JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)--Panglima TNI Gatot Nurmantyo memerintahkan seluruh jajarannya agar melakukan nonton bareng (Nobar) film G30S/PKI. Sejumlah pihak banyak yang menilai bahwa tindakan Panglima TNI itu sedang melakukan gerakan politik.

Penilaian sebaliknya diutarakan Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon. Ia mendukung langkah Panglima TNI tersebut.

"Loh, kalau Panglima menginstruksikan, menurut saya wajar saja. Karena waktu itu yang dibunuh para jenderal. Jadi terkait langsung dengan tentara karena korban pada waktu 1965 itu 7 jenderal. Menurut saya itu bukan politik, menurut saya Panglima berusaha mendudukkan sejarah," ujar Fadli di Kompleks Parlemen, Jakarta, Jumat (22/9/2017).

Wakil Ketua Umum Gerindra ini menduga, saat ini ada sejumlah pihak yang ingin memutarbalikan fakta sejarah bahwa PKI merupakan korban dari peristiwa 1965. Padahal, fakta sejarah mengatakan bahwa PKI ingin melakukan kudeta terhadap pemerintahan Presiden Soekarno.

"Seolah-olah PKI itu korban, playing victim. Padahal itu tidak bisa lepaskan konteks kejadian-kejadian sebelumnya bahkan dari peristiwa pemberontakan tahun 1947. Nah ini menjadi masalah di Indonesia sudah lebih dari 50 tahun karena ada yang berusaha menghapus jejak sejarah dan berusaha mengatakan PKI tidak kudeta," ungkapnya.

"Jelas PKI itu kudeta. Kudeta itu dan revolusi bagian dari rukun komunisme. Jadi kalau rukun Islam itu ada syahadat, sholat sampai haji, didalam komunis itu ada revolusi, pengambilan secara paksa dengan segala cara. Dan itu terjadi di Rusia, terjadi di China, terjadi di Kamboja, di negara-negara yg terjadi revolusi," tambahnya.(yn)