Hari ini, Rabu (27/6/2018), Indonesia menggelar Pilkada Serentak di 171 daerah. Dari jumlah itu, sebanyak 17 provinsi akan menggelar pemilihan gubernur/wakilgubernur, 115 kabupaten bakal memlih bupati/wakil bupati, dan 39 kota akan menentukan wali kota/wakil wali kotaa.
Siapa yang bakal menjadi juara di 171 Pilkada tersebut? Tentu, peraih suara terbanyaklah yang pantas berpredikat juara. Pilkada, idealnya, menghasilkan juara, bukanpemenang.
Menjadi juara di Pilkada, bukan perkara mudah. Namun, bukan pula perkara susah. Jika mudah, tentu semua orang bakal jadi juara. Sebaliknya, karena susah, maka tidak semua orang bisa menjadi juara.
Menurut saya, untuk menjadi juara Pilkada, seorang calon kepala daerah (cakada) harus memiliki empat kemampuan. Yakni, kemampuan leadership (kepemimpinan), kemampuanmanagerial, kemampuan eksekusi, dan kemampuan futuristik.
Mari bedah secara ringkas masing-masing kemampuan itu. Pertama, kemampuan leadership (kepemimpinan). Jelas, ini harus dimiliki calon kepala daerah jika ingin menjadijuara Pikada. Leadership itu seni mengorganisasikan manusia. Di tataran ini, pemimpin adalah dia yang rela mendengar dan melihat seluruh manusia yangdipimpinnya. Bukanlah seorang pemimpin jika malas mendengar dan melihat. Sebab,dari mendengar dan melihat itulah, dia mendapat informasi dan data akurat tentangkelemahan dan kekuatan orang-orang yang dipimpinnya.
Kedua, kemampuan managerial. Di level ini, pemimpin harus cerdas dan efektif mengelola pekerjaan. Termasuk kemampuan memadupadankan unit-unit kerja di bawahnya.Dengankemampuan ini, seorang pemimpin mampu mendorong unit-unit kerja di bawahnya bekerja efektif, produktif, dan harmonis.
Ketiga, kemampuan eksekusi. Memiliki program dahsyat saja tidak cukup bagi seorang pemimpin. Oleh karenanya dia juga membutuhkan kemampuan eksekusi. Dengan kemampuanini, seorang pemimpin akan secepat-cepatnya merealisasikan program dan target kerja.
Keempat, kemampuan futuristik.Inilah kemampuan yang menuntut seorang pemimpin menjadi manusia intuitif sekaligus numeral (tunduk pada angka dan data). Dengan intuisi, pemimpin sanggup memproyeksi akan bagaimana dan seperti apa manusia dan wilayah yang dipimpinnya pada masa depan. Intuisi ini kian sempurna manakala bersanding dengan data dan angka-angka pendukung. Masa depan tidak bisa dipastikan, tapi bisa direncanakan.(*)
Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.
tag: #pilkada-serentak-2018