BANDUNG (TEROPONGSENAYAN) --Pengurus Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam Jakarta Raya (KAHMI Jaya) yang dikomandani Mohamad Taufik membesuk terpidana mantan Ketua Umum PB HMI, Anas Urbaningrum di LP Sukamiskin, Bandung, Jumat (4/5/2018). Mereka berangkat dari Jakarta menggunakan bus carteran.
Dalam kesempatan ini beberapa pengurus yang ikut dalam rombongan antara lain adalah Sekretaris Umum KAHMI Jaya, M Amin, Ahmad Sulhy dan Koordinator Sekretariat, M Syaiful Jihad.
Ketua Presedium KAHMI Jaya, Mohamad Taufik mengaku, bahwa kunjungannya ini sebagai silaturrahmi biasa sesama kader yang dibesarkan di Korps Hijau Hitam.
Taufik menepis saat ditanya apakah ini juga berkaitan dengan tahun politik dan Pilpres 2019, mengingat Anas adalah mantan Ketua Umum Partai Demokrat.
"Tidak, tidak ada kaitannya dengan politik. Tujuan kami menemui Anas Urbaningrum (hanya) sebatas silaturahmi. Silaturahmi kan nggak boleh putus," kata Taufik saat dikonfirmasi melalui telepon selulernya.
Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta ini juga menolak kunjungannya ke LP Sukamiskin ini disebut mendadak.
Taufik mengaku juga rutin ke LP Sukamiskin untuk menemui adik kandungnya, Mohamad Sanusi.
"Saya rutin ke Sukamiskin untuk membesuk adik saya. Kalau sampai sana kan sekalian ketemu temen-temen, termasuk Anas," jelas Taufik.
Taufik menilai, Anas Urbaningrum merupakan sosok aktivis yang berhasil memimpin HMI saat fase pergantian kekuasaan.
"Dia teman diskusi yang menyenangkan," terang Ketua DPD Gerindra DKI itu.
Taufik mengungkapkan, Anas tampak sehat walafiat dan dia berbahagia menerima kunjungan pengurus KAHMI Jaya.
"Fisik (Anas) memang di dalam penjara, tapi akal dan kebebasan berfikir dia tidak bisa dibelenggu. Karena itu 'senang, bahagia ataupun sedih ada di hati yang melintas di ruang dan waktu'," kata Taufik menirukan ucapan Anas.
Kata Anas, putus asa itu tidak ada dalam kamus orang yang sehat, apalagi bagi kader yang sudah digembleng di HMI.
Selain itu, lanjut Taufik Anas juga berpesan agar keluarga besar KAHMI terus menjadi alat pemersatu.
Menurut dia, pilihan politik boleh berbeda, tetapi tidak boleh dijadikan alasan untuk bertengkar. (Alf)