JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) -Yanuar Nugroho, itulah nama satu dari empat deputi Kepala Staf Khusus Presiden Luhut Binsar Panjaitan yang dikirimi surat terbuka oleh mantan Tim Transisi Presiden Joko Widodo, Akbar Faisal.
Selain Yanuar, sebenarnya ada nama-nama lain seperti Darmawan Prasodjo, Purbaya Yudhi Sadewa dan Eko Sulistyo yang sudah dilantik Luhut pada Kamis (2/4) lalu Auditorium Gedung III Sekretariat Negara.
Darmawan dilantik sebagai Deputi I Bidang Monitoring dan Evaluasi, Yanuar Nugroho dilantik sebagai Deputi II Bidang Pengelolaan dan Kajian Program Prioritas, Yudi Sadewa sebagai Deputi III Bidang Pengelolaan Isu Strategis dan Deputi IV BIdang Komunikasi Politik dan Disemisal Informasi dipegang Eko Sulistyo.
Mengapa hanya Yanuar yang lahir 15 Januari 1972 itu saja yang disebut Akbar Faisal, hanya Akbar yang tahu. Sosok Yanuar sebelum pulang ke Indonesia adalah dosen dan peneliti di Manchester Institute of Innovation Research, Manchester Business School (MBS).
Alumni Tehnik Industri ITB itu adalah peraih Hallsworth Fellowship Award, yang merupakan penghargaan internasional bergengsi di bidang ekonomi dan politik di Inggris.
Dia merupakan orang Asia pertama peneerima penghargaan tersebut. Menyelesaikan master di Inggris 2001 dengan presidikat Cum Laude. Dia ditawari beasaiswa doktoral, tapi karena terikat kontrak dengan pemberi beasiswa dia kembali ke Indonesia.
Pada 2004 dikembali ke Inggris dan mengambil doktoral di Universitas Mancheseter dan mampu menyelesaikan studinya tercepat. Sebelum sidang PhD, dia sempat pulang ke tanah air melamar dosen di berbagai perguruan tinggi tanah air tapi tak ada yang berminat, Akhirnya dia kembali ke Inggris dan sebagai lulusan tercepat dia justru mendapat tawaran dari Manchester untuk mengajar.
Kini dia masuk lingkungan istana, dan ini sebenarnya bukan hal baru baginya. Saat dia menikmati gaji besar di Inggris, 2012, dia diundang Ketua Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) Kuntoro Mangkusubroto pulang ke Indonesia.
Dari pertemuan itu, peneliti dan pengajar yang mendapat predikat akademisi terbaik se-Universitas Manchester pada 2009 ditawari untuk bergabung menjadi asisten ahli kepala UKP4, dan dia menerimanya.
“Kalau saya hanya memikirkan gaji besar dan kenyamanan hidup, tentu saya tidak akan ambil tawaran Pak Kun (Kuntoro-Red)," kisahnya.
Sejak saat itu dia bergabung dengan UKP4 sebagai staf ahli. Meski begitu MBS belum mau melepaskan Yanuar dan tetap berstatus dipinjamkan. Tapi dengan berjalannya waktu akhirnya MBS mau melepas dengan catatan Yanuar tetap masih mengajar sebagai dosen tamu (visiting professor).
Dengan berakhirnya pemerintahan SBY, berakhirlah riwayat UKP4 yang kini berubah wujud menjadi lembaga yang dipimpin Kepala Staf Kepresidenan. Nama Yanuar kembali muncul dalam deretan orang penting di lembaga baru ini.
Nada kritis pun muncul, mungkin karena Yanuar dianggap tidak pernah berkeringat membidani kemenangan Jokowi. Entah apa yang kini dirasakan Yanuar atas kerisuasn orang-orang itu.
Dalam satu cerita, Yanuar mengungkapkan pengalamannya saat masih di Manchester. Satu hari, salah satu perguruan tinggi di Indonesia meminta sebuah kuliah tamu untuk program pascasarjana kepada MBS. Lalu MBS menugasi Yanuar, karena bidang kajian inovasi dan pembangunan merupakan keahliannya.
Tapi perguruan tinggi di tanah air itu menolak. Alasannya, mereka butuh orang yang lebih pakar.
Akhirnya yang justru berangkat dan diterima, orang bule yang merupakan junior Yanuar. Padahal untuk membuat presentasi juniornya itu dialah yang membantunya. “Entahlah, saya tidak tahu harus tertawa atau menangis melihat mentalitas kita yang seperti itu,” katanya.(ss)