. Newmont Nusa Tenggara (PTNNT) oleh swasta Indonesia. Akusisi saham mayoritas Newmont tersebut dilakukan dengan dana tiga bank BUMN yakni Mandiri, BNI dan BRI yang diberikan kepada para swasta. Jadi kesimpulannya bahwa swasta, swasta tidak perlu mengambil utang luar negeri sendiri, cukup memanfaatkan pemerintah yang berkuasa.

-Utang luar negeri pemerintah sejak masa pemerintahan Jokowi meningkat sebesar Rp. 547,37 triliun lebih. Utang luar negeri pemerintah saat ini mencapai Rp. 2,298,80 triliun lebih. Sementara utang luar negeri swasta pada era pemerintahan Jokowi hanya meningkat Rp. 19,1 triliun lebih. Utang luar negeri swasta secara keseluruhan saat ini sebesar Rp. 2,227,6 triliun lebih. Secara keseluruhan total utang luar negeri pemerintah dan swasta atau disebut utang luar negeri Indonesia saat ini adalah sebesar Rp. 4,526,4 triliun lebih. Nilai ini diukur berdasarkan kurs Rp. 13.500/USD.


5. Wong Cilik Dipites

-Memberika. Insentif infrastrukrur pada para taipan melalui pembangunan infrastruktur seperti jalan tol, MRT, LRT, kereta cepat, pembangkit listrik, agar meningkatkan nilai valuasi aset aset yang menjadi sumber daya bisnis di dalam negeri terutama aset aset swasta sehingga mereka tidak mengalami kebangkrutan akibat utang yang sudah menggunung.

-Memberikan para Taipan subsidi bunga dan uang muka agar perumahan dan apartemen mereka terbeli dalam rangka memulihkan bisnis property di indonesia yang telah mengalami kejatuhan sejak 2014 lalu. Subsidi ini akan menolong para pengembang untuk mendapatkan pembeli dalam pasar indonesia yang saat ini tengah melemah.

-Dalam rangka menghemat anggaran pemerintah memangkas semua jenis subsidi yakni menghapus subsidi BBM premium dan rencana menghapus secara keseluruhan subsidi solar dan gas LPG. Dengan demikian maka penjualan BBM dan LPG sepenuhnya akan menggunakan mekanisme pasar dan harga jual bahan bakar akan terus meningkat.

-Menghapus semua subsidi listrik. Listrik telah mengalami kenaikan ratusan persen sejak pemerintahan Jokowi dimulai. Meskipun pada saat yang sama daya beli masyarakat merosot. Sekarang harga /tarif listri tidak lagi ditetapkan memalui mekanisme politik namun hanya berdasarkan pembukuan PLN. Sementara PLN sekarang menanggung utang yang sangat besar. Seluruh utang PLN tersebut dibebankan kepada tarif listrik yang harus dibayar oleh masyarakat.(*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Ahlan Wa Sahlan Prabowo Sang Rajawali!

Oleh Syahganda Nainggolan
pada hari Rabu, 24 Apr 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Mahkamah Konstitusi sudah memutuskan Prabowo Subianto sah sebagai Presiden RI ke delapan. Itu adalah takdir Prabowo yang biasa dipanggil 08 oleh koleganya. Keputusan MK ...
Opini

Jalan Itu Tidaklah Sunyi

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --"Jika Mamah jadi penguasa apakah Mamah akan menjadikan anak Mamah pejabat saat Mama berkuasa?" Itu pertanyaan anakku malam ini. Aku mendengarkan anakku ini. ...