Opini
Oleh Denny JA pada hari Sabtu, 18 Nov 2017 - 07:05:47 WIB
Bagikan Berita ini :
In Memoriam Djohan Effendi

Islam Yang Sangat Modern dan Pro Hak Asasi Manusia

30DennyJA.jpg
Denny JA (Sumber foto : Istimewa )

Jika saja sudah ada hadiah Nobel di abad ke 11, sangatlah mungkin setiap tahun hadiah itu jatuh kepada ilmuwan dari dunia Islam. Pada abad 11, Islam menjadi pusat peradaban, yang melahirkan ilmu pengetahuan baru. Inilah dunia Islam yang seharusnya.

Kisah di atas sering diulang-ulang pak Djohan Effendi. Saat itu di tahun 1983-1986, saya masih mahasiswa usia sekitar 20-23 tahun. Bersama teman-teman yang senang diskusi, setiap hari Minggu sore kami berkumpul di rumahnya. Kelompok inipun kami beri nama Kelompok Studi Proklamasi (KSP). Di tahun 1980-an, KSP cukup mewarnai gerakan mahasiswa era itu.

Kisah ini kembali terkenang ketika mendengar berita wafatnya pak Djohan hari ini, Jumat 17 November 2017. Satu persatu pemikir Islam Indonesia terkemuka generasi pembaharuan Islam wafat, menyusul Nurcholish Madjid, dan Abdurahman Wahid

-000-

Pak Djohan Effendi sudah saya anggap sebagai ayah saya yang kedua. Sejak 1982- sampai 1990, sebelum saya pergi sekolah ke Amerika Serikat, hubungan saya dengannya sangatlah intens.

Pak Djohan lalu menjadi menteri Sekneg di bawah Presiden Gus Dur. Setelah itu ia banyak tinggal di Australia. Sejak kepergiannya ke Australia, Saya sudah jarang berkomunikasi dengannya.

Tahun 2015-2016 pak Djohan datang kembali ke Indonesia, menetap di Jakarta. Tapi kondisinya sudah sakit.

Kepada pak Djohan sempat saya tanya apa yang sangat ingin ia peroleh di usia senja? Saya dan teman teman sangat ingin membuatnya senang. Ketika mahasiswa, kami sangatlah kere. Tapi di usia 50an, lumayan sudah ada perkembangan.

Pak Djohan hanya ingin dibuatkan diskusi mingguan saja. Ia tak ingin pemberian lain. Ia hanya ingin forum diskusi. Ia rindu dengan suasana diskusi dan tukar menukar ilmu pengetahuan.

Kamipun terkejut dengan permintaan pak Djohan. Tapi karena memang itu yang diinginkan dari lubuk hatinya, kami membuatkan pertemuan Reboan, diskusi setiap Rabu.

Teman teman mahasiswa di tahun 80an yang dulu berkumpul setiap minggu di rumahnya, kumpul kembali. Namun saat itu usia kami sudah lima puluhan.

Pak Djohan memaksakan hadir dalam diskusi mingguan itu. Ia sangat semangat berbicara walau bicaranya sudah terbata- bata, dan banyak yang tak lagi jelas bunyinya.

Namun itu justru mengharukan. Dalam kondisi fisik yang tak lagi prima, spiritnya pada diskusi dan bertukar gagasan masih menyala.

Tradisi diskusi Reboan ini terhenti ketika justru istri pak Djohan sakit keras dan akhirnya wafat. Sungguh senang hati saya sempat menyediakan makam untuk istri pak Djohan di San Diego, dekat dengan makam ayah saya.

Kepada teman dan keluarga pak Djohan juga saya sampaikan pesan. Tanah di sebelah makam ibu pak Djohan di San Diego, juga sudah siapkan jika saja pak Djohan berpulang dan ingin dimakamkan di sebelah istrinya.

Namun setelah istrinya wafat, pak Djohan dan keluarga memilih tinggal di Australia. Ada dokter dan terapi di sana yang lebih sesuai untuk pengobatan pak Djohan. Jumat 17 November 2017 pak Djohan wafat dan dimakamkam di Australia.

-000-

Lama saya terdiam mendengar wafatnya pak Djohan. Suasana yang sama saya rasakan ketika mendengar wafatnya ayah kandung saya sendiri di tahun 1997.

Ia yang wafat tetap hidup dalam memori kolektif mereka yang masih hidup. Tak lama lagi, jasad pak Djohan dimakamkan. Tapi spiritnya yang merindukan Islam yang sangat modern, yang pro hak asasi manusia, dan Indonesia yang memelihara keberagaman terus hidup.

Selamat jalan pak Djohan. Selamat jalan jiwa yang berjuang.(*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Ahlan Wa Sahlan Prabowo Sang Rajawali!

Oleh Syahganda Nainggolan
pada hari Rabu, 24 Apr 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Mahkamah Konstitusi sudah memutuskan Prabowo Subianto sah sebagai Presiden RI ke delapan. Itu adalah takdir Prabowo yang biasa dipanggil 08 oleh koleganya. Keputusan MK ...
Opini

Jalan Itu Tidaklah Sunyi

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --"Jika Mamah jadi penguasa apakah Mamah akan menjadikan anak Mamah pejabat saat Mama berkuasa?" Itu pertanyaan anakku malam ini. Aku mendengarkan anakku ini. ...