Chan, aku menangisi kepergianmu yang begitu cepat. Bukankah 2 hari lalu kita masih telepon-telponan. Saya akan ke Jakarta dan bertemu untuk suatu urusan? Tidak ada tanda-tanda, " kau akan ninggalin aku" untuk selamanya. Kau berpindah ke alam Ke Abadian. Kita tidak lagi bisa berbagi cerita duka dan gembira.
Kau bagaikan Malaikat Kecil, di saat aku, dalam posisi yang sangat sulit.
Terakhir sekali, tiketku hangus dan tidak bisa balik ke Surabaya dan aku pun terdiam di Bandara Halim Perdana Kusuma, karena kehabisan duit, kau menolongku sehingga dapat segera balik ke Surabaya dan dapat menolong suatu urusan yang juga sangat emergensi.
Chan, pertemanan kita sejak 1996 di Departemen Perdagangan, sampai hari ini, menyisakan kenangan manis yang sulit untuk di lupakan. Kau begitu sering menolong teman-teman yang ke susahan, termasuk aku dan teman-temanku. Bahkan namamu di kalangan teman-teman di Kementerian Perdagangan dan Perindustrian sangat akrab dan familiar. Juga beberapa kalang di DPR.
Chan, Kau, bahkan seperti "Raja Kecil" dan Malaikat Kecil, di Dekin, sebutan untuk Kementerian Perdagangan dan Perindustrian. Semuanya merasa kehilangan atas kepergianmu yang begitu cepat.
Pagi kemarin, saya di telepon Iwan Baadillah, memberitahu, berita kematianmu. Aku pun langsung mengkofirmasi berita itu ke beberapa kawan, di antara Mas Edi, Rifai dan teman-teman di Kementrian Perdagangan, Seperti Amrul, Jurnalis, Sito dan ke Mas Ginoy di DPR agar menyampaikan ke Pak Lili. Tapi rupanya Ginoy yang adalah sekertaris Pak Lili di KomisimVI sudah mengetahui berita kematian Chandra yang mendadak itu.
Saya lalu mencari alamat Rumah Almarhum, di BSD. Alhamdulillah, dari Teteh saya dapatkan alamat itu, dan saya share ke beberapa kalangan sehingga teman-teman dapat mencapai Rumah Duka. Sayapun di telepon oleh Rifai atas berita ini. Bahkan Amrul yang tahu saya sangat kenal dan akrab dengan Almarhum, mendesak, "Lim, lu mesti Ke Jakarta".
Tapi, memang di Surabaya pun, saya dalam posisi dilematis, saya sudah memastikan suatu pertemuan dalam menangani kasus Yang sudah di tunda beberapa kali. Dan ini pun menyangkut nasib dan kehidupan sebuah keluarga di Surabaya, yang juga sudah lama trauma atas kasus yang menimpa mereka, sehingga akhirnya saya pun tidak ke Jakarta untuk mengantarkanmu ke Pembaringan Terakhirmu, Chan. Tapi saya berjanji, akan ke makam mu, dan menjumpai keluargamu yang kau tinggalkan.
Kehidupan dan Kematian adalah Taqdir Ilaahi, yang sudah tergores di Lauhul Mahfud. Kita hanya tinggal menjalaninya. Chan, kemarin, kau telah pulang dengan khusnul khatimah, di alam asal usul kita semua. Dan kami pun pasti akan menyusulmu. Doa kami selalu menyertaimu. Sampai kita bertemu kembali di Alam Keabadian.
Pertemanan dan persahabatan kita abadi, Chan. Semoga Allah SWT memberkahi kita semua. Dan Dia menyayangi mu di Alam Barzah. Lahu, Almarhum Chandra Ira Alfaatihah. Allahummagfir lahu warham hu, wa aafihie wa fu an hu, wa akrim nujuju la hu...
Selamat Jalan Chan..."Aku masih menangisimu".(*)
Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.
tag: #